Jalur kereta api Cikampek–Padalarang
Jalur kereta api Cikampek–Padalarang adalah jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Cikampek dengan Stasiun Padalarang dan merupakan jalur percabangan dari lintas selatan Pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung. Jalur ini termasuk dalam Daerah Operasi II Bandung dan dikenal sebagai jalur berkelok-kelok menembus perbukitan dan melintasi lembah yang dalam. Jalur ini memiliki banyak jembatan, salah satunya adalah Jembatan Cikubang yang memiliki panjang kurang lebih 300 meter serta Jembatan Cisomang yang ketinggian dari dasar lembah sekitar 100 meter dan merupakan jembatan tertinggi di Pulau Jawa bahkan Asia Tenggara. Selain itu di jalur ini juga menjadi terowongan kereta api konvensional terpanjang di Jawa yang aktif, yaitu Terowongan Sasaksaat dengan panjang 949 meter. SejarahJalur ini diresmikan pada tanggal 27 Desember 1902, dan sampai di Padalarang pada tanggal 2 Mei 1906. Dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS), jalur-jalur tersebut dibangun untuk memangkas waktu tempuh perjalanan kereta api Jakarta–Bandung. SS mengandalkan jalur ini untuk kereta-kereta api ekspres. Bila dibandingkan dengan lewat Cianjur, SS membangun jalur ini untuk pengguna jasa yang ingin cepat sampai di Bandung.[1] Sampai saat ini, ruas-ruas di jalur ini yang sudah menjadi jalur ganda adalah ruas Cikampek-Purwakarta, Ciganea-Sukatani, dan Plered-Cisomang-Cikadongdong.[2][3] Pembangunan jalur ganda Ciganea-Sukatani juga mengepras perbukitan rawan longsor di daerah Ciganea dari jalur kereta api yang tadinya berkelak-kelok mengikuti kontur bukit menjadi lebih lurus dan melewati jembatan baru yang terbuat dari beton. Jembatan ini sekarang dikenal sebagai Jembatan Cisuren.[4] Jalur terhubungLintas aktif
Lintas nonaktif
Layanan kereta apiPenumpangAntarkota
Lokal (Commuter Line)
Barang
Daftar stasiun
Pintasan menuju TanjungrasaJalur ini masuk dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional dan dicanangkan pada tahun 2010. Mulanya dibuat sebagai jalur untuk rencana angkutan kereta api batu bara, serta untuk memangkas waktu tempuh kereta api rute Bandung–Semarang yang selama ini harus dilangsir di Stasiun Cikampek. Sebanyak Rp10 miliar digunakan untuk pembebasan lahan yang akan dibangun pintasan tersebut, dengan permulaan di Stasiun Cibungur dan berakhir di Stasiun Tanjungrasa. Proyek tersebut dimulai pada tahun 2010.[10] Proyek fisik untuk jalur ini diwacanakan pada tahun 2015, tetapi kenyataannya pintasan tersebut tak pernah dibangun sama sekali dan mandek pada saat tubuh baan sudah siap.[11] Referensi
Pranala luarPeta rute:
|