Pada mulanya, raja-raja Dinasti Akhemeniyah adalah penguasa kawasan Persia (Iran selatan) dan menjadi raja bawahan dari bangsa Media (Medes) yang berperan sebagai Raja Diraja Iran. Setelah Koresy Agung mengalahkan Astyages, dia menjadi Raja Diraja Iran. Hal ini menjadikan Dinasti Akhemeniyah sebagai dinasti Persia pertama yang menguasai Kekaisaran Iran, sehingga Akhemeniyah kerap disebut sebagai Kekaisaran Persia Pertama.
Daftar ini diawali dari Koresy Agung, meskipun dia bukan penguasa pertama dari Dinasti Akhemeniyah. Hal ini karena raja Akhemeniyah sebelumnya hanya menjadi penguasa daerah Persia, sementara Koresy Agung (berikut penguasa Akhemeniyah setelahnya) berkuasa dan/atau mengklaim kepemimpinan atas seluruh kawasan Iran.
Dalam daftar penguasa Mesir, Dinasti Akhemeniyah disebut sebagai Dinasti ke-27.
Banyak sejarawan tidak memasukkannya sebagai daftar penguasa Iran lantaran saat Darius III mangkat, Aleksander sudah menguasai sebagian besar wilayah Akhemeniyah, termasuk ibu kota Parsa
Aleksander Agung Αλέξανδρος (Aléxandros) Raja (Basileus) Makedonia, Raja Diraja Iran, Firaun Mesir
330–323 SM Juga diklaim oleh Artahsasta V (330–329 SM)
Sebelum menaklukkan Akhemeniyah, Aleksander naik takhta sebagai Raja Makedonia pada 336 SM dengan nama takhta Aleksander III
330 SM adalah tahun Aleksander menguasai Iran, dihitung dari mangkatnya Darius III
Menikahi putri Darius III dan Artahsasta III
Arridaios Filipus III Φίλιππος Γ΄ ὁ Ἀρριδαῖος Basileus Makedonia, Raja Diraja Iran, Firaun Mesir
323–317 SM Bersama Aleksander IV
Saudara Aleksander Agung
Sepeninggal Aleksander Agung, menjadi raja tunggal selama beberapa bulan sampai putra Aleksander Agung, Aleksander IV, lahir. Filipus dan Aleksander IV kemudian secara resmi menjadi raja bersama.
Kekaisaran Seleukia adalah negara Yunani yang terbentuk dari pecahan Kekaisaran Makedonia yang dibentuk Aleksander Agung. Seleukia kemudian menguasai sebagian besar kawasan Timur Dekat yang sebelumnya dikuasai Aleksander Agung. Saat puncak kekuasaannya, Seleukia menguasai kawasan Anatolia, Iran, Syria, dan sebagian Asia Tengah.
Antiokhos VII Ἀντίοχος Ζ΄ Ευεργέτης Euergetes (Penderma), Basileus
Juli/Agustus 138 – 129 SM
Putra Demetrios I
Demetrios II Δημήτριος Β Nikator (Sang Pemenang), Basileus
129 – 126 SM Periode kedua
Putra Demetrios I
Arsak Partia
Dinasti Arsak terbentuk di Partia (Iran timur laut) dan awalnya menjadi raja di kawasan tersebut, sehingga kekaisaran mereka disebut Kekaisaran Partia. Secara bertahap, mereka menguasai seluruh Iran dan menyingkirkan penguasa sebelumnya, Dinasti Seleukia. Pada masa puncaknya, Dinasti Arsak menguasai wilayah dari utara Eufrat (perbatasan Anatolia timur) sampai kawasan yang pada masa modern menjadi wilayah Afghanistan dan Pakistan.
Urutan kasar penguasa Arsak relatif mapan dari sumber dan tradisi sastra yang masih ada, terutama sejarah dan catatan yang ditulis oleh sejarawan Romawi, tetapi banyak ketidakpastian ada dalam hal rinciannya. Selain dari hal tersebut, pengetahuan modern tentang kronologi dan urutan penguasa Arsak didasarkan pada informasi yang dapat diperoleh dari koin yang dicetak, seperti tanggal dan nama raja, dan mencocokkannya dengan sumber literatur. Salah satu masalah terbesar dengan analisis koin adalah bahwa koin, terutama dari abad-abad sebelumnya, sering tidak memberikan keterangan mengenai jati diri dari penguasa yang dicetak pada koin berikut tanggal kekuasaannya. Keadaan ini diperparah bahwa semua penguasa Arsak memakai nama takhta "Arsak",[2] mirip dengan penggunaan nama Hamengku Buwono untuk para Sultan Yogyakarta, sehingga memperumit penyusunan kronologi.[3][4]
Landasan penting dalam hal studi koin ini adalah buku An Introduction to the Coinage of Parthia tahun 1971 karya David Sellwood, yang (melalui edisi-edisi selanjutnya) tetap menjadi dasar utama utama untuk menentukan urutan para penguasa Arsak. Karena masalah yang disebutkan di atas dengan koin yang memberikan informasi yang relatif sedikit, penafsiran Sellwood sehubungan dengan silsilah dan urutan penguasa Arsak, dalam beberapa kasus, hanya diambil dari ikonografi koin itu sendiri. Jadi, meskipun tetap menjadi dasar yang paling banyak digunakan, penafsiran Sellwood selalu mendapat tantangan dari pihak lain yang mengajukan berbagai pandangan alternatif. Pandangan-pandangan ini tidak hanya dalam masalah tanggal dan silsilah, bahkan sampai tahap mempertanyakan beberapa nama penguasa apakah mereka benar-benar sosok yang nyata keberadaannya atau tidak.
Di antara semua pandangan ini, pekerjaan penting telah dilakukan oleh peneliti Gholamreza F. Assar, yang telah mengusulkan penafsiran alternatif dari banyak koin, menghasilkan kronologi "revisi" alternatif dari para penguasa Arsak[2] dan ini menimbulkan beberapa perbedaan penyebutan untuk satu sosok penguasa yang sama. Salah satu contohnya, penguasa yang disebut Mihrdat IV oleh Assar disebut sebagai Mihrdat III oleh Sellwood. Assar sendiri memandang Mihrdat III sebagai sosok yang lain, berbeda dengan Mihrdat III yang disebut Sellwood.[5] Daftar penguasa Arsak di bawah ini menampilkan masa kekuasaan versi Sellwood dan Assar, juga Touraj Daryaee (2012) dan Edward Dąbrowa (2012).
Ismail III dari Wangsa Safawiyah sebagai Shah Iran oleh Ali Mardan Khan Bakhtiari 1750 - 1751, dan kemudian oleh Karim Khan Zand dari 1751 hingga 1773.
^Perdiccas (And his immediate Regency successors) did not take the title of Regent, (Epitropos) but instead styled himself 'Manager' (Epimelêtês), however his position was that of Regent in all but name.
^Lang, David Marshall (1957), The Last Years of the Georgian Monarchy, 1658–1832, p. 148. Columbia University Press
^ abcdefghAmanat, Abbas (1997), Pivot of the Universe: Nasir Al-Din Shah Qajar and the Iranian Monarchy, 1831-1896, Comparative studies on Muslim societies, I. B. Tauris, hlm. 10, ISBN9781860640971