Walmiki
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Valmiki. Walmiki (Sanskerta: वाल्मीकि, Vālmīki), atau dalam bahasa Inggris disebut Valmiki, adalah penulis Ramayana. Ia memperkenalkan sloka. Ia terlahir dengan nama "Ratnakara". Legenda WalmikiSebuah legenda dari India menceritakan penyebab ditulisnya Ramayana oleh Resi Walmiki. Diceritakan pada suatu hari, Resi Narada mengunjungi asrama Resi Walmiki. Karena Narada memiliki wawasan luas, maka Walmiki bertanya, "O, Narada. Ceritakanlah padaku, siapakah pahlawan yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan terbesar?". Mendengar pertanyaan tersebut, Narada menjawab, "Rama adalah pahlawan yang kau cari. Ia berasal dari kalangan Dinasti Surya dan kini sedang memerintah di Ayodhya". Kemudian Narada menceritakan kisah perjalanan Rama secara ringkas. Penuturan Narada membuat Walmiki terkesan dan meskipun Narada sudah meninggalkannya, kisah mengenai Rama masih terngiang di pikiran Walmiki. Sloka pertamaSuatu ketika, Walmiki pergi ke sungai Tamasa untuk menyucikan diri. di sana ia melihat sepasang burung bangau sedang bercanda dalam nuansa asmara. Tiba-tiba burung bangau betina dipanah oleh seorang pemburu. Hal itu membuat hati Walmiki sedih sekaligus marah. Karena si pemburu telah membunuh burung yang sedang menikmati asmara, maka Walmiki pun mengucapkan kutukan:
Arti:
Setelah mengutuk si pemburu, Walmiki mulai menyesali perbuatannya tersebut. Lalu ia mengumpat dirinya sendiri dengan rangkaian kata yang tersusun rapi dan panjang. Ternyata ia takjub dengan irama yang diucapkannya sendiri. Kemudian Walmiki bermeditasi. Dalam meditasinya, Dewa Brahma muncul dan bersabda bahwa hal tersebut adalah awal proses penulisan Ramayana. Setelah berkata demikian, Brahma memberi anugerah supaya Walmiki mampu melihat segala peristiwa yang terjadi, dan juga mampu melihat watak setiap orang dengan jelas. Setelah mendapat wangsit tersebut, Walmiki mulai menulis Ramayana dan menyanyikan sajaknya berulang-ulang bersama dengan pengikutnya. Dewa Brahma memuji hasil karya Walmiki dan bersabda, "Selama gunung-gunung berdiri tegak dan air sungai masih mengalir ria, maka kisah Ramayana tiada 'kan sirna". Lihat pulaPranala luar
|