Universitas Cenderawasih
Universitas Cenderawasih (yang disingkat UNCEN) adalah sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang terletak di Jayapura, Papua, Indonesia. Didirikan pada tahun 1962, universitas ini telah mencapai usia 60 tahun. Saat ini, Uncen memiliki 9 fakultas dan 1 Program Pascasarjana, serta total 27.564 mahasiswa. Pada tahun 2020, universitas ini berhasil memperoleh akreditasi institusi B dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu dan efektivitas pengelolaan, Uncen sedang menuju status perguruan tinggi Badan Layanan Umum (BLU). Dengan langkah ini, universitas bertujuan untuk meningkatkan otonomi, transparansi, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, serta memperkuat kerja sama dengan pihak eksternal untuk mencapai tujuan yang lebih besar. SejarahMasa penjajahanUniversitas Cenderawasih (UNCEN) menjadi perguruan tinggi negeri tertua di wilayah Papua dengan sejarah pendidikan yang panjang. Sejak awal, gereja Protestan pada tahun 1856 dan gereja Katolik pada tahun 1921 telah memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan pendidikan di Papua. Beberapa institusi pendidikan yang berdiri di antaranya adalah Sekolah Desa (Dorpschool), Sekolah Sambung (Vervolgscool), Sekolah Teknik Rendah (Lagere Techische School), Sekolah Kerumahtangga (Huis shoudscool), Sekolah Guru (Kweekschool), dan Sekolah Menengah, seperti HBS (Hobere Burger School) di Hollandia (Jayapura). Meskipun pendidikan terbatas, semangat Pemerintah Indonesia untuk membuka perguruan tinggi di Papua tetap kuat. Pada tanggal 10 November 1962, berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 389 tanggal 31 Desember 1962 dan Keputusan bersama Wampa/Koordinator Urusan Irian Barat (sekarang Papua) dan Menteri PTIP No. 140/PTIP/1962 tanggal 10 November 1962, pendidikan tinggi resmi didirikan di kota baru (Jayapura saat ini). Pada saat itu, Irian Barat masih berada di bawah Administrasi United Nations for Temporary Authority (UNTEA). UNTEA didirikan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pada saat itu Papua atau Irian Barat belum secara resmi kembali ke Republik Indonesia. Pada tanggal 1 Mei 1963, Papua atau Irian Barat resmi diserahkan kembali ke Negara Indonesia. Oleh karena itu, Uncen menjadi lembaga pemerintahan RI pertama yang berdiri di Irian Barat (Papua), di samping perwakilan RI. Masa persiapanBerbeda dengan proses pendirian universitas lain di Indonesia pada masa itu, Uncen didirikan berdasarkan Amanat Paduka yang Mulia Presiden/Panglima Tertinggi yang menginstruksikan melalui Wampa Urusan Man Barat dan Wampa Urusan Kesejahteraan Rakyat agar segera didirikan suatu pendidikan tinggi di Irian Barat yang pada saat itu belum dikembalikan ke Indonesia. Pada tanggal 1 Oktober 1962, dibentuk Panitia Persiapan Pendirian Universitas Negeri di Jayapura (Hollandia) berdasarkan Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan: PTIP No. 131, Tahun 1962 tanggal 9 Oktober 1962. Panitia Persiapan bertugas mengadakan persiapan pendirian suatu Universitas Negeri di Jayapura dan wajib melaporkan segala sesuatu tentang penyelenggaraan tugas dan hasilnya kepada Biro Pengajaran dan Pendidikan Departemen PTIP, Boestaman, S.H., selambat-lambatnya tanggal 31 Oktober 1962. Panitia persiapan tersebut dipimpin oleh Major Jenderal (Purn.) Prof. Dr. R. Moestopo sebagai Ketua yang juga menjadi anggota, dengan anggota Prof. Soegarda Poerbakawatja dan Ismail Suny, S.H.,M.C.L. Panitia Persiapan mengadakan pertemuan sebanyak 3 kali, yaitu pada tanggal 6 Oktober 1962, 10 Oktober 1962, dan 13 Oktober 1962 di kediaman Prof. Dr. R. Moestopo. Panitia melakukan kerjasama dengan Biro Pengajaran dan Pendidikan Departemen PTIP. yang dipimpin oleh Boestaman, S.H., pada tanggal 11 Oktober 1962. Selain itu, panitia juga melakukan pertemuan dengan Wampa Pembangunan Man Barat/Menteri