Dalam wiracaritaHinduMahabharata, istri Karna tidak disebutkan namanya. Dalam jilid Striparwa dari wiracarita tersebut, dia disebut sebagai ibu dari Wresasena dan Susena, putra Karna yang paling terkemuka.
Istri Karna adalah subjek fantasi, dan berbagai cerita serta cerita rakyat mengisahkan wanita yang berbeda-beda sebagai istri Karna. Dalam banyak kisah adaptasi Mahabharata masa kini, Karna menikah dengan dua wanita yang diberi nama Wrusali dan Supriya. Drama Tamil "Karna Moksham" mengisahkan Ponnuruvi sebagai istrinya. drama daerah Kashidasi Mahabharata menyebutnya Padmawati, sedangkan menurut versi PewayanganJawa nama istri Karna adalah Surtikanti.
Catatan dalam Mahabharata
Istri Karna jarang disebutkan dalam cerita aslinya. Meskipun disebutkan, ia muncul sebagai tokoh tanpa nama. Dalam buku Udyogaparwa dikisahkan suatu persuasi yang dilakukan oleh Kresna agar Karna berada di pihak Pandawa, tetapi ia menolak karena kesetiannya kepada Duryodana, juga terhadap keluarganya. Sambil menjelaskan komitmen terhadap orang tua angkatnya, Karna menyebutkan bahwa ia memiliki istri-istri:[1]
Ketika aku sudah akil balig, aku menikahi istri-istri sesuai dengan pilihannya (Adirata, ayah Karna). Dari mereka, lahirlah putra-putra dan cucu-cucuku, wahai Janardana (Kresna). Oh Kresna, hatiku beserta seluruh ikatan kasih sayang dan cinta, tertuju kepada mereka.
— Karna, dalam The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, diterjemahkan oleh Kisari Mohan Ganguli[2]
Dalam buku Striparwa, Gandari, ibu dari Duryodana (tokoh antagonis Mahabharata), menarasikan kesedihan para wanita yang ditinggalkan oleh suami dan putra mereka setelah berakhirnya Perang Kurukshetra. Kesedihan istri Karna pun diuraikannya:[1]
Lihatlah, istri Karna dan ibu Wresasena, sedang larut dalam ratapan memilukan dan menangis tersedu-sedu dan terjatuh ke tanah! Bahkan sekarang dia berseru, "Tak ayal lagi, kutukan gurumu (Parasurama) telah merenggut nyawamu! Ketika roda keretamu melesak ke tanah, Dananjaya yang kejam memenggal kepalamu dengan anak panah! Oh sayang, sungguh memuakkan (ketangkasan dan keterampilannya)!" Wanita itu, ibu dari Susena, yang sangat menderita dan menjerit-jerit sedih, terjatuh, kehilangan akal sehatnya, saat melihat Karna yang bertangan perkasa dan gagah berani itu terbujur di tanah, dengan pinggang yang masih dibelit sabuk emas. Hewan pemakan daging yang mengerubuti jenazah pahlawan termasyhur itu, telah mencabik-cabiknya menjadi serpihan kecil. Pemandangannya tidak menyenangkan, seperti penampakan bulan di malam keempat belas setelah dua minggu yang gelap berturut-turut. Usai jatuh ke tanah, wanita yang meratap itu bangkit kembali. Disertai duka karena kematian putranya, dia mendekat dan mencium wajah suaminya!
