Hatshepsut
Hatshepsut (kadang-kadang dieja Hatchepsut yang berarti Perempuan Bangsawan Paling Terkemuka)[3] adalah firaun kelima dari Dinasti ke-18 di Mesir kuno. Para Egiptolog umumnya menganggapnya sebagai firaun perempuan yang paling berhasil di Mesir, yang memerintah lebih lama daripada perempuan penguasa manapun dalam sebuah dinasti asli Mesir.[4] Hatshepsut dipercayai pernah memerintah sebagai salah seorang penguasa dari sekitar 1479 hingga 1458 SM (Tahun 7 hingga 21 dari Thutmose III).[5] Ia dianggap sebagai ratu penguasa paling awal yang diketahui dalam sejarah serta perempuan kedua yang diketahui naik takhta sebagai "Raja Mesir Hulu dan Hilir" setelah Ratu Sobekneferu dari Dinasti ke-12. Pada 27 Juni 2007, sebuah mumi dalam makam KV60 di Lembah Para Raja diidentifikasikan sebagai Hatshepsut.[2] Masa PemerintahanMenurut sejumlah penulis sejarah pada zaman dulu,[perinci lagi] masa pemerintahan Hatshepsut adalah sekitar 22 tahun. Flavius Yosefus mencatat lama pemerintahannya 21 tahun 9 bulan, sedangkan Sextus Julius Africanus menyatakan lamanya 22 tahun, keduanya mengutip tulisan Manetho. Di titik waktu ini dalam sejarah, catatan mengenai pemerintahan Hatshepsut berakhir, karena penyerangan ke luar negeri oleh Thutmosis III terjadi pada tahun ke-22 pemerintahannya, yang juga merupakan tahun ke-22 pemerintahan Hatshepsut sebagai Firaun.[6] Penentuan waktu naik tahtanya lebih sulit. Pemerintahan ayahnya, Thutmose I, berawal pada tahun 1506 SM atau 1526 SM menurut kronologi Mesir muda atau tua.[7] Lama pemeritahan Tuthmosis I dan Tuthmosis II tidak dapat dipastikan. Jika masa itu pendek, Hatshepsut diduga naik tahta 14 tahun setelah penobatan ayahnya, Tuthmosis I, menjadi raja.[8] Jika masa ini panjang, maka naik tahta itu terjadi 25 tahun setelah penobatan Tuthmosis I.[9] Karennya, Hatshepsut mungkin mulai memerintah paling awal tahun 1512 SM, atau paling lambat tahun 1479 SM. Bukti pemerintahan Firaun Hatshepsut ditemukan di makam Ramose and Hatnofer, orang tua Senenmut, dimana terdapat koleksi barang-barang pemakaman yang dimasukkan ke dalam pot tembikar atau amphora dari ruang makam, yang diberi stempel tanggal Tahun 7.[10] Pot lain dari makam yang sama, ditemukan pada tahun 1935–1936 oleh ekspedisi Metropolitan Museum of Art di lereng bukit dekan Thebes, diberi stempel 'Istri Dewa, Hatshepsut' sedangkan 2 pot lain berstempel ' Dewi yang baik, Maatkare. '[11] Penentuan tanggal amphorae, "disegel ke dalam ruang pemakaman oleh kepingan-kepingan dari makam Senenmut sendiri," sudah tidak diperdebatkan, berarti Hatshepsut diakui sebagai raja Mesir pada tahun ke-7 pemerintahannya.[11] Dalam budaya populerKetika gerakan feminis menjadi matang, tokoh-tokoh penting perempuan dari zaman dahulu dicari dan keberhasilan mereka semakin dipublikasikan. Hatshepsut berubah dari pemimpin Mesir yang paling tak dikenal pada awal abad ke-20 menjadi tokoh paling terkenal dari negara itu pada akhir abad tersebut. Berbagai biografi seperti misalnya Hatshepsut oleh Evelyn Wells meromantisasikannya sebagai perempuan yang cantik dan pasifis — "perempuan besar pertama dalam Sejarah". Hal ini cukup berlawanan dengan pandangan abad ke-19 tentang Hatshepsut yang melukiskannya sebagai ibu tiri yang kejam, yang merebut takhta dari Thutmose III. Novel Mara, Daughter of the Nile oleh Eloise Jarvis McGraw, mempertahankan pandangan tentang ibu tiri yang kejam dengan menempatkan Hatshepsut sebagai tokoh utama cerita itu. Plotnya berkembang sekitar upaya-upaya Mara, seorang budak perempuan, dan sejumlah bangsawan untuk menggulingkan Hatshepsut dan mengangkat pewaris yang "sah", Thutmose III, sebagai Firaun. Mereka mempersalahkan berbagai proyek pembangunan Hatshepsut sebagai penyebab kebangkrutan negara Mesir. Ia juga digambarkan telah menahan Thutmose III sebagai tawanan di lingkungan tembok istana. Pada 1960 sebuah lingkaran utama asteroid yang ditemukan oleh Cornelis Johannes van Houten, Ingrid van Houten-Groeneveld dan Tom Gehrels dinamai 2436 Hatshepsut untuk menghormatinya. Ada teori popular yang menyatakan bahwa Hatshepsut adalah putri yang menemukan Musa saat terapung-apung di sungai Nil, namun teori ini umumnya dibantah oleh para Egiptologiwan dan pakar Alkitab.[12] Sekurang-kurangnya ada tiga pengarang yang telah menulis novel fiksi sejarah yang menggambarkan Hatshepsut sebagai pahlawannya: Hatshepsut: Daughter of Amun oleh Moyra Caldecott, Child of the Morning oleh Pauline Gedge dan Pharaoh oleh Eloise Jarvis McGraw, dan seri novel misteri Lieutenant Bak yang mengambil tempat pada masa pemerintahannya. Hatshepsut juga muncul dalam plot Illinois Jane and the Pyramid of Peril, sebuah sandiwara lucu oleh T. James Belich (Colorado Tolston). Di sini dilukiskan Hatshepsut menemukan ramuan panjang umur. Dalam cerita ini, hilangnya Hatshepsut digambarkan telah menyebabkan ia abadi, meskipun ia tak pernah secara langsung tampil dalam sandiwara ini. Humoris Amerika, Will Cuppy, menulis sebuah esai tentang Hatshepsut yang diterbitkan setelah kematiannya dalam buku The Decline and Fall of Practically Everybody. Tentang salah satu tulisannya di dinding, ia menulis,
Dalam pertunjukan laga hidup untuk anak-anak, The Secret of Isis (1975), tokoh utamanya, Andrea Thomas, menemukan sebuah jimat Mesir kuno dan kemudian menyadari bahwa ia adalah seorang keturunan Hatshepsut dan pewaris daya kekuatan Isis. Hatshepsut dirujuk dalam narasi pembukaan. Dalam Civilization IV ia digambarkan sebagai pemimpin Mesir yang menggantikan Cleopatra VII dari Civilization III. Lihat pulaReferensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
|