Purocana
Purocana (Dewanagari: पुरोचन; IAST: Purocana ) adalah seorang arsitek dan orang kepercayaan Duryodana dalam wiracarita Mahabharata. Diceritakan bahwa ia merupakan salah satu menteri dalam pemerintahan Dretarastra.[1] Tokoh ini diceritakan dalam kisah usaha percobaan pembunuhan terhadap para Pandawa, tokoh utama Mahabharata. Nama Purocana disebutkan dalam Adiparwa, jilid pertama Mahabharata. Diceritakan bahwa ia direkrut oleh Duryodana untuk membuat sebuah istana yang mudah terbakar, atau laksagreha. Istana tersebut direncanakan untuk dibakar setelah para Pandawa berhasil dibujuk untuk menginap di dalamnya. Gagasan ini dicetuskan pertama kali oleh paman Duryodana, Sangkuni, yang iri dengan para Pandawa. Duryodana dan Sangkuni pun meminta bantuan Purocana sebagai penyulut api untuk membakar laksagreha.[2] Kehidupan sebelumnyaMenurut mitologi Hindu, pada kehidupan sebelumnya (reinkarnasi), Purocana pernah terlahir sebagai Prahasta, yaitu seorang pendekar raksasa yang ulung dan perkasa, dan merupakan salah satu patih/panglima kepercayaan Raja Rahwana, seorang tokoh antagonis yang kisahnya terdapat dalam kitab Ramayana. Maka dalam dua kali reinkarnasi, ia telah menjalani kehidupan sebagai tangan kanan tokoh jahat.[3] Konspirasi dengan KorawaDalam kitab Mahabharata, buku pertama Adiparwa dikisahkan bahwa terjadi perselisihan di Dinasti Kuru, antara para putra Dretarastra (Korawa) yang dipimpin Duryodana, dengan para putra Pandu (Pandawa) yang dipimpin Yudistira. Dalam usaha melenyapkan para Pandawa, Duryodana berencana untuk membunuh mereka dalam suatu kebakaran, dan membuat seolah-olah kebakaran tersebut adalah kecelakaan belaka. Maka ia memerintahkan Purocana untuk membuat suatu istana dari bahan yang mudah terbakar, dengan penyusun utamanya adalah lak (semacam damar, atau lilin). Lokasi pembangunannya di Waranawata.[4] Kemudian setelah berkonspirasi dengan Duryodana dan Sangkuni, Dretarastra membujuk para Pandawa dan ibu mereka (Kunti) untuk berlibur ke Waranawata, sekaligus menyaksikan festival yang sedang berlangsung di sana. Atas perintah Duryodana, Purocana merampungkan istana tersebut sebelum para Pandawa tiba. Saat para Pandawa tiba bersama ibu mereka, Purocana menyambutnya secara takzim. Ia melayani mereka dengan sangat baik agar segalanya terasa nyaman dan tidak ada kecurigaan yang timbul. Tanpa sepengetahuannya, Widura (paman para Pandawa) telah mewanti-wanti Yudistira agar selalu waspada dan awas terhadap gerak-gerik Purocana, yang merupakan orang kepercayaan Duryodana.[5] Pembakaran LaksagrehaSetelah Pandawa tinggal selama setahun di istana Laksagreha, Purocana menganggap bahwa mereka telah kerasan, lalu ia berencana untuk membakar istana tersebut secepatnya. Merasa bahwa rencananya akan terlaksana, Purocana pun menampakkan wajah berseri-seri. Namun Yudistira memahami makna ekspresi wajah Purocana. Ia menyampaikan kepada adik-adiknya bahwa Purocana telah merencanakan sesuatu yang jahat, sehingga mereka harus segera meninggalkan istana tersebut melalui terowongan yang digali oleh orang suruhan Widura. Sebelum kabur, mereka membakar istana tersebut saat Purocana sedang tertidur.[6] Tanpa sepengetahuan para Pandawa, seorang wanita Nishada beserta kelima putranya telah tertidur dalam keadaan mabuk di pelataran istana. Mereka pun ikut terbakar bersama Purocana. Setelah istana terbakar sampai habis, jenazah mereka dikira sebagai Kunti dan kelima Pandawa. Kemudian berita kebakaran disampaikan ke Hastinapura, ibu kota kerajaan Kuru. Informan mengabarkan bahwa Kunti dan kelima Pandawa telah tewas terbakar bersama Purocana.[6] Lihat pulaReferensi
|