Kabupaten Sekadau merupakan jalur transportasi segitiga, yakni daerah Nanga Taman dan Nanga Mahap yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ketapang. Kabupaten Sekadau di resmi berdiri pada tanggal 18 Desember 2003 setelah melakukan pemekaran dari Kabupaten Sanggau.
Geografi
Kabupaten Sekadau merupakan tempat atau daerah pemekaran dari Kabupaten Sanggau, secara geografis terletak pada 0o38'23" LU dan 0o44'25" LS, serta di antara 110o33'07" BT dan 111o17'44"BT.
Batas Wilayah
Batas wilayah Kabupaten Sekadau terdiri dari:
" Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sanggau
" Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang
" Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang
" Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ketapang
Kabupaten Sekadau yang beribu kota di Sekadau memiliki luas 5.444,30 Km² atau 3,71% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat, yang terbagi dalam 76 Desa dan 7 Kecamatan diantaranya Kecamatan Nanga Mahap, Kecamatan Nanga Taman, Kecamatan Sekadau Hulu, Kecamatan Sekadau Hilir, Kecamatan Belitang Hilir, Kecamatan Belitang dan Kecamatan Belitang Hulu.
Komoditas unggulan Kabupaten Sekadau yaitu sektor perkebunan, pertanian dan jasa. Sektor Perkebunan komoditas unggulannya adalah Kelapa Sawit, Kakao, Karet, Kopi, Kelapa, dan Lada. Sub sektor Pertanian komoditas yang diunggulkan berupa Jagung, Ubi Jalar, dan Ubi Kayu. sub sektor jasa Pariwisatanya yaitu wisata alam.
Sejarah
Sekadau dahulu merupakan daerah pemerintahan kerajaan. Raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah ini adalah:
Dayang Sri Awan
Dayang Sri Bunga
Kyai Dipati Suma Negara
Dayang Kacang
Abang Karang (Kyai Dipati Tumbah Baj)
Dayang Ineh, tahun 1720 menikah dengan Sultan Mangkurat, Raja Melamat (Matan)
Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam wester-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[6]
Kabupaten Sekadau terdiri dari 7 kecamatan dan 87 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 208.791 jiwa dengan luas wilayah 5.444,20 km² dan sebaran penduduk 38 jiwa/km².[10][11]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Sekadau, adalah sebagai berikut:
Penduduk asli Kabupaten Sekadau adalah etnisDayak, yang terbagi dalam sub - sub suku Dayak di Kabupaten Sekadau antara lain, Dayak Mualang ( Ibanik Group ), Dayak Ketungau Sesat ( Ibanik Group ), Dayak Kerabat, Dayak Jawant, dan kemudian disusul oleh Melayu Sekadau. Dayak Mualang mempunyai populasi yang terbesar diperkirakan lebih dari 60% penduduk Kab. Sekadau, Sebagian besar bermukim di Belitang Hilir, Belitang Tengah dan Belitang Hulu dan tersebar ke Kec. Sepauk Kab Sintang, populasi besar kedua yaitu: Dayak Ketungau sesat bermukim di Sekadau Hilir, Sekadau Hulu, Dayak Kerabat dan Dayak Jawant bermukim di Sekadau Hulu, Dayak Mentuka (Nanga Taman dan Nanga Mahap), Suku Dayak Kancikgh (Nanga Taman dan Nanga Mahap), Dayak Menterap Kabut (Nanga Mahap, sedangkan Melayu Sekadau tersebar di pesisir sungai besar yang ada di seluruh kecamatan di Kab. Sekadau, dan sub-sub kecil lainnya yang tersebar di Nanga Taman, Nanga Mahap. Kabupaten Sekadau banyak memiliki peninggalan sejarah di beberapa tempat, antara lain di daerah Nanga Taman dan Nanga Mahap.
