Nama "Galawa" yang asli tidak diketahui; nama ini diberikan kepadanya setelah ia batal dijual oleh orang tuanya.[1] Dalam Hariwangsa dikisahkan bahwa saat ia masih muda, orang tuanya terjerat dalam kemiskinan semenjak kerajaan mereka terserang paceklik. Untuk keluar dari kondisi tersebut, mereka memutuskan untuk menjualnya. Mereka mengikat lehernya dengan tali dari daun darbha dan memperdagangkannya di muka umum. Satyabrata (Trisangku) seorang kesatria dari Dinasti Surya, meminta agar anak itu dibebaskan dan sebagai gantinya berjanji untuk memberikan nafkah kepada mereka. Sejak saat itu, ia disebut Gālawa karena sebuah tali (gāla) pernah menjerat lehernya.[2]
Pembayaran honor guru
Dalam kitab Udyogaparwa, himpunan ke-5 Mahabharata diceritakan bahwa Galawa berguru di bawah bimbingan ResiWiswamitra. Saat Galawa menamatkan pendidikannya, ia menanyakan apa dan berapa daksina (honor) yang diinginkan oleh gurunya. Pada awalnya Wiswamitra menolak dan menyatakan bahwa ia memberikan ilmu kepada Galawa secara cuma-cuma. Namun Galawa terus mendesak sang guru dan bersikeras untuk memberikan suatu imbalan atas ilmu yang ia dapatkan. Merasa dongkol atas desakan muridnya, akhirnya Wiswamitra meminta bayaran berupa kuda berbulu putih tetapi berkuping hitam sebelah, dengan jumlah 800 ekor.[3]
Pencarian 800 kuda
Untuk memenuhi permintaan sang guru, Galawa merasa susah, tetapi ia tetap berusaha mewujudkannya. Dalam pencariannya, ia dibantu oleh temannya, Sang Garuda. Atas saran Garuda, mereka menuju ke istana Raja Yayati, seorang raja dari Dinasti Candra yang masyhur akan kekayaan dan kemurahan hati. Sesampainya di sana, Yayati mengaku bahwa ia tidak memiliki apa yang dicari oleh Galawa. Tetapi ia menawarkan putrinya yang bernama Madawi untuk membantu Galawa. Yayati menyarankan agar Galawa mencari seorang raja yang memiliki kuda sebagaimana yang dicari Galawa. Kemudian Galawa harus menjodohkan Madawi dengan raja tersebut sebagai ungkapan terima kasih atas kuda yang diberikan.[4]
Pertama, Galawa mendapati bahwa kuda yang ia cari dimiliki oleh Raja Haryaswa di Ayodhya, tetapi jumlahnya hanya 200. Galawa tetap menikahkan Madawi dengan Haryaswa agar memperoleh kuda tersebut, tetapi karena jumlahnya kurang, maka ia akan menarik kembali Madawi setelah Madawi melahirkan seorang keturunan bagi sang raja. Kemudian Galawa menemukan bahwa Raja Diwodasa dan Raja Usinara juga memiliki kuda yang dimaksud tetapi masing-masing hanya berjumlah 200 ekor. Sebagaimana halnya Raja Haryaswa, mereka pun dinikahkan dengan Madawi tetapi dipisahkan setelah Madawi melahirkan.
Akhirnya setelah menikahkan Madawi dengan 3 raja, Galawa berhasil memperoleh 600 kuda. Dalam pencariannya akan 200 kuda terakhir, Garuda menyampaikan suatu informasi penting kepadanya. Garuda membeberkan bahwa di dunia ini hanya ada 1000 kuda berbulu putih dengan kuping hitam sebelah. Kuda-kuda tersebut merupakan mahar Resi Recika yang meminang Satyawati putri Raja Kaniakubja, yang diperoleh dari kediaman Dewa Baruna. Setelah menerima mahar tersebut, sang raja menyelenggarakan suatu yadnya (upacara) agung, dan menghibahkan kuda-kuda tersebut kepada kaum brahmana. Kaum brahmana kemudian menjualnya kepada raja-raja. Haryaswa, Usinara, dan Diwodasa merupakan para raja yang membeli kuda-kuda tersebut, masing-masing sejumlah 200 ekor. Sisa 400 kuda lainnya telah tenggelam di sungai Witasta. Atas saran Garuda, Galawa mempersembahkan Madawi kepada Wiswamitra sebagai pengganti 200 kuda terakhir. Wiswamitra pun berkenan dan menyatakan bahwa Galawa telah melunasi pembayarannya.[5]