Penaklukan Persia oleh Muslim

Penaklukan Persia oleh Muslim
Bagian dari Penaklukan Muslim

Peta penaklukan Khalid bin Walid di Mesopotamia
Tanggal633–654[1]
LokasiMesopotamia, Kaukasus, Persia, dan Baktria
Hasil Kemenangan Rasyidin
Perubahan
wilayah
Muslim menguasai Mesopotamia dan Kekaisaran Sassaniyah
Pihak terlibat
Kekaisaran Sassaniyah,
Kristen Arab
Kekaisaran Bizantium
Kekhanan Göktürk
Kekhalifahan Rasyidin
Tokoh dan pemimpin

Yazdegerd III
Rostam Farrokhzād
Mahbuzan
Huzail bin Imran
Hormuz †
Anushjan
Andarzaghar †
Bahman
Piruzan
Jaban †
Mihran †
Hormuzan
Mardan Shah †
Bahram
Isandir
Karinz bin Karianz
Wahman Mardanshah
Jalinus†

Beerzan
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Khalid bin Walid
Al-Mutsanna bin Haritsah
Umar bin Khattab
Abu Ubaid ats-Tsaqafi 
Sa'ad bin Abi Waqqash
Zuhrah bin Hawiyyah
Hasyim bin Utbah
Al-Qa'qa' bin Amr at-Tamimi
Abu Musa Al-Asy'ari
Ammar bin Yasir
An-Nu'man bin Muqarrin 
Hudzaifah bin al-Yaman
Al-Mughirah bin Syu'bah
Utsman bin Abi al-Ash
Ashim bin Amr at-Tamimi
Ahnaf bin Qais
Abdullah bin Amir
Thulaihah al-Asadi 
Utbah bin Ghazwan

Penaklukan Persia oleh Muslim (bahasa Farsi: حمله‌ی اعراب hamle-ye a'râb "serangan Arab" atau ظهور اسلام zohur-e eslâm "kedatangan Islam". istilah kedua secara resmi lebih disukai sejak revolusi Iran) merupakan konflik yang berujung pada jatuhnya Kekaisaran Sassaniyah pada tahun 644, keruntuhan dinasti Sassaniyah pada tahun 651 dan pada akhirnya kemunduran agama Zoroaster di Persia. Orang Arab pertama kali memasuki wilayah Sassaniyah pada tahun 633, ketika jenderal Khalid bin Walid menginvasi daerah yang kini disebut Irak. Seiring dipindahkannya Khalid ke front Romawi di Levant, kaum Muslim akhirnya kehilangan kekuasaan mereka akibat serangan balik Persia. Invasi kedua dimulai pada tahun 636 di bawah Sa'ad bin Abi Waqqas, ketika suatu kemenangan kunci pada Pertempuran Al-Qadisiyyah berujung pada berakhirnya kendali Sassaniyah di Persia barat secara permanen. Pegunungan Zagros kemudian menjadi penghalang alami antara Kekhalifahan Rasyidin dan Kekaisaran Sassaniyah. Akibat serangan terus-menerus oleh Persia terhadap daerah tersebut, Khalifah Umar memerintahkan dilancarkannya invasi penuh terhadap Kekaisaran Persia Sassaniyah pada tahun 642, yang selesai dengan penaklukan penuh Sassaniyah pada pertengahan tahun 644. Penaklukan cepat Persia dalam serangkaian serangan bercabang banyak yang terkoordinasi secara baik, diarahkan oleh Khalifah Umar dari Madinah ribuan mil dari medan perang di Persia, merupakan pencapaian terbesarnya, menjadikannya dikenal sebagai seorang ahli strategi politik dan militer yang piawai.[2]

