Goa Lawang Kuari berada di Dusun Kelilit Desa Seberang Kapuas Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat.[1] Goa ini berada di tebing Sungai Kapuas. Ada tiga goa berjejer (lubang). Konon katanya goa pertama paling kanan (hilir) milik suku Dayak, Bagian tengah milik suku Melayu, dan bagian kiri (Hulu) milik suku China (Tionghoa). Tak semua manusia bisa masuk lewat ketiga lubang kecil itu. Hanya cerita dari mulut ke mulut saja dipercaya kalau lubang itu semakin dalam kian melebar hingga pada kedalaman tertentu bisa seukuran tinggi manusia.[2]
Mitos
Goa Lawang Kuari dikunjungi warga baik dari dalam maupun luar Kabupaten Sekadau sebagai tempat wisata alam dengan berbagai keunikannya. Tapi warga juga menganggap goa ini menyimpan aura mistis. Tak heran banyak yang ke goa dengan hajat atau niat tertentu hingga bagi keyakinan tertentu dianggap sebagai syirik.
Ada pengunjung datang ke Goa Lawang Kuari untuk meminta barokah, seperti kemajuan ekonomi, kesehatan, jodoh, dan sebagainya. Apabila niat sudah tercapai, mereka pun akan kembali datang untuk menuntaskan kewajiban hajatnya atau yang di dalam kepercayaan masyarakat Sekadau disebut dengan ritual mulang hajat[3]
Cerita Masyarakat
Dari penuturan atau yang dihikayatkan warga setempat, untuk masuk ke dalam perut goa harus melalui berbagai rintangan berat. Mulai dari tiarap, berjalan jongkok, barulah sampai ke dalam perut goa yang luas. Di dalam sana terbentang sebuah danau dengan air yang sangat jernih. Kisah yang kerap dituturkan kepada anak cucu sebelum tidur, saking panjangnya goa, akan sampai ke Kecamatan Tayan. Barangkali ada benarnya, kalau menelisik cerita masyarakat Tayan yang juga memiliki goa di tengah-tengah hutan.[2]
Masyarakat Sekadau percaya kalau Goa Lawang Kuari sebagai tempat persembunyian Pangeran Agung dari Kerajaan Sekadau. Bersama para pengikutnya, Pangeran Agung dikisahkan meninggalkan istana di Sungai Barak, Desa Mungguk, karena selisih paham dengan raja yang berkuasa kala itu. Sang pangeran dan pengikutnya pun diburu prajurit istana. Untuk menghilangkan jejak dari kejaran, Pangeran Agung menaburkan abu yang yang menyelimuti semua pengikutnya itu kemudian berubah menjadi batu.[2][4]
Ikon Sekadau
Nama Goa Lawang Kuari kian menjadi tenar ketika Kabupaten Sekadau terbentuk 2003 silam.[5] Seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Sekadau pun memerlukan julukkan yang akrab di telinga masyarakat. Lawang Kuari pun akhirnya menjadi julukan untuk Kabupaten Sekadau. Sebagai ikon daerah, Pemkab menjadikan Goa Lawang Kuari sebagai salah aset wisata. Upaya pengembangan sudah dilakukan, meski hasilnya masih belum optimal. Tapi akhirnya gua bersejarah itu tak terpelihara dan jadi kotor. Banyak coretan oleh tangan jail di dinding dinding goa tersebut.[2]
Akses
Untuk mencapai Goa Lawang Kuari dapat dijangkau dari kota Sanggau. sekitar 7Km menggunakan motor sampai ke Dermaga Apung. Tiga langkah dari dari dermaga kita bisa menemukan pagar areal goa kemudian menuju sebuah gerbang. Sayangnya gerbang tersebut kini telah tumbang. Setelah menapaki beberapa anak tangga, bertemulah dengan pendopo sebagai tempat istirahat pengunjung. Dari pendopo inilah, Goa Lawang Kuari terlihat jelas berjarak 20 langkah. Tepatnya adalah tumpukan batu-batu besar seakan disusun oleh tangan manusia.[2]
Referensi