Tumbang Titi merupakan “kota yang lengkap” bagi mereka yang tinggal di kecamatan ini dan bagi penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah lain di pedalaman. Di kota ini terdapat penginapan, rumah makan, bank, pasar, toko-toko untuk kebutuhan sandang-pangan-papan, bengkel, salon kecantikan, rumah sakit dan sekolah. Sebuah gereja Katolik yang cukup besar terdapat di sini.
Wilayah administratif
Kecamatan Tumbang Titi terbagi-bagi lagi ke dalam wilayah sekitar 20-an desa, di antaranya Desa Aur Gading, Batu Beransah, Batu Tajam,Pengatapan Raya, Belaban Tujuh, Beringin Raya, Jelayan, Jungkal, Kalimas Baru, Mahawa, Nanga Kelampai, Natai Panjang, Pemuatan Jaya, Petebang Jaya, Segar Wangi, Sengkaharak, Sepauhan Raya, Serengkah Kanan, Serengkah Kiri, Sukadamai, Tanjung Beulang, Titi Baru, dan Tumbang Titi.
Transportasi
Kota kecamatan Tumbang Titi berjarak kurang lebih 90 km dari Ketapang. Untuk menuju Tumbang Titi, dapat digunakan transportasi sungai maupun transportasi darat. Tumbang Titi terletak di tepi Sungai Pesaguan.
Sejak dibangunnya “jalan bagus”, lebih banyak orang memilih transportasi darat ketimbang transportasi sungai. Dari Kota Ketapang, Tumbang Titi dapat dijangkau menggunakan “motor air” (sebutan lokal untuk speedboat) hingga Tembang Cina; dari Tembang Cina perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan ojek motor.
“Jalan bagus” yang menghubungkan Kota Ketapang dan Tumbang Titi merupakan jalan yang terbuat dari tanah dan aspal. Pada September 2009, pemerintah Kabupaten Ketapang melakukan pengaspalan dan perbaikan jalan di sekitar 50% rute Ketapang-Tumbang Titi, tetapi perubahan cuaca serta frekuensi kendaraan berat yang melewati rute tersebut kerap membuat jalan kembali rusak. Namun bagi warga lokal, jalan yang ada sekarang sudah bagus dibanding jalan kecil yang ada pada awal tahun 1990-an. Untuk transportasi darat, bus antar kota menuju Tumbang Titi berangkat sekitar dua atau tiga kali per minggu pada musim kemarau. Frekuensi keberangkatan dapat berubah tergantung pada minimal jumlah penumpang atau barang yang diangkut pada keberangkatan tersebut. Pada musim penghujan, keberangkatan bus sangat tergantung pada kondisi bus, kondisi jalan serta jumlah penumpang. Tarif bus yang berlaku pada Oktober 2009 untuk Ketapang-Tumbang Titi adalah Rp. 60.000,-. Alternatif lain melalui darat adalah dengan menggunakan mobil sewaan atau ojek motor.
Fasilitas umum
Pusat keramaian Tumbang Titi terletak di jalan utama di mana terdapat Pasar Tumbang Titi. Di jalan utama yang membelah dari timur ke barat ini juga terdapat penginapan, rumah makan,serta terdapat Bank Kalbar dan BRI yang merupakan bank yang beroperasi untuk wilayah Tumbang Titi dan sekitarnya.
Barang-barang berupa sandang dan papan dapat diperoleh di Pasar Tumbang Titi, sedangkan untuk sembako, obat-obatan, makanan ringan dan peralatan rumah tangga dapat diperoleh di banyak toko kelontong di seantero Tumbang Titi. Untuk perawatan motor atau mobil terdapat bengkel dan tempat pencucian dengan fasilitas cuci jet-spray. BBM dan minyak tanah dapat diperoleh dari kios-kios BBM atau toko kelontong, dengan harga relatif cukup mahal. Untuk perawatan diri, terdapat tiga buah salon di sekitar pusat kota.