Luar Negeri Dr. Soebandrio pada tanggal 13 Oktober 1962 di kediaman Wampa, dan tanggal 14 Oktober 1962 mengadakan pertemuan dengan Sudjarwo Tjondronegoro, S.H., yang menjabat Perwakilan RI semasa UNTEA di Irian Barat. Pertemuan selanjutnya dilakukan dengan Dewan-dewan Gereja di Indonesia dan Wali Gereja Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1962, dengan tujuan mendapatkan dukungan dari golongan Protestan dan Katolik di Irian Barat. Sehubungan dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang terkait dengan perumahan, panitia memutuskan untuk mengirim dosen yang berstatus bujang, dengan seluruh biaya ditanggung oleh Perwakilan RI di Jayapura. Untuk memperkuat berdirinya Perguruan Tinggi di Irian Barat, dibentuk panitia Pendidikan Tinggi Irian Barat (PPTIB) yang diketuai oleh E.J. Bonay, dengan anggota M. Indey, N.M.C. Tanggahma, dan Frist M. Kirihio. Bonay dalam surat kepada pemimpin UNTEA di Jayapura pada tanggal 23 Oktober 1962 menyatakan bahwa sudah saatnya membuka perguruan tinggi di Papua. Pada tanggal 29 Oktober 1962, sekretaris PPTIB Frist M. Kirihio mendesak UNTEA untuk menyediakan fasilitas yang mendukung pendirian Uncen. Pada tahap kedua, tanggal 27 Oktober 1962, pemimpin UNTEA Mr. Rotz Bennet, seorang Guru Besar, mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh Sudjarwo Tjondronegoro, S.H., Prof. R. Soegarda Poerbakawatja, dan Ismail Suny, SH.,M.C.L. Kemudian, pada tanggal 28 Oktober 1962, diadakan pertemuan di kediaman Kol. Solichin dengan Panitia Pendidikan Tinggi yang pembentukannya disponsori oleh Perwakilan RI. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Frits Kirihio, Prof. R. Soegarda Poerbakawatja, Ismail Suny, SH,M.C.L., Makkateru Sjamsuddin, dan P.J. Karamoy. Pada tanggal 29 Oktober 1962, dilakukan pertemuan dengan Mr. Robert Davee, Director of Cultural Affairs UNTEA. Pertemuan tersebut ternyata tidak mencapai kesepakatan karena pihak UNTEA menyadari bahwa kehadiran mereka di Papua sedang menjalankan tugas dan tidak dapat dikaitkan dengan masalah penyerahan pemerintah kepada RI. Namun, menurut pihak Pemerintah Indonesia, pendirian Uncen didasarkan pada keinginan rakyat Man Barat yang berhubungan dengan status Man Barat sebagai bagian dari RI. Pemerintah Indonesia bertanggung jawab memajukan pendidikan di seluruh daerah di Indonesia, seperti terbukti dengan pendirian 14 universitas di Indonesia. Pertemuan selanjutnya diadakan pada tanggal 5 November 1962 jam 10.00, dihadiri oleh pihak UNTEA yaitu Mr. Robert Davee (Perantjis), Mr. Lijsen (Belanda), dan Mr. Itterson (Belanda, direktur pendidikan), serta pihak pemerintah RI yaitu Prof. R Soegarda Poerbakawatja, Ismael Sunny, S.H.,M.C.L. dari F.F.C., dan Soemarno dari perwakilan RI. Tanggal 5 November 1962, di Departemen of Cultural Affairs, dihasilkan sejumlah keputusan yang didasarkan pada berbagai pertimbangan dan kondisi pendidikan di Hollandia. Tahap ketiga, sebagai tindak lanjut dari pertemuan-pertemuan di Hollandia, pada tanggal 7 November 1962, diadakan pertemuan di Jalan Pegangsaan Timur 17 A Jakarta. Hasil pertemuan ini dilaporkan baik secara tertulis maupun lisan oleh wakil FFC (Ismail Sunny, S.H.,M.C.L.), dengan permohonan kepada Menteri untuk mengeluarkan surat keputusan pembukaan Universitas Cenderawasih. Pertemuan selanjutnya dilakukan dengan Menteri PTIP pada tanggal 8 November 1962 di Pegangsaan Timur 17 A Jakarta. Pembicaraan tersebut menyangkut pendirian Uncen yang dijadwalkan dimulai pada tanggal 10 November 1962 di Jayapura, dengan tenaga sebagai berikut: Prof. Soegarda Poerbakawatja sebagai Acting Dekan FKIP, Ismail Suny, SH.,MCL sebagai Acting Dekan FHKK, Makkateru Syamsudin sebagai petugas Tata Usaha Universitas Cenderawasih, dan Prof. Soegarda Poerbakawatja sebagai koordinator Fakultas-fakultas dalam lingkungan Universitas Cenderawasih. Pada tanggal 