Lukisan Surpanaka (kiri, berkulit hitam) dilukai oleh Laksmana (membawa pedang), dengan Rama dan Sita di belakangnya. Lukisan dari India, produksi Ravi Varma Press (1920).
Menurut wiracarita Ramayana, Surpanaka bermuka tua dan jelek, berperut gendut dan bermata juling. Rambutnya panjang terurai tetapi kaku seperti ijuk. Suaranya keras, sifatnya jahat dan penuh tipu daya. Ia memiliki kepribadian yang kasar dan nakal. Dadanya menonjol tajam, seperti raksasi pada umumnya.[2]
Pernikahan
Kisah pernikahan Surpanaka berasal dari cerita rakyatTamil dan disisipkan ke dalam Ramayana. Menurut cerita, saat Surpanaka beranjak dewasa, ia menikah secara diam-diam dengan seorang pangeran dari ras danawa, klan Kalkeya, bernama Widyutjiwa.[3] Namun, Rahwana marah karena Surpanaka menikah dengan seorang danawa, sebab danawa adalah saingan abadi bagi kaum raksasa. Saat Rahwana hendak menghukumnya, Mandodari turun tangan dan meyakinkan Rahwana untuk mengutamakan kebahagiaan adiknya. Maka dari itu, Rahwana bersedia menerima Surpanaka beserta suaminya, dan juga kaum danawa, sebagai kerabat.[4]
Pada waktu kaum raksasa menaklukkan Rasatala (alam bawah tanah), Rahwana membunuh Widyutjiwa. Alasan pembunuhan tersebut berbeda-beda tergantung versi. Salah satu versi menceritakan bahwa Rahwana tidak sengaja membunuh Widyutjiwa, sedangkan versi lain menyatakan bahwa ketika Surpanaka tidak ada, Widyutjiwa menyerang Rahwana; Rahwana memberikan serangan balik yang mematikan dengan maksud membela diri.[5] Hal tersebut menyebabkan Surpanaka sangat berduka, dan setelah menyaksikan kesedihan adiknya, Rahwana memintanya untuk berkelana dan mencari suami baru. Akhirnya Surpanaka tidak hanya tinggal di Alengka, tetapi juga di hutan raya India Selatan bersama kerabatnya, Kara dan Dusana. Ia juga memiliki seorang putra dari Widyutjiwa bernama Sambri, yang tidak sengaja dibunuh oleh Laksmana.[6]
Pertemuan dengan Rama
Kisah pertemuan antara Surpanaka dengan Rama dikisahkan dalam kitab Ramayana bab Aranyakanda. Dikisahkan bahwa Rama — yang ditemani oleh Sita (istrinya) dan Laksmana (adiknya) — mengembara di hutan India Selatan, melakukan pengasingan diri secara sukarela demi mewujudkan keinginan ibu tirinya (Kekayi). Di tengah hutan, Surpanaka melihat Rama, lalu timbul niatnya untuk menyatakan perasaan agar dinikahi Rama. Dengan mengubah wujudnya yang jelek menjadi seorang wanita cantik, ia mulai mendekati Rama dan meminta untuk dinikahi. Rama menolak karena ia melaksanakan Ekapatnivratā atau menikah hanya sekali. Kemudian Rama menyuruh Surpanaka agar merayu Laksmana yang lebih muda dan tampan.
Setelah meninggalkan Rama, Surpanaka berusaha menggoda Laksmana. Tetapi cintanya ditolak karena Laksmana berkata bahwa ia adalah pelayan kakaknya, dan lebih baik apabila Surpanaka menjadi istri kedua Rama dibandingkan menjadi istri pertama Laksmana. Surpanaka yang mulai kesal, berusaha mencakar Sita yang memandangnya dengan sinis. Lalu Rama melindungi Sita sementara Laksmana mengambil pedangnya. Saat Surpanaka menyerang Laksmana, pedang Laksmana melukai hidung raksasi tersebut.[6] Akhirnya Surpanaka lari dan mengadu kepada Kara. Setelah Kara tewas di tangan Rama, ia memprovokasi Rahwana.[6]
Pewayangan Jawa
Dalam pewayanganJawa, Surpanaka disebut Sarpakenaka (Aksara Jawa: ꦯꦂꦥꦏꦼꦤꦏ). Terdapat versi berbeda mengenai cerita Surpanaka saat dilukai di tengah hutan. Surpanaka tidak menemui Rama, tetapi langsung menggoda Laksmana. Namun Laksmana menolak Surpanaka karena baunya agak amis bagi seorang wanita cantik. Lalu ia marah dan hidungnya dilukai oleh Laksmana. Akhirnya Surpanaka lari ke Alengka untuk memprovokasi kakaknya yang bernama Rahwana, sampai menculik Dewi Sita.
Richman, Paula (1991-08-29). "The Mutilation of Surpanakha". Many Ramayanas: The Diversity of a Narrative Tradition in South Asia (dalam bahasa Inggris). University of California Press. ISBN978-0-520-07589-4.