Sejak pertengahan 2009, warga Tumbang Titi sudah dapat menikmati listrik nyaris selama 24 jam. Jika sebelumnya listrik hanya tersedia dari pukul lima petang hingga pukul enam pagi, maka kini listrik mengalir 24 jam setidaknya tiga hari dalam satu minggu. Selain listrik, sinyal telepon seluler di wilayah ini juga terhitung stabil. Telkomsel dan Excel merupakan penyedia layanan seluler yang beroperasi di wilayah ini.
Ketersediaan air di wilayah ini tergolong memadai. Banyak rumah memiliki sumur dengan air yang bening dan tidak berbau. Bagi rumah yang tidak memiliki sumur atau sumurnya kering di musim kemarau, air hujan dan air sungai digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kota Tumbang Titi dibelah oleh sebatang sungai, yakni Sungai Pesaguan. Sungai ini berfungsi sebagai penyedia air dan fasilitas MCK bagi sebagian rumah tangga. Secara musiman juga terdapat penambang pasir yang mengeruk pasir dari kedua sisi sungai untuk dijual.
Fasilitas pendidikan di Tumbang Titi tergolong lengkap dengan adanya dua TK, empat SD, dua SMP dan satu SMU. Kegiatan Pramuka merupakan aktivitas yang diwajibkan bagi siswa-siswi di Tumbang Titi.
Untuk sarana kesehatan, Tumbang Titi memiliki sebuah Puskesmas dan Rumah Sakit. Terdapat dokter, mantri dan bidan yang secara bergiliran melayani masalah-masalah kesehatan.
Bagi tamu yang hendak bermalam, terdapat 3 buah penginapan dengan beberapa buah kamar yang memiliki kamar mandi di dalam. Tarif penginapan per Oktober 2009 adalah Rp. 40.000,- per malam, disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia di dalam kamar.
Penduduk
Penduduk asli Kecamatan Tumbang Titi adalah suku Dayak Pesaguan. Namun dengan semakin terbukanya wilayah dan berkembangnya transportasi, suku-suku dan etnis lain pun berdatangan untuk bekerja dan menetap di wilayah ini. Warga kota Tumbang Titi kini berasal dari etnis Dayak, Melayu, Tionghoa dan Jawa serta sejumlah kecil etnis lain dari Flores, dan Madura. Agama yang dianut adalah Katolik, Kristen Protestan dan Islam. Profesi warga antara lain pedagang, PNS, pegawai swasta, guru, petugas kesehatan, pensiunan, polisi, tentara, buruh dan petani. Dengan keberadaan perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang, banyak warga yang memiliki kapling-kapling sawit sebagai bagian dari pekerjaan sampingan mereka.
Di luar aktivitas kerja, warga memperoleh hiburan melalui televisi, perayaan perkawinan, upacara adat, perayaan peristiwa tertentu seperti Hari Kemerdekaan dan Hari Pramuka, serta Pasar Malam dengan berbagai atraksinya yang dilaksanakan setiap tahun. Bahan bacaan seperti surat kabar, majalah atau buku sangat langka. Koran dan majalah hanya dapat diperoleh di Kota Ketapang, itupun bukan yang terkini. Misalnya saja surat kabar nasional yang terbit pada hari Minggu, mungkin baru dapat diperoleh di Ketapang pada hari Rabu berikutnya. Majalah mingguan baru akan muncul dua minggu hingga satu bulan kemudian.
Kondisi keamanan
Kota Tumbang Titi dapat dikategorikan sebagai wilayah yang aman. Kerusuhan yang sempat melanda Provinsi Kalimantan Barat tidak menyentuh wilayah ini. Pencurian dan perampokan juga sangat jarang terjadi di wilayah ini. Yang acap terdengar adalah perkelahian di antara orang-orang mabuk, tetapi biasanya perkelahian itu dilerai oleh kawan-kawannya sendiri. Perkelahian juga kerap dipicu oleh perebutan wilayah untuk aktivitas tertentu seperti penambangan.