Aleksander IV dari Makedonia

Aleksander IV
Ἀλέξανδρος Δ΄
Sebuah lukisan imajiner Aleksander IV bersama ibundanya.
Raja Makedonia
Penguasa Asia
Berkuasa323–311 SM
PendahuluAleksander III
PenerusAntigonos I Monophthalmos
Seleukos I Nikator
Kassandros
Lysimakhos
BersamaFilipus III (323–317 SM)
Firaun Mesir
Berkuasa323–311 SM
PendahuluAleksander III
PenerusPtolemaios I Soter
BersamaFilipus III (323–317 SM)
KelahiranAgustus 323 SM
Makedonia
Kematian311 SM (usia 12)
Makedonia
WangsaArgeadai
AyahAleksander Agung
IbuRoxana dari Baktria
AgamaPoliteisme Yunani

Aleksander IV (Bahasa Yunani Kuno: Ἀλέξανδρος Δ΄; 323–311 SM), kadang disalah ejakan pada masa kini dengan Aegus,[1] adalah Raja Makedonia, Raja Diraja Iran, dan Firaun Mesir dari Dinasti Argeadai, berkuasa pada 323–311 SM. Dia adalah putra Aleksander Agung.

Aleksander IV menjadi raja sejak kelahirannya dan secara resmi berbagi takhta dengan pamannya, Filipus III. Baik Aleksander IV dan Filipus III hanya menjadi raja sebatas nama, sementara kendali negara berada di tangan beberapa jenderal berpengaruh atau anggota keluarga mereka.

Kelahiran

Terjadi perselisihan terkait pewarisan takhta saat Aleksander Agung mangkat pada 323 SM lantaran dia tidak meninggalkan putra yang hidup saat itu. Roxana yang merupakan janda Aleksander Agung dalam keadaan hamil saat itu. Perdikas yang merupakan panglima angkatan darat memilih untuk menunggu Roxana melahirkan terlebih dulu. Jika bayinya laki-laki, maka dia akan diangkat sebagai raja. Di sisi lain, Meleagros yang merupakan komandan falangs mendukung Arridaios sebagai raja.

Meleagros kemudian dibunuh dan setelahnya diambil kesepakatan. Arridaios menjadi raja dengan nama takhta Filipus III. Bila Roxana melahirkan seorang putra, dia nantinya juga akan diangkat menjadi raja sehingga takhta Makedonia dibagi di antara Filipus III dan putra Aleksander. Namun Filipus III sendiri cacat mental dan tidak layak memerintah, menjadikan dirinya hanya berperan sebagai simbol semata,[2] sementara Perdikas menjadi wali dan memerintah negara atas nama raja. Roxana sendiri kemudian melahirkan seorang putra, Aleksander IV, pada akhir 323 SM atau awal 322 SM yang kemudian menjadi raja bersama Filipus III.

Roxana dipercaya membunuh janda Aleksander yang lain untuk mengamankan takhta putranya.[3] Roxana dan Aleksander IV sendiri hidup dalam perlindungan Olimpias, ibu Aleksander Agung.

Perwalian

Perdikas dibunuh oleh para pasukannya pada bulan Mei atau Juni 321 atau 320 SM[4] setelah kegagalannya melawan Mesir. Antipatros menggantikan kedudukannya sebagai wali raja dan membawa Filipus III dan Aleksander IV kembali ke Makedonia, menyerahkan kepemimpinan wilayah Asia dan Mesir pada para satrap. Sebelum meninggal karena sebab alami pada 319 SM, Antipatros menunjuk rekannya, Poliperkones, sebagai wali raja yang baru.

Keputusan Antipatros ditentang oleh putranya sendiri, Kassandros, yang kemudian bersekutu dengan Ptolemaios (satrap Mesir), Antigonos, dan Permaisuri Euridike (istri Filipus III) untuk menentang Poliperkones. Meskipun Poliperkones unggul di awal, pasukannya dihancurkan Antigonos pada 318 SM. Setelah Kassandros memegang kendali penuh atas Makedonia, Poliperkones meninggalkan Makedonia bersama Roxana dan Aleksander IV. Khawatir kalau cucunya akan kehilangan takhta bila Kassandros berkuasa, Olimpias yang merupakan ibu Aleksander Agung masuk ke dalam perselisihan dan bersekutu dengan Poliperkones. Dengan dukungan Aiakidis yang merupakan Raja Epiros dan sepupu Olimpias, Poliperkones dan Olimpias menyerang Makedonia. Keberadaan Olimpias sendiri cukup untuk menentukan jalannya pertempuran lantaran pasukan Euridike tidak mau melawan ibu dari Aleksander Agung dan beralih ke pihaknya. Filipus III dan Euridika terpaksa melarikan diri, tetapi berhasil ditangkap di Amfipoli dan dipenjara. Filipus III kemudian dihukum mati dan Euridika dipaksa bunuh diri. Olimpias juga memerintahkan untuk menghukum mati saudara dan ratusan pengikut Kassandros. Kematian Filipus III menjadikan Aleksander IV sebagai raja tunggal Makedonia dan Olimpias bertindak sebagai walinya.[5]