9 November 1962, diadakan tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan dengan Menteri PTIP di rumah Menteri Jl. Imam Bonjol 24 Jakarta, yang kedua bertempat di Press House, Jl. Thamrin Jakarta, dan yang ketiga pertemuan dengan Gabungan KOTI di Medan Merdeka Barat Jakarta. Ketiga pertemuan ini membahas pemberangkatan tenaga dosen dan tenaga tata usaha. Masa pendirianPada tanggal 10 November 1962, diadakan pertemuan dengan Dr. Subandrio di rumah Jl. Wampa Jakarta untuk menerima laporan FFC dan sekaligus menyetujui pembukaan Universitas Cenderawasih. Pada kesempatan itu, Wampa menandatangani keputusan bersama Wakil Menteri Pertama Koordinator Urusan Man Barat/Menteri PTLP No. 140/PTIP tahun 1962 tentang pendirian Universitas Negeri Cenderawasih yang disaksikan oleh Pemerintah RI di Jayapura. Pukul 20.00 WIT dengan tanggal yang sama di Hollandia (sekarang Jayapura), dengan resmi Universitas Cenderawasih dibuka oleh Wakil Kepala Perwakilan RI yaitu Max Maramis, di lorong dekat kamar kecil dalam gedung OSIBA (Opleiding Schoolvoor lheemsche Bestuursambtenaren, Sekolah Pangreh Praja) Abepura di bekas gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam upacara ini dihadiri oleh para mahasiswa, para pembesar Pemerintah Peralihan UNTEA, anggota Dewan Irian Barat (sekarang Papua), Pejabat Perwakilan RI semasa UNTEA, Perwakilan Belanda, Tokoh agama Protestan dan Katholik, para tokoh masyarakat Irian Barat. Pada saat itu diberikan kuliah umum dengan judul "Dasar dan Tujuan Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka" oleh Prof. Soegarda Poerbakawatja, Guru Besar Ilmu Mendidik. Nama Universitas Cenderawasih ditentukan oleh Presiden Soekarno atas saran Prof. Mr. Mohammad Yamin. Prof. R. Soegarda Poerbakawatja merupakan rektor pertama di Universitas Cenderawasih. Dalam pidato pembukaan berdirinya Uncen, ia mengatakan syukur atas berdirinya lembaga pendidikan tinggi yang membuka kemungkinan yang luas untuk perkembangan jiwa putra-putra Irian Barat dan perkembangan kehidupan rakyat Irian Barat pada umumnya, lembaga pendidikan tinggi yang akan mengejar keterlambatan kemajuan rakyat Irian Barat, lembaga pendidikan tinggi yang akan mengembalikan harga diri dari putra-putri Irian Barat dan rakyat pada umumnya sebagai manusia yang mempunyai hak penuh atas kebebasannya untuk berbicara, berpikir, dan berbuat sesuai dengan sifat sebagai makhluk yang bermasyarakat. Pada waktu didirikan Uncen terdiri dari 2 fakultas, yakni Fakultas Hukum Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (FHKK), dengan program studi Hukum Ketatanegaraan dan Jurusan Ketataniagaan. Sedangkan fakultas yang kedua adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), memiliki program studi: Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Sejarah, Geografi, dan Ilmu Pendidikan. Kemudian pada tanggal 1 Mei 1963 berdasarkan Keputusan Menteri PTIP No.82 tanggal 20 Juli 1963, dibuka lembaga yang setingkat fakultas yaitu Lembaga Antropologi (LA), terdiri dari 2 bagian Penelitian, perpustakaan, pendidikan, dan tata usaha. Selanjutnya tanggal 5 Oktober 1964, dibuka Fakultas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (FPPK) di Manokwari. Namun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pendidikan, maka pada tahun 2001, Uncen secara resmi melepaskan Faperta Manokwari dan kini menjadi Universitas Negeri Papua. Pada tahun 1968, FKIP yang pernah menjadi cabang IKIP Jakarta berubah menjadi 2 fakultas, yaitu: Fakultas Keguruan yang memiliki 5 program studi, yakni Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Sejarah, Geografi, Ilmu Pengetahuan Alam MIPA; dan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memiliki 2 program studi, yaitu Didaktik Kurikulum dan Bimbingan Penyuluhan serta program studi Pendidikan Sosial. Sesuai dengan kebutuhan saat itu, maka pada tahun 1965, Fakultas