Para sejarawan Iran berusaha untuk membela leluhur mereka dengan menggunakan sumber-sumber Arab untuk menunjukkan bahwa "bertentangan dengan klaim beberapa sejarawan, bangsa Iran, pada kenyataannya, bertempur lama dan gigih melawan bangsa Arab yang datang menyerang."[3] Setelah ditaklukan secara politik, bangsa Persia berusaha mempertahankan diri dengan cara menjaga bahasa dan kebudayaan Persia. Meskipun demikian, agama Islam akhirnya dianut oleh banyak orang, kemungkinan untuk alasan politik atau sosial-kultural, dan menjadi agama yang dominan.[4][5]

Isyarat kenabian

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan mengenai kehancuran kerajaan yang dipimpin oleh Kisra dan Kaisar. Kisra merupakan sebutan bagi raja Kekaisaran Persia, sedangkan Kaisar adalah sebutan bagi raja-raja dari Kerajaan Romawi, negeri Syam dan Al-Jazirah. Kedua sebutan ini diberikan oleh bangsa Arab. Penaklukan Kekaisaran Persia diawali pada masa kekkhalifahan dengan kepempinan Umar bin Khattab. Pada masa ini, wilayah Kekaisaran Persia mulai direbut. Kekuasaan Kisra berakhir pada masa pemerintahan Utsman bin 'Affan pada tahun 32 Hijriah. Pada tahun ini, kekuasaan Kisra berakhir bersama dengan kematiannya.[6] Nabi Muhammad juga pernah mendoakan kecelakaan kepada Kisra. Hal ini dilakukannya ketika mengetahui bahwa surat yang dikirimkan kepada Kisra telah dirobek. Dalam doa ini, Nabi Muhammad mendoakan kehancuran kerajaan yang berada dalam kekuasaan Kisra.[7]

Penaklukan Pertama Mesopotamia (633)

Setelah Perang Riddah, seorang kepala suku Arab timur laut, Al-Mutsanna bin Haritsah, menyerang wilayah Persia, yaitu Mesopotamia (yang sekarang disebut Irak). Bersama dengan kesuksesannya dalam penyerangan itu, sejumlah besar barang jarahan dikumpulkan. Al-Mutsanna kemudian pergi ke Madinah untuk memberitahukan tentang keberhasilannya dan ia diangkat menjadi komandan kaumnya, setelah itu ia mulai menyerang lebih dalam menuju Mesopotamia. Ia menggunakan mobilitas kavaleri ringannya dan karenanya ia dapat menyerang beberapa kota dekat gurun dan ia kembali lagi menuju gurun, dimana Pasukan Sassaniyah tidak dapat mengejar mereka. Tindakan Al-Mutsanna membuat Abu Bakar berpikir tentang ekspansi Kekhalifahan Rasyidin.[8]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Pourshariati 2008, hlm. 469.
  2. ^ The Muslim Conquest of Persia By A.I. Akram. Ch: 1 ISBN 978-0-19-597713-4, 9780195977134
  3. ^ Milani A. Lost Wisdom. 2004 ISBN 978-0-934211-90-1 p.15
  4. ^ Mohammad Mohammadi Malayeri, Tarikh-i Farhang-i Iran (Iran's Cultural History). 4 volumes. Tehran. 1982.
  5. ^ ʻAbd al-Ḥusayn Zarrīnʹkūb (1379 (2000)). Dū qarn-i sukūt : sarguz̲asht-i ḥavādis̲ va awz̤āʻ-i tārīkhī dar dū qarn-i avval-i Islām (Two Centuries of Silence). Tihrān: Sukhan. OCLC 46632917, ISBN 964-5983-33-6 Invalid ISBN. 
  6. ^ Katsir 2018, hlm. 4.
  7. ^ Katsir 2018, hlm. 5.
  8. ^ Tabari: Vol. 2, p. 554.

Daftar pustaka

  • Katsir, Ibnu (2018). Dahsyatnya Hari Kiamat. Diterjemahkan oleh Nurdin, Ali. Jakarta: Qisthi Press. ISBN 978-979-1303-85-9. 

Bacaan lanjutan

Pranala luar