Joanne Rowling, CH,OBE,FRCPE,FRSL (/ˈroʊlɪŋ/ROH-ling;[1] lahir 31 Juli 1965), dikenal dengan nama penaJ. K. Rowling, adalah seorang penulis, filantropis, produser film, dan penulis skenario Inggris. Dia adalah penulis seri Harry Potter, yang telah memenangkan banyak penghargaan dan terjual lebih dari 500 juta kopi pada tahun 2018,[2] dan pada 2008 menjadi seri buku anak-anak terlaris dalam sejarah.[3] Buku-buku tersebut menjadi landasan diproduksinya seri film populer. Rowling juga menulis fiksi kriminal dengan nama pena Robert Galbraith.
Lahir di Yate, Gloucestershire, Rowling bekerja sebagai peneliti dan sekretaris dwibahasa untuk Amnesty International pada tahun 1990 ketika ia menyusun ide untuk seri Harry Potter saat berada di dalam kereta yang terlambat dari Manchester ke London. Selama tujuh tahun berikutnya, ia mengalami berbagai peristiwa, seperti kematian ibunya, kelahiran anak pertamanya, perceraian dengan suami pertamanya, dan hidup dalam kemiskinan sampai novel pertamanya, Harry Potter dan Batu Bertuah, diterbitkan pada tahun 1997. Novel tersebut dilanjutkan dengan enam sekuel, yang terakhir dirilis pada tahun 2007. Sejak saat itu, Rowling telah menulis beberapa buku untuk pembaca dewasa, antara lain Perebutan Kursi Kosong (2012), dan dengan nama samaran Robert Galbraith, ia menulis seri fiksi kriminal Cormoran Strike. Pada tahun 2020, buku "dongeng politik" karangannya, The Ickabog, dirilis dalam bentuk cerita bersambung secara daring.
Kehidupan Rowling berubah drastis, mulai dari hidup dengan mengandalkan tunjangan pemerintah sampai dinobatkan menjadi penulis miliarder pertama di dunia oleh Forbes.[4][5]Forbes melaporkan bahwa Rowling kehilangan status miliardernya setelah menyumbangkan sebagian besar penghasilannya untuk amal. Total penghasilan dari penjualan buku-bukunya di Inggris melebihi £238 juta, menjadikannya sebagai penulis buku terlaris yang masih hidup di Inggris.[6]Sunday Times memperkirakan kekayaan Rowling sebesar £820 juta pada tahun 2021, menjadikannya orang terkaya ke-196 di Inggris.[7] Rowling dianugerahi Order of the Companions of Honor (CH) pada Tahun 2017 atas jasanya dalam bidang kesastraan dan filantropi. Ia mendirikan Volant Charitable Trust untuk membantu perempuan, anak-anak dan remaja yang kurang beruntung dan telah mendukung banyak badan amal, termasuk Comic Relief, Gingerbread, sejumlah yayasan sklerosis multipel dan penyakit coronavirus 2019 serta meluncurkan badan amalnya sendiri bernama Lumos.
Majalah Time menempatkannya di posisi kedua Person of the Year 2007, menghargai inspirasi sosial, moral, dan politik yang ia berikan kepada para penggemarnya.[8] Pada Oktober 2010, ia dinobatkan sebagai "Perempuan Paling Berpengaruh di Inggris" oleh The Guardian.[9] Rowling turut menyuarakan pandangannya mengenai politik Inggris, ia khususnya menentang kemerdekaan Skotlandia dan Brexit, dan dikritik terkait hubungannya dengan media. Sejak akhir 2019, Rowling secara terbuka mengungkapkan pendapatnya tentang transgender dan hak-hak asasi mereka. Pandangannya ini dianggap transfobia oleh organisasi pendukung LGBT dan beberapa feminis, tetapi juga mendapat dukungan dari feminis dan tokoh lainnya.