Hukum Ketatanegaraan dan Ketataniagaan membuka program studi di Sorong, dan pada tahun 1967, dibuka program studi Ilmu Administrasi di Biak. Namun, tahun 1970, kedua program studi ini diintegrasikan kembali ke FHKK di Jayapura. Kemudian, pada Tahun 1978, berdasarkan Keputusan Rektor Uncen No.P-14/A/1978, tanggal 20 Maret 1978, FHKK diubah menjadi Fakultas Ilmu-ilmu Hukum Ekonomi dan Sosial (FIHES). Sesuai dengan pengkategorian fakultas saat itu, maka Uncen tergolong fakultas muda, sehingga penyelenggaraan pendidikan dititikberatkan pada program Sarjana Muda. Pada tahun 1976, beberapa program studi telah menyelenggarakan program Sarjana (5 tahun), dan tahun 1980, secara serentak dimulai program Sarjana pada semua jurusan. Masa perkembanganPada usia ke-25, Uncen masih memiliki 4 fakultas dengan 14 program studi. Namun, seiring pertambahan penduduk, kemajuan teknologi, dan kebutuhan akan pendidikan, kini pada usia ke-60, Uncen telah berkembang menjadi 9 fakultas dan 1 Program Pascasarjana, dengan 83 program studi yang tersedia di dua kampus, yaitu Kampus Abepura dan Kampus Waena. Sarana dan prasarana Uncen terus ditingkatkan untuk mendukung kegiatan akademik dan non-akademik. Beberapa sarana dan prasarana yang tersedia meliputi museum Loka Budaya, auditorium Universitas Cenderawasih, aula Gor Trikora, Sport Center Mahacendra, lapangan baseball dan softball, bus Universitas Cenderawasih, ATM Bank BNI, kafetaria, pujasera, asrama mahasiswa, 14 laboratorium/bengkel, perpustakaan Universitas Cenderawasih, pusat layanan komputer, 2 unit medical center, dan 3 tower BTS Telkom. Sebagai perguruan tinggi terbaik di Papua, Uncen memiliki komitmen untuk menghasilkan lulusan berkualitas, mendukung pengembangan Papua, dan daerah otonomi baru di tanah Papua. Rektor kelima belas Uncen, Dr. Oscar Oswald O. Wambrauw, SE.,M.Sc.,Agr., mendorong pentingnya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, dan akuntabel. Uncen juga terus menjalin kerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan demi mencapai status perguruan tinggi Badan Layanan Umum (BLU). Atribut identitasLambangDalam BAB II Pasal 3 Statuta Universitas Cenderawasih, dijelaskan mengenai lambang yang dimiliki oleh Uncen. Lambang ini berbentuk perisai segi lima yang menggambarkan semangat dan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar utama Uncen. Warna dasar yang dipilih untuk lambang ini adalah kuning emas. Di tengah lambang terdapat gambar burung cenderawasih yang menoleh ke kiri dengan sayap terbuka, melambangkan kebanggaan masyarakat Papua. Burung cenderawasih ini memiliki makna yang mendalam, yaitu dinamika Uncen dalam upaya mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa, dan negara. Selain itu, terdapat sepuluh helai bulu ekor yang menjurai ke atas, melambangkan berdirinya Uncen pada tanggal 10 November 1962. Lambang Uncen juga memiliki elemen lain yang penting. Terdapat buku terbuka yang melambangkan komitmen Uncen dalam membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan teknologi. Adapun bunga melati dengan bintang bersudut lima di dalamnya. Elemen ini memiliki makna yang kuat, yaitu upaya Uncen untuk mencapai keluhuran dan kebijaksanaan berlandaskan kemurnian dan kesucian gerak hidupnya. Warna dasar kuning emas yang dipilih memiliki simbolik yang kaya. Warna ini melambangkan keagungan, keluhuran, dan kebijaksanaan yang menjadi landasan nilai-nilai Uncen. Sementara itu, warna coklat yang digunakan untuk tulisan "UNIVERSITAS" dan "CENDERAWASIH" memiliki arti yang mendalam. Warna coklat menggambarkan kehadiran Uncen yang netral, natural, elegan, anggun, hangat, serta membumi dan stabil. Warna ini menciptakan kenyamanan, kehangatan, memberikan rasa aman, menyenangkan, dan akrab bagi seluruh komunitas Uncen. Selain itu, warna coklat juga mendorong semangat dan komitmen bersama untuk menggapai cita-cita masa depan yang luhur. BenderaUncen memiliki bendera berbentuk persegi panjang dengan perbandingan panjang ke lebar 3:2. Bendera tersebut berwarna dasar kuning dan dikelilingi oleh rumbai berwarna coklat. Di bagian tengah bendera terdapat lambang Uncen. Setiap fakultas di Uncen memiliki bendera dan rumbai dengan warna yang berbeda. Di bawah lambang Uncen, terdapat tambahan tulisan (berwarna kuning) berupa singkatan dari nama masing-masing fakultas. Berikut adalah warna bendera dan rumbai untuk setiap fakultas:
