Persemaian Mentawir adalah tempat bibit tanamandiperbanyak untuk mendukung rencana re-forestasi (penghutanan kembali) wilayah IKN dan pulau Kalimantan yang berada di kelurahan Mentawir, Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Tempat persemaian atau pembibitan ini merupakan pusat produksi bibit atau tempat berbagai macam bibit tanaman diproduksi dan dirawat hingga dipindahkan ke lahan utama nantinya. Persemaian Mentawir yang berdekatan dengan lokasi Embung Mentawir ini diresmikan dan ditinjau oleh Presiden Joko Widodo bersama dengan sejumlah duta besar dan pemimpin lembaga internasional pada Selasa, 4 Juni 2024. Inisiatif persemaian Mentawir ini bisa menjadi contoh nyata bagaimana kerja sama antarnegara dan dukungan internasional dalam memperkuat upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Tempat persemaian ini dibangun untuk memastikan IKN dan wilayah sekitarnya menjadi bagian dari masa depan yang hijau dan berkelanjutan bagi Indonesia. Dalam hal ini, kesan dan semangat positif dari para duta besar yang berkunjung diharapkan dapat memberikan dorongan bagi upaya-upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan di pulau Kalimantan dan di Tanah Air pada umumnya.[1]
Presiden mengatakan bahwa Persemaian Mentawir memiliki kapasitas yang cukup besar sehingga mampu menampung hingga 15 juta bibit tanaman per tahun. Hal ini memungkinkan Indonesia untuk merehabilitasi hutan yang rusak dan mereklamasi bekas tambang dengan efisien. Pohon-pohon endemik dan tanaman-tanaman endemik yang ada di Kalimantan, semuanya ada di Persemaian Mentawir ini baik meranti, kapur, tengkawang, ulin, bangkirai, dan juga ada bibit jambu-jambuan yang akan ditanam di beberapa titik untuk makanan satwa, makanan burung, sehingga muncul kembali satwa-satwa yang dulunya sudah berkurang atau tidak ada.
Selain itu, pembangunan pusat plasma nutfah di dalam Persemaian Mentawir menandai langkah maju dalam konservasi keanekaragaman hayati. Biobank dan seed bank yang ada di persemaian tersebut akan menyimpan bibit-bibit tanaman penting seperti shorea dan dryobalanops (barus), yang makin sulit ditemukan di alam liar. Dengan menggunakan pusat plasma ini sperma satwa-satwa yang mulai sangat berkurang nantinya juga bisa dipakai untuk bayi tabung bagi hewan-hewan yang sudah tidak ada.
Presiden pun menegaskan bahwa Persemaian Mentawir ini bukan hanya mencerminkan komitmen Indonesia terhadap rehabilitasi lingkungan di Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari komitmen global dalam menghadapi perubahan iklim. Selain itu, pembangunan tempat persemaian-persemaian lainnya di berbagai wilayah Indonesia menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan yang berkaitan dengan perubahan iklim global yang naskah kerja samanya telah ditanda tangani oleh pemerintah Indonesia.[2]
Pembangunan
Pusat Persemaian Mentawir ini mencakup total area 120 hektar, dengan 30 hektar digunakan sebagai pusat produksi bibit dan 90 hektar antara lain disiapkan untuk Pusat Plasma Nutfah Nasional yang sedang dalam pekerjaan konstruksi. Persemaian Mentawir dimulai kontruksinya pada akhir 2022 dan selesai pada Desember 2023 dengan kapasitas produksi bibit sebanyak 15 juta pertahun. Sampai saat ini telah diproduksi sekitar 8 juta bibit dan telah didistribusikan sekitar 4,9 juta bibit. Jenis bibit yang diproduksi meliputi jenis tanaman kayu-kayuan endemik, tanaman HHBK, tanaman estetika, dan tanaman pakan satwa. Bibit dari Persemaian Mentawir telah dimanfaatkan untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di wilayah IKN, penanganan lahan kritis, rawan bencana, dan pemulihan ekosistem di wilayah Kalimantan Timur, serta berbagai kegiatan penghijauan lingkungan oleh masyarakat di sekitar IKN.
Persemaian Mentawir ini selesai dibangun dalam kurun waktu 1,5 tahun yang berperan penting untuk merehabilitasi hutan dan mereklamasi bekas tambang. Pohon-pohon endemik serta tanaman-tanaman endemik lainnya yang ada di Kalimantan, semua ada di Persemaian Mentawir ini baik meranti, kapur barus, tengkawang, ulin, bangkirai, dan juga ada bibit jambu-jambuan yang akan ditanam di beberapa titik untuk makanan satwa, makanan burung, sehingga muncul kembali satwa-satwa yang dulunya sudah berkurang atau tidak ada.[3]