— Gandari, dalam The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, diterjemahkan oleh Kisari Mohan Ganguli[3]
Dalam karya terinsiprasi Mahabharata
Wrusali
Wrusali (Dewanagari: वृशलि; ,IAST: Vruśali,; juga dieja Wrisali) adalah istri Karna yang berasal dari kelompok Suta (kusir) sebagaimana yang tercatat dalam novel berbahasa MarathiRadheya karya Ranjit Desai, dan Mritunjaya karya Shivaji Sawant).[4] Nama tersebut menjadi populer pada masa kini karena disebutkan dalam banyak karya adaptasi modern yang menceritakan kehidupan Karna.[5][6] Menurut cerita, Wrusali adalah teman baik Karna sejak kecil. Ketika Karna cukup dewasa, Adirata memilihnya sebagai istri untuk putranya. Dia digambarkan sebagai wanita bijaksana dan saleh. Pasangan itu memiliki beberapa anak. Dari beberapa anak, hanya si bungsu Wresaketu yang selamat dari pertempuran mengerikan di Kurukshetra. Setelah kematian putra dan suaminya, dia mengakhiri hidup dengan cara ikut dikremasi bersama suaminya (sati).[4][7]
Supriya
Supriya (Dewanagari: सुप्रिया; ,IAST: Supriyā, सुप्रिया) dianggap sebagai istri kedua Karna, yang pertama adalah Wrusali. Menurut Pradip Bhattacharya, Supriya adalah ciptaan Shivaji Sawant dan namanya mirip dengan Subadra, istri dari saingan Karna yaitu Arjuna.[4] Dalam Mritunjaya, Supriya adalah pelayan Banowati (Banumati), putri Kalingga. Ketika Raja Kalingga mengadakan sayembara untuk memperebutkan Banowati, Duryodana menculik Banowati dengan bantuan Karna dan menikahinya. Duryodana menikahkan pelayan Banowati, yaitu Supriya dengan Karna.[4]
Padmawati
Dalam Kashidasi Mahabharat (Mahabharata yang diadaptasi ke dalam versi bahasa Bengali), Padmawati (Dewanagari: पद्मवती; ,IAST: Padmavatī,; Bengali: পদ্মাবতী) adalah istri Karna. Dia adalah pelayan putri Asawari. Mereka diselamatkan oleh Karna dari sejumlah penyerang. Ketika Karna meminta restu ayah Asawari, yaitu sang raja untuk menikahi putrinya, ia menerima penolakan. Kemudian, Karna menyerang raja-raja di sayembara memperebutkan Asawari. Karna bertanya apakah Asawari bersedia menikahinya. Asawari berkata bahwa dia akan melakukan apa pun asalkan ayahnya selamat. Alih-alih Asawari, Karna meminta agar pelayan Asawari yang bernama Padmawati untuk dinikahi. Padmawati pun menikahinya dan tinggal di Kerajaan Angga bersamanya.
Ponnuruvi
Ponnuruvi (Dewanagari: पोन्नुरुवी; ,IAST: Ponnuruvī,; Tamil: பொன்னுருவி) adalah istri Karna (terkadang digambarkan sebagai istri kedua atau istri pertama Karna), dalam Karna Moksham dari Kattaikkuttu, sebuah drama Tamil yang ditulis oleh Pukalentippulavar sekitar 2000 tahun lalu. Dia memainkan peran utama di dalamnya dan digambarkan sebagai seorang putri dari golongan kesatria (prajurit) yang kemudian menjadi permaisuri utama Karna.[8] Dalam lakon tersebut, dia adalah putri Raja Kalingga dan kisah pernikahannya mirip dengan narasi Mahabharata tentang penculikan putri dari Kalingga. Meskipun dalam kisah aslinya sang putri menikahi Duryodana, dalam cerita rakyat ini dia diberi nama Ponnuruvi dan menikah dengan Karna karena Karna-lah yang membawanya kabur selama penculikan.[9]
Karna Moksham menggambarkannya sebagai orang yang kasar terhadap Karna karena Karna tidak berterus terang akan asal-usulnya, dan dia percaya bahwa Karna pasti berasal dari keluarga berkasta rendah. Dia bahkan tidak membiarkan Karna menyentuh putranya. Namun, ketika Karna mengungkapkan asal-usulnya sebelum berangkat menuju medan Perang Kurukshetra, sikapnya berubah drastis dan dia meminta maaf. Dia menasihati Karna untuk tidak membunuh Pandawa (saudara tiri Karna). Dia juga meminta Karna untuk tidak lagi berada di pihak Duryodana. Namun Karna menolak karena percaya Duryodana adalah teman sejatinya. Setelah Karna gugur dalam perang, Ponnuruvi meratapi kematiannya. Ponnuruvi juga disebut sebagai inspirasi terciptanya karakter Uruvi dalam novel Karna's Wife: The Outcast's Queen yang ditulis oleh Kavita Kane, yang lalu diangkat menjadi serial Karn Sangini.[10]
Surtikanti
Menurut versi pewayanganJawa, istri Karna bernama Surtikanti (Jawa: ꦱꦸꦂꦠꦶꦏꦤ꧀ꦠꦶ), putri Salya, raja kerajaan Mandaraka. Dikisahkan bahwa meskipun Karna mengabdi pada Duryodana, tetapi ia berani menculik calon istri pemimpin Korawa tersebut yang bernama Surtikanti putri Salya. Keduanya memang terlibat hubungan asmara. Orang yang bisa menangkap Karna tidak lain adalah Arjuna. Pertarungan keduanya kemudian dilerai oleh Narada dengan menceritakan kisah pembuangan Karna sewaktu bayi dulu. Karna dan Arjuna kemudian bersama-sama menumpas pemberontakan Kalakarna raja Awangga, seorang bawahan Duryodana. Atas jasanya itu, Duryodana merelakan Surtikanti menjadi istri Karna, bahkan Karna pun diangkat sebagai Raja Awangga menggantikan Kalakarna. Dari perkawinan itu lahir dua orang putra bernama Wresasena dan Warsakusuma. Setelah Karna gugur di medan Bharatayuddha, Surtikanti bunuh diri untuk mengikuti suaminya.