Di sebuah desa, hal supranatural seperti kerasukan roh dianggap sebagai sebuah kepuasan dan kesenangan bersama bagi warganya. Menurut mereka, kebahagiaan itu bisa ditemukan melalui hal-hal yang tidak terlihat kasatmata, di mana hal tersebut selama ini hidup berdampingan dengan masyarakat. Bayu (Angga Yunanda) bercita-cita untuk menjadi seorang perasuk di upacara pesta kerasukan massal. Ia lalu menjadi tokoh sentral dalam menyelesaikan masalah besar yang melanda di desanya, mengancam keharmonisan dari warganya.[3]