Artahsasta III
Ochus (Yunani: Ὦχος, Ôchos; Babilonia: Ú-ma-kuš) (skt. 425 SM – 338 SM),[3] dikenal dengan nama takhta Artahsasta III, adalah Raja Diraja (Kaisar) Iran dari Dinasti Akhemeniyah, berkuasa pada 358–338 SM. Dia juga berkuasa sebagai Firaun Mesir pada 343–338 SM. Dia mewarisi takhta sepeninggal ayahnya, Artahsasta II. Setelahnya, takhta diwariskan pada putranya, Artahsasta IV. Masa kekuasaannya bertepatan dengan masa Filipus II di Makedonia dan Nectanebo II di Mesir. Latar belakangSebelum naik takhta, Artahsasta III adalah satrap dan komandan tentara ayahnya. Artahsasta III mulai berkuasa setelah salah satu saudaranya dieksekusi, yang lain bunuh diri, yang terakhir dibunuh, dan ayahnya meninggal. Segera setelah naik takhta, Artahsasta III membunuh semua keluarga kekaisaran untuk mengamankan kedudukannya sebagai raja diraja. MesirDia memulai dua kampanye besar melawan Mesir. Kampanye pertama gagal, dan diikuti oleh pemberontakan di seluruh bagian barat kekaisarannya. Pada tahun 343 SM, Artahsasta III mengalahkan Firaun Nectanebo II dan kembali menundukkan Mesir di bawah kekuasaan Iran. Setelah penaklukan Mesir, Artahsasta menghancurkan tembok kota, memulai pemerintahan teror, dan menjarahi semua kuil. Pihak Iran memperoleh sejumlah besar kekayaan dari penjarahan ini. Artahsasta juga menaikkan pajak yang tinggi dan berusaha untuk melemahkan Mesir sehingga tidak dapat memberontak lagi. Selama sepuluh tahun masa kekuasaan Iran atas Mesir, penganut agama asli dianiaya dan kitab-kitab suci dijarah.[4] YunaniPada masa Artahsasta III, kekuasaan Raja Makedonia Filipus II meningkat di Yunani. Demi membendung pengaruh Makedonia, Artahsasta memberi bantuan kepada beberapa penguasa Yunani. Pada 340 SM, Artahsasta mengirim pasukan untuk membantu Kersobleptes, Pangeran Trakia, untuk mempertahankan kedaulatannya. Bantuan militer pada kota Perinthos menjadikan Filipus menghentikan pengepungannya atas kota tersebut.[5] Pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Artahsasta, Filipus II sudah memiliki rencana untuk menyerang Iran, tetapi dia tidak mampu menyatukan bangsa Yunani di bawah kepemimpinannya.[6] PembangunanAda bukti untuk pembaruan kebijakan pembangunan di Parsa, tetapi beberapa bangunan belum selesai pada saat kematiannya. Dua bangunannya di Parsa adalah Aula Tiga Puluh Dua Tiang, yang tujuannya tidak diketahui, dan istana Artahsasta III. Jalan tentara dan gerbang yang belum selesai pembangunannya, menghubungkan Gerbang Semua Bangsa dan Balai Seratus Kolom, memberi para arkeolog wawasan tentang pembangunan Parsa.[7] Istana Nebukadnezar II di Babilonia diperluas pada masa pemerintahan Artahsasta III.[8] KematianMenurut sebuah sumber Yunani, Diodoros Sikolos, Bagoas meracuni Artahsasta III. Namun sebuah tablet runcing (sekarang di British Museum) menunjukkan bahwa Artahsasta III meninggal karena sebab-sebab alami.[9] Lihat pulaRujukan
Daftar pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Artaxerxes III. Wikibooks memiliki buku di:
Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
|