Agama
Mayoritas agama yang dianut suku-suku Dayak di Sekadau adalah Katolik dan Protestan, namun ada sebagian menganut Agama Islam yang berasal dari berbagai etnis terutamanya dari etnis Melayu dan diikuti oleh Jawa, Bugis, dan lainnya. Berdasarkan data pemerintahan kabupaten Sekadau tahun 2018, sekitar 60,51% Penduduknya memeluk Kekristenan, dimana Katolik 46,74% dan Protestan 13,77% dari 212.202 jiwa. Pemeluk agama Islam berjumlah 38,63%, kemudian pemeluk Budha 0,71% serta Konghucu 0,11% yang umunya adalah orang Tionghoa.[1]
Rodat Hadrah pada masyarakat pesisir (Melayu Sekadau)
Tari Belangkah/Japin pada masyarakat pesisir (Melayu Sekadau)
Tari Pinggan, tersebar di daerah Belitang Hilir, Belitang Tengah dan Belitang Hulu
Tari Lang Nginang /Tari Lang, tari tradisional Dayak Mualang, sebagai tarian Ritual, guna menumbuhkan kekuatan, kepercayaan diri terhadap Sabong / pendekar yg akan turun mengayau. tarian ini dilakukan diatas tiang teras Rumah Panyai ( tiang bagian tengah) posisi kaki penari, salah satunya di ikat ditiang tersebut, menggunakan Temeran ( kulit kayu kepuak), pelaku tari tersebut naik ke atas tiang, berputar di tiang, kedua tangan membuka laksana elang yang berputar mengintai mangsa ( ngindang), sebelum melakukan tari harus diadakan upacara adat ( bedara") agar dilindungi petara. para ksatria atau Sabong, sebelum mengayau duduk menyaksikan tarian ini, sebagai simbol keberanian dan strategi mengintai musuh.[butuh rujukan]
tarian ini cenderung punah, karena tingkat kesulitan dalam menarikannya. ( melawan gravitasi) konon tarian ini diturunkan oleh Orang Pangau ( khayangan) melalui seseorang yg yelah mati suri selama beberapa hari. adapun nara sumber tarian ini telah banyak yang meninggal, diantaranya. mediang Sengkuang( merbang), Pak Tungkai ( engkuning), informan tarian ini masih ada beberapa yang hidup di daerah Menawai ( simeon), pelaku yg masih ada di menawai ( aboy). tarian ini telah ada dimasa pengayauan yaitu abad ke 3 sebelum datangnya pengaruh hindu dan masih mengamalkan kepercayaan asli.[butuh rujukan]
Tari Pala, tersebar di Belitang Hilir, Kampung Sungai Mirah Desa batu Ancau. Nara Sumber Ibu Jeriah ]
Tari Pedang, tersebar di Belitang Hilir, Belitang Tengah dan Belitang Hulu ]
Tari Ngajat Temuai Datai, merupakan bentuk tari penyambutan terhadap tamu yang datang dan tersebar di Belitang Hilir, Tengah dan Hulu
Tari Sampe, tersebar di daerah Sekadau Hilir, tepatnya di seberang Sungai Kapuas (Dayak Ketunggau sesat wilayah Kedah), merupakan tarian penyambutan tamu, iringan pengantin dan pembukaan acara adat setempat
Kerajinan
Kerajinan masyarakat yang pernah ada ialah Tenun Mualang, yaitu kain tapeh dengan motif kain Engkerebang, Pangit dan lain-lain.
Kerajinan Anyam Tangoy: terdapat di Menawai Lingkau
Kerajinan Bakul, takin terdapat di Nanga Taman dan Nanga Mahap
Pakaian adat
Pakaian adat kaum laki-laki berupa kain tenun yang terdiri dari:
Perisai untuk pertahanan diri, oleh masyarakat setempat disebut kelaukyang dihiasi berbagai motif khas dayak
Tempat bersejarah
Sekadau memilik tempat-tempat bersejarah, antara lain:
Lawang KuariDiarsipkan 2017-02-03 di Wayback Machine. ( merupakan rumah betang yang melebur menjadi gua batu dalam legenda Sangik dan Marik ), di Jaman Kerajaan Sekadau, tempat ini digunakan oleh Pangeran Agong.
Batu Tinggi
Lawang Siti
Batu Kenyalau
Batu Nyaut
Palak Kaba' (Rumah/tempat penyimpanan tengkorak hasil kayau yang berada di Tembawang Gumah Lanau Desa Landau Kodah, Kecamatan Sekadau Hilir.
Konon menurut kisah masyarakat setempat, Lawang Kuari adalah tempat Pangeran Agung mengasingkan diri setelah saudaranya diangkat menjadi raja. Sampai sekarang tempat tersebut dijadikan objek wisata yang terletak di tepi Sungai Kapuas, kurang lebih 1 km dari kota Sekadau ke arah hilir.
^Staatsblad van Nederlandisch Indië,voor het jaar 1849. Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie. 27 Agustus 1849. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-09. Diakses tanggal 2020-08-20.Parameter |lg= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)