Kassandros kembali pada tahun 316 SM dan kembali menaklukkan Makedonia. Olimpias kemudian dieksekusi, sementara Aleksander IV dan Roxana menjadi tahanan di benteng Amfipoli di bawah pengawasan Glaukias. Setelah diadakan perjanjian damai di antara para jenderal, disepakati bahwa hak untuk memerintah negara diberikan kepada Aleksander IV bila sudah cukup umur.

Kematian

Setelah perjanjian, beberapa pembela Dinasti Argeadai mulai memikirkan bahwa Aleksander IV yang hampir berusia empat belas tahun seharusnya mendapatkan kekuasaan penuh dan seorang wali tidak lagi diperlukan. Untuk melindungi kekuasaannya, Kassandros memerintahkan Glaukias untuk diam-diam membunuh Aleksander IV dan Roxana. Perintah tersebut dilaksanakan dan mereka berdua diracun. Diperkirakan Aleksander IV meninggal pada musim panas 309 SM, meski ada pendapat lain mengenai waktu kematiannya.[6]

Salah satu dari makam kerajaan yang ditemukan oleh arkeolog Manolis Andronikos di dalam "Tumulus Agung", Vergina pada tahun 1977/8 dipercaya adalah milik Aleksander IV.[7]

Pada bulan Oktober 2012, beberapa arkeolog dari Ephorate Antiquities ke-28 menggali sebuah makam di kota Amfipoli, di dekat Serres, Yunani Utara, yang dipercaya adalah milik istri dan putra Aleksander Agung, Roxana dan Aleksander IV. Lingkaran sebesar tiga meter, atau hampir 10 kaki tingginya dan perimeternya sekitar 500 meter, atau 1,640 kaki mengelilingi makam yang berlokasi di daerah perkotaan di dekat kota kecil Amphipolis. Kepala tim, Katerina Peristeri mencatat terlalu dini untuk memastikan identitas dari penemuan tersebut.[8]

Budaya populer

Raja muda yang tragis ini muncul sebagai sebuah karakter di dalam Funeral Games, sebuah novel sejarah oleh Mary Renault.

Rujukan

  1. ^ The error was caused by a modern misreading, ΑΙΓΟΥ for ΑΛΛΟΥ, of the text of Ptolemy's Canon of Kings. See e.g. "s.v. Alexander the Great". [[Encyclopaedia Britannica]]. 1. 1911. hlm. 549.  Konflik URL–wikilink (bantuan) Chugg, Andrew Michael (2007). The Quest for the Tomb of Alexander the Great. Lulu. hlm. 42.  At Google Books.
  2. ^ Habicht 1998, hlm. 69.
  3. ^ Plutarkhos. Alex. 77.4
  4. ^ Anson, Edward M (Summer 1986). "Diodorus and the Date of Triparadeisus". The American Journal of Philogy. The Johns Hopkins University Press. 107 (2): 208–217. doi:10.2307/294603. JSTOR 294603. 
  5. ^ "Olympias | Macedonian leader". 
  6. ^ Green, Peter. Alexander the Great and the Hellenistic Age. hlm. 44, 2007 Ed.
  7. ^ "Royal Tombs: Vergina". Macedonian Heritage. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-10. Diakses tanggal 9 July 2013. 
  8. ^ http://greece.greekreporter.com/2012/10/06/tomb-near-serres-wife-son-of-alexander/ greekreporter

Bacaan lanjutan

Pranala luar

Aleksander IV dari Makedonia
Lahir: 323 SM Meninggal: 311 SM
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Aleksander Agung
Raja Makedonia
Penguasa Asia

323–311 SM
bersama Filipus III (323–317 SM)
Diteruskan oleh:
Antigonos I Monophthalmos
sebagai penguasa Asia Minor, Syam, dan Yunani selatan
Diteruskan oleh:
Kassandros
sebagai penguasa Makedonia
Diteruskan oleh:
Lysimakhos
sebagai penguasa Trakia
Diteruskan oleh:
Seleukos I Nikator
sebagai penguasa Iran
Firaun Mesir
323–311 SM
bersama Filipus III (323–317 SM)
Diteruskan oleh:
Ptolemaios I Soter