Nama
Meskipun ia menulis dengan memakai nama pena J.K. Rowling, sebelum menikah kembali namanya adalah Joanne Rowling,[10] atau Jo.[11] Saat dilahirkan, ia tidak memiliki nama tengah.[10] Karyawan di Bloomsbury Publishing meminta agar ia menggunakan dua inisial, bukannya nama lengkap, untuk mengantisipasi bahwa anak laki-laki – target pembaca mereka – tidak akan mau membaca buku yang ditulis oleh seorang perempuan.[10] Rowling memilih K (Kathleen) sebagai inisial kedua nama penanya, yang merupakan nama neneknya dari pihak ayah, dan karena kemudahan pengucapan dua huruf berurutan.[12] Setelah menikah lagi pada tahun 2001,[13] ia terkadang menggunakan nama Joanne Murray dalam urusan bisnis pribadi.[14] Saat berlangsungnya Kasus Leveson terkait praktik dan etika pers di Inggris, ia memberikan bukti atas nama Joanne Kathleen Rowling.[15]
Kehidupan dan karier
Kehidupan awal dan keluarga
Joanne Rowling lahir pada 31 Juli 1965 di Cottage Hospital di Yate.[17][a] Orangtuanya Anne (née Volant) dan Peter "Pete" James Rowling bertemu setahun sebelumnya di kereta api, sama-sama bepergian dari Stasiun King's Cross, London, ke tempat tugas mereka di pangkalan angkatan laut di Arbroath, Skotlandia. Anne bertugas di WREN dan Pete di Angkatan Laut Britania Raya.[23] Mereka berasal dari keluarga kelas menengah;[19] Pete adalah putra seorang pembuat peralatan mesin yang kemudian membuka toko kelontong.[24] Mereka berdua berhenti dari angkatan laut dan tinggal di rumah pedesaan untuk membesarkan calon bayi mereka,[24] dan menikah pada 14 Maret 1965[19] ketika keduanya berusia 19 tahun.[25] Keluarga Rowling menetap di Yate,[26] dan Pete mulai bekerja sebagai karyawan perakitan di pabrik Siddeley Bristol.[24] Perusahaan Pete merupakan anak perusahan Rolls-Royce,[27] dan ia bekerja di bagian manajemen sebagai teknisi kontrak.[28] Anne kemudian bekerja sebagai teknisi sains.[29] Baik Anne maupun Pete tidak mengenyam perkuliahan.[30]
Joanne memiliki adik perempuan bernama Dianne, yang dua tahun lebih muda dari dirinya.[19] Saat Joanne berusia empat tahun, keluarganya pindah ke Winterbourne, Gloucestershire.[25][31] Dia mulai bersekolah di Sekolah Dasar St Michael di Winterbourne ketika berusia lima tahun.[19][b] Keluarga Rowling tinggal bersebelahan dengan satu keluarga bernama Potter – nama yang selalu disukai Joanne.[34][c] Keduanya suka membaca dan rumah mereka dipenuhi dengan bermacam buku.[35] Pete sering membacakan The Wind in the Willows kepada kedua putrinya,[36] dan Anne memperkenalkannya pada hewan-hewan dalam buku-buku Richard Scarry.[37] Tulisan pertama Joanne adalah sebuah cerita berjudul "Rabbit" yang ditulisnya ketika berusia enam tahun, yang terinspirasi dari makhluk dalam buku Scarry.[37]
Saat Rowling berusia sembilan tahun, orang tuanya membeli Church Cottage yang bersejarah di Tutshill.[38][d] Pada tahun 1974, Rowling mulai bersekolah di Sekolah Gereja Inggris terdekat.[41] Penulis biografi Sean Smith mengibaratkan guru Rowling bernama Sylvia Morgan sebagai "kapak perang"[42] yang "memunculkan ketakutan sampai ke jantung anak-anak";[43] gurunya ini mendudukkan Rowling di "barisan murid bodoh" setelah ia mendapatkan nilai buruk dalam ujian aritmatika.[44][e] Pada tahun 1975, Rowling bergabung dengan kelompok kepanduan Brownies. Acara kepanduan dan nama-nama regunya (Fairies, Pixies, Sprites, Elves, Gnomes dan Imps) semakin menginspirasi dirinya akan dunia sihir.[45] Saat berumur sebelas atau dua belas tahun,[46] ia menulis sebuah cerita pendek berjudul "The Seven Cursed Diamonds".[47] Rowling kemudian menggambarkan dirinya pada masa ini sebagai anak yang "kutu buku - pendek dan gemuk, berkacamata tebal, hidup di dunia lamunan".[48]
Sekolah menengah dan universitas
Rowling menempuh pendidikan sekolah menengah di Wyedean School and College, sebuah sekolah negeri yang dimasukinya pada usia sebelas tahun[49] dan tempat ia pernah dirisak.[50][51] Rowling mendapatkan inspirasi menulis dari guru favoritnya, Lucy Shepherd, yang mengajarkan pentingnya struktur dan ketelitian dalam menulis.[52][53] Smith menulis bahwa Rowling "sangat ingin memainkan gitar listrik yang berat",[54] dan menggambarkan Rowling sebagai gadis "cerdas namun pemalu".[55] Menurut gurunya Dale Neuschwander, Rowling membuat para guru terkesan dengan imajinasinya.[56] Ketika Rowling beranjak remaja, bibi buyutnya memberinya buku Hons and Rebels, autobiografi aktivis hak asasi Jessica Mitford.[57] Mitford segera menjadi idola Rowling, dan ia membaca semua buku-bukunya.[58]
Anne memiliki pengaruh yang kuat pada kedua putrinya.[19] Pada awal kehidupan Rowling, dukungan dari ibu dan adik perempuannya menanamkan kepercayaan diri dan antusiasmenya untuk mendongeng.[59] Anne adalah seorang juru masak yang kreatif dan ulung,[60][f] yang turut membantu kegiatan Kepanduan putrinya,[63] dan ia bekerja di departemen kimia di Wyedean di saat putrinya bersekolah di sana.[29] Ketiganya berjalan kaki pergi dan pulang sekolah, saling bercerita tentang hari mereka, lebih seperti sesama saudara perempuan daripada ibu dan anak perempuan.[54][64]John Nettleship, kepala sains di Wyedean, menggambarkan Anne sebagai sosok yang "benar-benar brilian, berkilau dan sangat imajinatif".[20]
Anne Rowling didiagnosis mengidap penyakit sklerosis multipel ketika ia berusia 34[65] atau 35 tahun dan Jo berusia 15 tahun,[66] dan Anne harus berhenti dari pekerjaannya.[67] Kehidupan rumah Rowling diperumit oleh penyakit ibunya[68] dan hubungan yang buruk dengan ayahnya.[69] Rowling kemudian mengungkapkan bahwa "rumah adalah tempat yang sulit untuk ditinggali",[70] dan mengakui masa remajanya tidak bahagia.[71] Pada tahun 2020, Rowling mengungkapkan bahwa ayahnya sebenarnya lebih mengharapkan anak laki-laki dan mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan obsesif kompulsif yang parah pada masa remajanya.[72] Ia mulai merokok, tertarik pada musik rok alternatif,[65] dan meniru rambut sisir belakang ala Siouxsie Sioux dan memakai celak hitam.[20] Sean Harris, sahabatnya saat SMA, memiliki Ford Anglia berwarna pirus yang membantunya melarikan diri dari kehidupan di rumahnya yang kacau dan menjadi sarana bagi Harris dan Rowling untuk melebarkan kegiatan mereka.[73][g]
Tinggal di kota kecil dengan banyak tekanan di rumah, Rowling lebih tertarik pada pekerjaan sekolahnya.[65] Steve Eddy, guru bahasa Inggrisnya di SMP, mengingat Rowling sebagai murid yang "tidak berkelebihan" tetapi "salah satu gadis yang cerdas dan cukup pandai dalam bahasa Inggris".[71] Rowling mengikuti ujian A-level bahasa Inggris, Perancis dan Jerman, memperoleh dua nilai A dan B dan diangkat sebagai ketua murid di Wyedean.[76] Rowling mendaftar ke Universitas Oxford pada tahun 1982 tetapi ditolak.[19] Penulis biografinya mengungkapkan bahwa penolakannya ini berhubungan dengan privilese, karena ia bersekolah di sekolah negeri, bukannya di sekolah swasta.[77][78]
Rowling bercita-cita menjadi penulis,[79] tetapi memilih jurusan bahasa Prancis dan klasik di Universitas Exeter karena alasan praktis, yang dipengaruhi oleh orang tuanya yang berpendapat bahwa prospek pekerjaan akan lebih bagus jika memiliki kemampuan dwibahasa.[80] Rowling kelak mengungkapkan bahwa Exeter awalnya tidak seperti yang ia harapkan ("berada di tengah-tengah orang yang sama-sama bepikiran radikal"), tetapi ia perlahan menikmati masa perkuliahannya setelah bertemu dengan teman-teman yang seperti dirinya. Rowling tergolong mahasiswa rata-rata di Exeter, digambarkan oleh para penulis biografinya sebagai gadis yang "mengutamakan kehidupan sosialnya dibanding kehidupan akademis, kurang berambisi dan tidak antusias".[81][82] Rowling mengungkapkan bahwa ia tidak melakukan banyak hal di kampus, lebih memilih untuk membaca Dickens dan Tolkien.[71] Ia memperoleh gelar BA dalam bahasa Prancis dari Exeter,[83] lulus pada tahun 1987 setelah belajar selama satu tahun di Paris.[84]
