Pengendalian banjir di IKN merupakan cara pendekatan yang digunakan untuk mengurangi, meminimalisir atau mencegah efek negatif dari meluapnya air hujan ke daerah pemukiman di wilayah Ibu Kota Nusantara dan sekelilingnya. Mengingat Kalimantan Timur memiliki curah hujan yang tinggi dan topografi yang bervariasi, pengelolaan air hujan yang baik sangat penting untuk mencegah banjir di kawasan tersebut. Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan atau PDSK pembangunan pengendalian banjir dari Sungai Sepaku di kelurahan Sepaku, berkaitan dengan 21 orang warga sebagai korban banjir di wilayah RT. 1 dan RT. 2 Kelurahan Sepaku,yang telah sepakat agar pembangunan pengendalian banjir di lahan seluas kurang lebih 2,24 hektar milik Otorita Ibu Kota Nusantara saat ini akan tetap dilanjutkan.[1]
Pembangunan bendung, embung, dan kolam retensi
IKN Nusantara dirancang dengan prioritas bagi ruang terbuka hijau yang mencapai 75% dari total luas wilayah. Ini bertujuan untuk meningkatkan serapan air hujan dan mengurangi limpasan atau luapan permukaan air yang menyebabkan banjir. Otorita Ibu Kota Nusantara telah mengidentifikasi penyebab banjir di Kelurahan Sepaku, di wilayah Nusantara, Kalimantan Timur pada 17 Maret 2024. Penyebabnya adalah hujan yang terjadi di bagian hulu dan adanya gorong-gorong yang tidak optimal sehingga meningkatnya aliran air permukaan, juga karena adanya faktor erosi, kemudian sedimentasi dan pendangkalan dasar sungai. OIKN telah melakukan berbagai upaya untuk memitigasi banjir, di antaranya dengan membangun bendung, 30 embung, dan retensi kolam-kolam yang dilakukan oleh Kementerian PUPR yang saat ini masih akan diteruskan sehingga jumlah embung-embungnya dapat mencapai 60 buah atau lebih. Selain itu, juga dilakukan pembangunan infrastruktur pengendali banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti halnya di DAS Sanggai, dan juga secara umum penyusunan rencana pengelolaan DAS terpadu di IKN dan Kaltim bersamaan dengan rehabilitasi hutan dan lahan oleh BP-DAS Mahakam - Berau, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa 51,18% dari luas wilayah Kota Samarinda merupakan daerah rawan banjir.[2] Di samping itu, pembangunan Bendungan Sepaku Semoi akan dapat mengendalikan banjir di kawasan IKN Nusantara hingga 55.26%.[3]
Wilayah IKN akan menggunakan sistem drainase baru dan berkelanjutan yang mengedepankan konsep sponge city atau kota spons. Sistem ini meniru cara alam dalam menyerap dan menyalurkan air hujan, dengan menggunakan tanah, vegetasi, dan saluran air alami. Kolam retensi/ penampungan atau embung yang dibangun untuk menampung air hujan, dengan sedikit demi sedikit dapat mengalirkan secara bertahap ke saluran air, sehingga mengurangi potensi banjir saat curah hujan tinggi, terutama untuk wilayah Sepaku yang telah menjadi bagian dari Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN dan kerap dilanda banjir. Pada Senin, 24 Juni 2024, misalnya, musibah banjir cukup signifikan telah dilaporkan menerjang 80 rumah dan sejumlah bidang sawah di RT 1, RT 2, dan RT 3, di Kelurahan Sepaku yang terjadi setelah hujan deras mengguyur hulu Sungai Sepaku.[4]
Teknologi Cerdas untuk Monitoring dan Pengelolaan Air
Sebagian besar kawasan hutan di sekitar IKN akan dipertahankan dan dilestarikan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan fungsi hidrologi alamiah, sehingga dapat mengurangi erosi dan menjaga aliran air secara alami. Pengendalian banjir di IKN juga akan berkaitan dengan pengelolaan daerah aliran sungai agar air yang mengalir ke wilayah IKN dapat dikendalikan dengan baik. Ini mencakup pengendalian erosi tanah, penanaman kembali pohon-pohon hutan (reboisasi) di daerah hulu, dan pembuatan serta perlindungan bantaran sungai dengan menggunakan beton konkrit yang kuat. Penggunaan teknologi digital dan sistem pemantauan secara real-time akan diterapkan untuk memantau kondisi cuaca, ketinggian permukaan air, dan jumlah debit aliran sungai secara real-time. Hal ini dapat memungkinkan respons yang cepat dan tepat dalam menghadapi potensi banjir. Data curah hujan, aliran air, dan kapasitas penyimpanan akan digunakan untuk mengatur pembukaan dan penutupan pintu air serta pengelolaan kolam retensi secara otomatis dan semi otomatis.[5]
Dengan kombinasi strategi di atas, diharapkan risiko banjir di IKN Nusantara dapat diminimalisir sehingga kota ini tidak hanya modern, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan.