Pasifisme
Arah Pasifisme adalah perlawanan terhadap perang atau kekerasan sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian. Pasifisme mencakup pandangan yang berspektrum luas yang merentang dari keyakinan bahwa pertikaian internasional dapat dan harus diselesaikan secara damai, hingga perlawanan mutlak terhadap penggunaan kekerasan, atau bahkan paksaan, dalam keadaan apapun. Pasifisme dapat didasarkan pada prinsip atau pragmatisme. Pasifisme berprinsip (atau Deontologis) didasarkan pada keyakinan bahwa baik perang, penggunaan senjata maut, kekerasan atau kekuatan atau paksaan secara moral adalah salah. Pasifisme pragmatis (atau Konsekuensial) tidak memegang prinsip mutlak demikian melainkan menganggap ada cara-cara yang lebih baik untuk memecahkan suatu pertikaian daripada perang atau menganggap manfaat-manfaat perang tidak sebanding dengan ongkosnya. Merpati atau kelompok garis lunak adalah istilah yang digunakan secara informal, biasanya dalam politik, untuk orang-orang yang lebih suka menghindari perang atau memilih perang sebagai jalan terakhir. Sebagian orang yang disebut merpati tidak menganggap posisi mereka sebagai pasifis karena mereka berpandangan bahwa perang dapat dibenarkan dalam keadaan-keadaan tertentu (lihat Doktrin tentang Perang yang Sah). Deskripsi ini merujuk kepada kisah tentang Bahtera Nuh yang melukiskan burung merpati sebagai lambang pengharapan akan keselamatan dan perdamaian. Lawan dari merpati adalah rajawali atau kelompok garis keras. Sebagian orang, yang menganggap dirinya pasifis, kadang-kadang meskipun menentang perang, kenyataannya tidak menentang semua penggunaan kekerasan, kekuatan fisik terhadap orang lain atau perusakan terhadap harta milik. Kaum anti-militer, misalnya, secara spesifik menentang lembaga-lembaga militer negara kebangsaan modern ketimbang mendukung "kekerasan" pada umumnya. Kaum pasifis lainnya mengikuti prinsip-prinsip anti-kekerasan, karena yakin bahwa hanya tindakan anti kekerasanlah yang dapat dibenarkan. SejarahAnjuran pasifisme dapat ditemukan jauh di dalam sejarah dan literatur. Misalnya kecintaan akan seluruh kehidupan, manusia maupun bukan manusia, adalah ajaran sentral dalam Jainisme yang didirikan oleh Mahavira 599-527 SM. Nyawa manusia dihargai sebagai suatu kesempatan yang unik dan jarang untuk mencapai pencerahan, dan membunuh seseorang - siapapun juga - apapun juga kejahatan yang mungkin telah dilakukannya, adalah suatu tindakan memuakkan dan tidak dapat dibayangkan. Di Yunani kuno, dua contoh dari Perang Peloponesos 431–404 SM adalah protes anti kekerasan dari Hegetorides yang berasal dari Thasos, dan mogok seks kaum perempuan Athena dalam komedi Aristophanes Lysistrata. Banyak orang yang menganggap Yesus sebagai seorang pasifis, berdasarkan Khotbah di Bukitnya. Di sini, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu," dan sebaliknya "siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu." [1] Gereja-gereja damai, Religious Society of Friends (Quakers), Amish, Menonit dan Gereja Brethren, telah berabad-abad menjadi gereja-gereja pasifis. Koloni Pennsylvania yang dikuasai kaum Quaker menerapkan kebijakan publik yang pasifis dan anti-militersitik. Provinsi koloni ini selama 75 tahun, dari 1681 hingga 1756, pada dasarnya tidak bersenjata dan sedikit saja terlibat atau bahkan sama sekali tidak dalam peperangan selama periode itu. Pada abad ke-19 sentimen anti perang berkembang. Banyak kelompok dan gerakan Many sosialis pada abad itu yang anti militer, dengan alasan bahwa perang pada hakikatnya adalah sebuah bentuk paksaan pemerintah atas kelas pekerja, yang dipaksa untuk berperang dan mati dalam perang yang tidak memberikan keuntungan apapun kepada mereka atas perintah dari tuan-tuan politik dan ekonomi mereka yang tidak pernah menderita di garis depan peperangan. Pembunuhan atas pemimpin sosialis Prancis Jean Jaurès pada 31 Juli 1914 dan keputusan Internasional Kedua untuk kemudian meninggalkan chauvinisme dan militerisme serta kegagalan untuk berhasil menentang Perang Dunia I dianggap sebagai salah satu kegagalan terbesar gerakan sosialis. Tolstoy adalah penganjur pasifisme yang gigih lainnya. Dalam salah satu karyanya yang belakangan, Kerajaan Allah ada di antara kamu, Tolstoy memberikan sejarah, uraian, dan pembelaan terhadap pasifisme. Di Aotearoa/Selandia Baru pada paruhan kedua dari abad ke-19, Britania dan para pemukim kolonial, menggunakan banyak taktik untuk mendapatkan tandah dari orang-orang Māori, termasuk peperangan. Dalam salah satu kasus, seorang pemimpin Māori begitu meyakinkan sehingga ia mampu menganjurkan para pejuangnya untuk mempertahankan hak-hak mereka tanpa menggunakan senjata, dalam suasana di mana para pejuang yang sama telah mengalahkan lawan-lawan mereka pada tahun-tahun sebelumnya,Te Whiti-o-Rongomai meyakinkan 2000 orang untuk menyambut para pasukan yang bertekad untuk perang ke desa mereka dan bahkan menaawrkan makanan dan minuman. Pemimpin yang penuh damai ini pula membiarkan dirinya dan rakyatnya ditahan tanpa perlawanan.
Kutipan
Lihat pula
Catatan kakiPranala luar
|