Inspirasi dan kematian ibu
Setelah lulus kuliah, Rowling pindah ke sebuah flat di Clapham Junction bersama teman-temannya,[85] dan mengambil kursus untuk menjadi sekretaris dwibahasa.[19] Saat ia bekerja paruh waktu di London, Amnesty International mempekerjakannya sebagai pendokumentasi masalah hak asasi manusia di negara Afrika yang berbahasa Prancis.[86] Rowling mulai menulis novel dewasa saat bekerja paruh waktu, meskipun novel-novel tersebut tidak pernah diterbitkan.[20][87] Pada tahun 1990, Rowling berencana untuk pindah bersama pacarnya ke Manchester,[25] dan ia sering kali melakukan perjalanan jauh dengan kereta api untuk berkunjung.[46] Pada pertengahan 1990, Rowling berada di dalam kereta yang terlambat empat jam dari Manchester ke London,[88] ketika karakter Harry Potter, Ron Weasley, dan Hermione Granger muncul dengan jelas di pikirannya.[89] Karena tidak memiliki pena atau kertas untuk menulis, ia mengeksplorasi karakter dan cerita tersebut ke dalam imajinasinya, dan mulai menulis setelah tiba di flatnya.[88]
Rowling pindah ke Manchester pada bulan November 1990.[58] Ia menjelaskan waktu yang dihabiskannya di Manchester sebagai "tahun-tahun kesengsaraan".[90] Di Manchester, ia bekerja di Kamar Dagang[46] dan bekerja sambilan di Universitas Manchester.[91] Ibunya meninggal dunia akibat SM pada 30 Desember 1990.[92] Rowling sedang menulis Harry Potter pada saat itu dan belum sempat memberitahu ibunya mengenai hal tersebut.[93] Ia memiliki hubungan yang tidak baik dengan ayahnya,[71] dan kematian ibunya sangat memengaruhi penulisan Rowling.[94] Rowling kelak mengungkapkan bahwa Cermin Tarsah diilhami oleh kematian ibunya,[95] dan menyatakan adanya "hubungan yang jelas" antara Harry menghadapi kematiannya dengan kehidupannya sendiri.[96]
Rasa duka karena kehilangan ibunya diperparah ketika beberapa barang pribadi yang diwariskan oleh ibunya dicuri.[58] Dengan berakhirnya hubungan Rowling dengan pacarnya dan diberhentikan dari pekerjaan kantoran di Manchester, Rowling menggambarkan dirinya dihadapkan pada pilihan "berjuang atau kabur".[71] Sebuah iklan di The Guardian membawanya pindah ke Porto, Portugal, pada bulan November 1991 untuk mengajar kelas malam bahasa Inggris,[97] sambil tetap menulis di siang hari.[71]
Pernikahan, perceraian, dan ibu tunggal
Lima bulan setelah tiba di Porto, Rowling bertemu dengan wartawan televisi Portugis bernama Jorge Arantes di sebuah bar dan mengetahui bahwa mereka sama-sama mengidolakan Jane Austen.[98] Pada pertengahan 1992, mereka merencanakan perjalanan ke London untuk memperkenalkan Arantes kepada keluarga Rowling, tetapi Rowling mengalami keguguran.[99] Hubungan mereka bermasalah, tetapi mereka tetap menikah pada tanggal 16 Oktober 1992.[100][h] Putri mereka bernama Jessica Isabel Rowling Arantes (dinamai menurut Jessica Mitford[i]) lahir pada 27 Juli 1993 di Portugal.[20] Pada saat itu, Rowling telah menyelesaikan tiga bab pertama Harry Potter dan Batu Bertuah - hampir seperti yang akhirnya diterbitkan - dan telah menyusun draf bab lainnya.[102]
Rowling mengalami kekerasan dalam rumah tangga semasa pernikahannya.[72][103] Arantes mengungkapkan pada Juni 2020 bahwa ia menampar Rowling dan tidak menyesalinya.[104] Rowling menggambarkan pernikahannya "singkat dan bencana".[46] Ia dan Arantes berpisah pada 17 November 1993 setelah Arantes mengusirnya dari rumah; Rowling kembali bersama polisi untuk mengambil Jessica dan bersembunyi selama dua minggu sebelum ia meninggalkan Portugal.[105] Pada akhir 1993, dengan draf Harry Potter di kopernya,[71] Rowling pindah bersama putrinya ke Edinburgh, Skotlandia,[17] berencana tinggal bersama adik perempuannya untuk menghabiskan Natal.[58]