Jas Uncen dan jas fakultasJas Uncen memiliki warna dasar kuning dengan lambang Universitas Cenderawasih yang dibuat dengan benang bordir berwarna kuning emas dan ditempel di dada sebelah kiri. Jas fakultas Uncen memiliki warna yang sesuai dengan warna dasar bendera dan rumbai fakultas masing-masing, dengan bergambar lambang Uncen yang dibuat dengan benang bordir berwarna kuning emas dan ditempel di dada sebelah kiri. LaguLagu yang menjadi lagu wajib di Uncen berjudul "Hymne Universitas Cenderawasih". Lagu ini biasa dinyanyikan pada acara-acara resmi universitas, penyambutan mahasiswa baru, dan wisuda. Lagu ini diciptakan oleh M. Soeharto Adagia dan diaransemen oleh E.F. Ngutra. Syair dari "Hymne Universitas Cenderawasih" menggambarkan makna yang mendalam dan penuh semangat. Syair tersebut mencerminkan keagungan alam Indonesia dengan hutan, gunung, dan lautan yang menjadi sumber ilmu pengetahuan yang megah. Uncen dianggap sebagai lembaga yang mengembangkan dan meneruskan cita-cita. Syair ini menekankan persatuan dan tekad yang teguh, serta upaya maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Pancasila menjadi landasan bekerja yang penting, untuk membangun Papua dengan bangga. Kerjasama dan kolaborasi juga ditekankan demi masa depan yang gemilang bagi negara. Syair ini menggambarkan identitas kuat terhadap Uncen sebagai "universitas kita" yang membangkitkan rasa kepemilikan dan harapan akan prestasi dan kejayaan yang akan datang. KampusSecara geografis, kampus Uncen terletak di dua area yang terpisah, yaitu Kampus Waena dan Kampus Abepura. Meskipun berlokasi di area yang berbeda, kedua kampus ini menawarkan suasana yang sejuk dan nyaman bagi para mahasiswa. Selama perjalanan menuju kampus, terdapat pepohonan tinggi yang menjulang di sepanjang jalan, memberikan perlindungan dari teriknya matahari. Kondisi ini menciptakan lingkungan sekitar kampus yang tetap terasa sejuk meskipun cuaca sedang panas. WaenaKampus Uncen Waena terletak di Waena, Jayapura. Fakultas yang berada di kampus ini adalah FH, FISIP, FEB, FMIPA, FT dan FIK. Adapun sarana dan prasarana yang berada di kampus ini adalah Museum Loka Budaya, Sport Center Mahacendra, Perpustakaan Uncen, Pusat Layanan Komputer, dan Tower BTS Telkom. AbepuraKampus Uncen Abepura terletak di Abepura, Jayapura. Fakultas yang berada di kampus ini adalah FKIP, FKM, FK dan Program Pascasarjana. Adapun sarana dan prasarana yang berada di kampus ini adalah Auditorium Uncen, Aula Gor Trikola, Pujasera, dan Medical Canter. FakultasBerikut adalah fakultas-fakultas dan jurusan-jurusan yang ada di Uncen. Jurusan merupakan level terendah dari struktur organisasi, di bawahnya terdapat program-program studi dalam berbagai jenjang.
Program PascasarjanaSelain Program Magister dan Doktoral yang ada di beberapa fakultas, Uncen juga memiliki Program Pascasarjana yang dimulai sejak berusia 25 tahun dengan pengelolaan tersendiri yang setara dengan fakultas. Program Magister
Program DoktoralProgram Doktor Ilmu Sosial
Unit kegiatan mahasiswa
RektorSejak berdiri 10 November 1962, Uncen telah mempunyai 15 orang Rektor, di antaranya terdapat 3 orang Rektor yang menjabat selama dua periode secara berlanjut.
Mitra dan afiliasiLembaga mitraBidang industriBidang pemerintahan
Bidang pendidikan
Bidang lainnya
Alumni
Referensi
Pranala luar
|