Penulis biografi Smith mengajukan pertanyaan mengapa Rowling memilih untuk tinggal bersama adiknya, bukannya ayahnya.[106] Rowling menjelaskan mengenai hubungannya yang buruk dengan ayahnya, mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Oprah Winfrey bahwa "hubungan tersebut bukan hubungan yang baik dari sudut pandang saya untuk waktu yang sangat lama, tetapi saya perlu menghibur diri dan saya terus melakukannya untuk waktu yang lama. Tetapi saya sampai pada titik di mana saya harus berhenti dan mengatakan saya tidak bisa melakukan ini lagi."[69] Ayah Rowling, Pete, menikahi sekretarisnya dua tahun setelah kematian Anne,[107] dan The Scotsman melaporkan pada tahun 2003 bahwa "keputusan sang ayah yang buru-buru menikah dengan sekretarisnya membuat dua kakak beradik tersebut tertekan dan keretakan memisahkan mereka berdua dan ayahnya."[20] Rowling mengungkapkan pada tahun 2012 bahwa ia tidak berbicara dengan ayahnya dalam sembilan tahun terakhir.[71]
Rowling mengupayakan bantuan dari pemerintah dan memperoleh tunjangan sebesar £69 ($103,50) per minggu dari Jaminan Sosial. Ia tidak ingin membebani adik perempuannya yang baru saja menikah dan pindah ke sebuah flat yang menurutnya lebih mirip "sarang tikus".[108] Rowling kelak menggambarkan status ekonominya saat itu dengan kondisi "miskin karena hidup pada masa Inggris modern tetapi tidak menjadi tunawisma". Tujuh tahun setelah lulus dari universitas, Rowling menganggap dirinya gagal.[109]Tison Pugh menulis bahwa "efek memilukan kemiskinan, ditambah dengan perhatiannya untuk menafkahi putrinya sebagai orang tua tunggal, menimbulkan kesulitan besar".[46] Pernikahannya gagal dan ia menganggur, ditambah dengan seorang anak yang menjadi tanggungan, tetapi Rowling mengungkapkan bahwa situasi ini membuatnya bisa lebih fokus menulis.[109] Rowling mengatakan bahwa "Jessica membuat saya terus maju".[107] Teman sekolahnya, Sean Harris, meminjamkannya uang sebesar £600 ($900) sehingga ia bisa pindah ke flat yang lebih bagus di Leith,[110] dan di sanalah ia menyelesaikan Batu Bertuah.[110]
Arantes tiba di Skotlandia pada bulan Maret 1994 untuk mencari Rowling dan Jessica.[20][111] Pada 15 Maret 1994, Rowling meminta tindakan perlindungan diri kepada pihak berwajib dan Arantes kembali ke Portugal.[20][112] Pada awal tahun tersebut, Rowling mulai mengalami depresi berat[113] dan meminta bantuan medis saat ia mulai berpikir untuk bunuh diri.[46][j] Setelah menjalani terapi selama sembilan bulan, kondisinya berangsur-angsur membaik.[113] Rowling mengajukan gugatan cerai pada 10 Agustus 1994[115] dan perceraiannya disahkan pada 26 Juni 1995.[116]
Rowling bertekad menyelesaikan bukunya sebelum mendaftar kursus pelatihan guru, karena khawatir ia tidak akan bisa menyelesaikannya begitu memulai kursus tersebut.[58] Rowling sering kali menulis di kafe,[117] termasuk kafe Nicolson milik adik iparnya.[118] Gajinya sebagai sekretaris sebesar £15 ($22,50) per minggu, tetapi ia akan kehilangan tunjangan pemerintah jika pendapatannya lebih besar.[119] Pada musim panas 1995, seorang temannya memberinya uang yang dimanfaatkannya agar bisa menjadi guru penuh waktu di sekolah.[120] Karena sangat membutuhkan uang dan berharap bisa mencari nafkah dengan mengajar,[121] Rowling memulai kursus pelatihan guru pada bulan Agustus 1995 di Moray House School of Education[122] setelah menyelesaikan novel pertamanya.[123] Rowling memperoleh sertifikat mengajarnya pada bulan Juli 1996.[10] Rowling kelak mengungkapkan bahwa menulis buku Harry Potter pertama telah menyelamatkan hidupnya, dan kekhawatirannya mengenai "cinta, kehilangan, perpisahan, dan kematian tercermin dalam buku pertama".[96]
Rowling menyelesaikan Harry Potter dan Batu Bertuah pada bulan Juni 1995.[124] Draf awal bukunya memuat gambar Harry di dekat perapian, menampakkan bekas luka berbentuk sambaran petir di dahinya.[125] Setelah adanya laporan mengenai antusiasme pembaca pertama, Christopher Little Literary Agency setuju untuk mewakili Rowling mencari penerbit. Naskah buku tersebut dikirimkan kepada dua belas penerbit, yang kesemuanya menolak.[20] Barry Cunningham, yang mengelola departemen sastra anak di Bloomsbury Publishing, akhirnya membeli naskah tersebut.[126]Nigel Newton, kepala Bloomsbury pada saat itu, memutuskan untuk menerbitkan naskah setelah putrinya yang berusia delapan tahun membaca bab pertama dan penasaran dengan kelanjutannya.[46][127] Meskipun Bloomsbury bersedia menerbitkan buku tersebut, Rowling mengenang Cunningham pernah berkata kepadanya, "Kamu tidak akan pernah menghasilkan uang dari buku anak-anak, Jo."[128] Rowling menerima dana hibah penulis dari Dewan Seni Skotlandia[k] untuk membantu biaya dan pengeluaran pengasuhan anak sebelum diterbitkannya Batu Bertuah, serta membantu penulisan sekuelnya, Kamar Rahasia.[129][130] Pada bulan Juni 1997, Bloomsbury menerbitkan Batu Bertuah dengan tiras awal sebanyak 500 eksemplar.[131][132] Sebelum Kamar Rahasia diterbitkan, Rowling hanya menerima £2.800 ($4.200) dalam bentuk royalti.[133]
Batu Bertuah (diterbitkan di Inggris dengan judul Harry Potter and the Philosopher's Stone) memperkenalkan karakter Harry Potter. Harry adalah seorang penyihir yang tinggal bersama keluarga nonpenyihir sampai ulang tahunnya yang kesebelas, ketika ia diundang untuk bersekolah di Sekolah Sihir Hogwarts.[134][135] Rowling menulis enam sekuel, yang mengisahkan petualangan Harry di Hogwarts bersama sahabatnya, Hermione Granger dan Ron Weasley, serta upayanya untuk mengalahkan penyihir hitam Lord Voldemort, yang membunuh orang tua Harry ketika ia berusia satu tahun. Dalam Batu Bertuah, Harry menggagalkan upaya Voldemort untuk mendapatkan cairan kehidupan; dalam Relikui Kematian, Harry berhasil membunuh Voldemort.[134]
Rowling mendapat kabar bahwa hak penerbitan di AS dilelang dalam pameran Bologna Children's Book Fair.[136]Scholastic Corporation membeli hak penerbitan tersebut seharga US$105.000, yang mengejutkan dan menyenangkannya.[137] Rowling membeli sebuah apartemen di Edinburgh dengan uang hasil penjualan buku pertama.[138] Arthur A. Levine, kepala percetakan di Scholastic menginginkan perubahan judul buku menjadi Harry Potter and the School of Magic (Harry Potter dan Sekolah Siihir). Rowling menyarankan judul Harry Potter and the Sorcerer's Stone.[139]Sorcerer's Stone dirilis di Amerika Serikat pada September 1998.[140] Buku tersebut tidak banyak diulas, tetapi ulasan yang diterima pada umumnya baik.[141]Batu Bertuah menjadi buku terlaris New York Times pada bulan Desember.[142]
Pada bulan Oktober 1998, Warner Bros. membeli hak film atas dua novel pertama Harry Potter dengan "harga tujuh digit".[148] Rowling menerima tawaran tersebut dengan ketentuan bahwa studio hanya boleh memproduksi film-film Harry Potter berdasarkan buku yang ia tulis,[149] dan naskah akhir film tetap harus disetujui oleh Rowling.[150]Ia mempertahankan beberapa kendali atas naskah dan pernak-pernik film.[151]Harry Potter and the Philosopher's Stone, adaptasi film dari buku pertama Harry Potter, dirilis pada November 2001.[152]Steve Kloves menulis skenario untuk semua film, kecuali film kelima,[153] dengan bantuan Rowling, yang memastikan bahwa naskah film tetap sejalur dengan plot novel.[154] Seri film ditutup dengan Harry Potter and the Deathly Hallows, yang difilmkan menjadi dua bagian; Bagian 1 dirilis pada 19 November 2010,[155] dan Bagian 2 pada 15 Juli 2011.[156]
Pada tahun 1998, Rowling dijuluki oleh media sebagai "janda miskin yang memenangkan jackpot".[133] Menurut penulis biografinya Sean Smith, publisitas menjadi strategi pemasaran yang efektif dalam penjualan seri Harry Potter.[133] Tetapi perjalanan Rowling mulai dari hidup dengan mengandalkan tunjangan dari pemerintah sampai menjadi kaya raya dan terkenal, telah memunculkan kekhawatiran dari para orang tua terkait penggambaran okultisme dan gender di dalam buku.[162] Meskipun demikian, Smith berpandangan bahwa kekhawatiran ini berperan dalam "meningkatkan profil publik Rowling, bukannya merusaknya".[163]
Rowling mengakui dirinya adalah seorang penganut Kristiani.[164] Meskipun ia tumbuh besar di sebelah gereja,[165] keluarganya jarang datang ke gereja.[l] Rowling mulai bergabung dengan kongregasi Gereja Skotlandia, tempat Jessica dibaptis, sewaktu ia sedang menulis Harry Potter.[167] Dalam sebuah wawancara tahun 2012, Rowling berkata bahwa ia adalah anggota Gereja Episkopal Skotlandia.[168] Rowling mengungkapkan bahwa ia percaya pada Tuhan,[169] meskipun pernah meragukan keberadaan-Nya,[170] dan perjuangannya dengan iman berpengaruh besar dalam buku-bukunya.[96] Rowling tidak mempercayai ilmu sihir atau magi.[164][169]
Rowling menikah dengan seorang dokter bernama Neil Murray pada 26 Desember 2001.[13] Setelah Komisi Pengaduan Pers Inggris memutuskan bahwa sebuah majalah telah melanggar privasi Jessica dengan memuat foto anak di bawah umur saat Rowling berlibur bersama keluarganya pada bulan Agustus 2001,[171][172] Murray dan Rowling berupaya mencari tempat yang lebih pribadi dan tenang untuk tinggal dan bekerja.[173] Rowling membeli Killiechassie House di Perthshire, Skotlandia,[174] dan pasangan tersebut menggelar pernikahan kecil pribadi di sana, yang diberkati oleh seorang pendeta Episkopal dari Edinburgh.[13] Putra mereka, David Gordon Rowling Murray, lahir pada tahun 2003,[175] dan putri mereka Mackenzie Jean Rowling Murray lahir pada 2005.[176] Pada tahun 2020, Rowling dikabarkan memiliki rumah bergaya Georgia senilai £4,5 juta di Kensington dan rumah senilai £2 juta di Edinburgh.[177]
Pada tahun 2004, Forbes menyebut Rowling sebagai "penulis miliarder pertama".[178] Rowling membantah ia adalah seorang miliarder dalam sebuah wawancara tahun 2005.[5] Pada tahun 2012, Forbes mengabarkan bahwa Rowling sudah tidak lagi menjadi miliarder karena sebagian hartanya telah disumbangkannya untuk kegiatan amal dan akibat tingginya pajak di Inggris.[179] Rowling dinobatkan sebagai penulis dengan pendapatan tertinggi di dunia oleh Forbes pada tahun 2017[180] dan 2019.[181] Pada tahun 2021, Sunday Times memperkirakan kekayaan Rowling sebesar £820 juta, menjadikannya sebagai orang terkaya ke-196 di Inggris.[7]
Pada pertengahan 2011, Rowling hengkang dari Christopher Little Literary Agency dan bergabung dengan agen milik Neil Blair, Blair Partnership. Blair mewakilinya menerbitkan Perebutan Kursi Kosong (The Casual Vacancy), yang dirilis pada 27 September 2012 oleh Little, Brown and Company.[182] Ini adalah buku pertama Rowling setelah Harry Potter dan novel dewasa pertamanya.[183] Memuat pandangan kontemporer fiksi Inggris pada abad ke-19 mengenai kehidupan di perdesaan,[184]Perebutan Kursi Kosong bertema komedi gelap,[185] dan kritikus Ian Parker menggambarkannya sebagai "komedi tata krama perdesaan".[71] Buku ini diadaptasi menjadi miniseri yang diproduksi bersama oleh BBC dan HBO.[186]
Little, Brown menerbitkan Dekut Burung Kukuk (The Cuckoo's Calling), novel pertama karangan Robert Galbraith, pada bulan April 2013.[187] Novel ini awalnya terjual 1.500 eksemplar dalam versi sampul keras.[188] Setelah dilakukan penyelidikan yang dipicu oleh diskusi di Twitter, jurnalis Richard Brooks menghubungi agen Rowling, yang membenarkan bahwa Galbraith adalah nama samaran Rowling.[188] Rowling kemudian berkata bahwa ia menikmati berkarya sebagai Robert Galbraith,[189] nama yang diambilnya dari idolanya Robert F. Kennedy dan Ella Galbraith, tokoh yang ia ciptakan sendiri pada masa kecil.[190] Setelah pengungkapan tersebut, penjualan Dekut Burung Kukuk meningkat drastis.[191]
Pada tahun 2017, BBC One merilis Strike, adaptasi televisi dari novel Cormoran Strike yang dibintangi oleh Tom Burke. Seri ini dibeli oleh HBO untuk ditayangkan di Amerika Serikat dan Kanada.[198]
Pottermore, situs web yang memuat informasi dan cerita mengenai karakter di semesta Harry Potter, diluncurkan pada tahun 2011. Saat dirilis, Pottermore berakar pada novel-novel Harry Potter, menjelajahi cerita pada seri dalam format interaktif. Pemasaran situs web tersebut dikaitkan dengan Rowling; ia memperkenalkan situs tersebut dalam sebuah video sebagai lingkungan media bersama yang kontennya ditulis oleh dirinya dan penggemar Harry Potter. Situs ini direvisi pada tahun 2015 menyerupai ensiklopedia Harry Potter. Di luar konten ensiklopedia, sejak tahun 2015 Pottermore juga menyertakan promosi untuk film-film Warner Bros., termasuk Fantastic Beasts and Where to Find Them.[199][200] Pottermore ditutup pada bulan Oktober 2019 dan semua kontennya dipindahkan ke situs wizardingworld.
Harry Potter and the Cursed Child dipentaskan pertama kali di West End pada bulan Mei 2016[201] dan di Broadway pada bulan Juli.[202] Pada pemutaran perdananya di London, Rowling menegaskan bahwa ia tidak akan menulis buku Harry Potter lagi.[203] Dalam penulisan naskah drama ini, Rowling bekerja sama dengan penulis Jack Thorne dan sutradara John Tiffany.[201][202] Naskah Cursed Child diterbitkan dalam bentuk buku pada bulan Juli 2016.[204] Drama tersebut mengisahkan persahabatan antara putra Harry, Albus, dengan Scorpius Malfoy, putra Draco Malfoy, di Hogwarts.[202]
The Ickabog adalah buku pertama Rowling yang ditujukan untuk pembaca anak-anak sejak Harry Potter.[205] Ickabog adalah monster legenda yang menjadi nyata; sekelompok anak menemukan kebenaran tentang Ickabog dan berpetualang.[206][207] Rowling merilis The Ickabog secara daring dan gratis pada pertengahan 2020, saat pemberlakuan karantina wilayahCOVID-19 di Inggris.[208] Rowling mulai menulis buku ini pada awal 2009 tetapi mengenyampingkannya agar bisa fokus pada karya lain, termasuk Perebutan Kursi Kosong.[208] Scholastic mengadakan kompetisi untuk menyeleksi karya seni anak-anak yang akan dipakai untuk edisi cetak, yang diterbitkan di AS dan Kanada pada 10 November 2020.[209] Keuntungan penjualan buku ini disumbangkan kepada badan amal yang membantu penanganan COVID-19.[205][210]
Dalam Petualangan Jack & Piggy Natal (The Christmas Pig), dikisahkan seorang anak laki-laki kehilangan boneka binatang favoritnya, seekor babi, dan Babi Natal membimbingnya melewati Dunia Tersembunyi yang fantastis untuk menemukannya.[211] Novel ini diterbitkan pada 12 Oktober 2021 di Amerika Serikat[212] dan menjadi buku terlaris di Inggris[213] dan AS.[214]
Inspirasi
Rowling mengungkapkan Jessica Mitford adalah inspirasi terbesarnya.
Rowling menyebut Jessica Mitford sebagai pengaruh terbesarnya. Ia berkata Mitford "telah menjadi pahlawan saya sejak berusia 14 tahun, ketika mendengar bibi buyut saya menceritakan bagaimana Mitford melarikan diri pada usia 19 untuk bertempur bersama The Reds dalam Perang Saudara Spanyol", dan yang membuatnya mengidolakan Mitford adalah karena dia "pemberontak yang gigih dan naluriah, berani, suka berpetualang, lucu dan blakblakan, tidak ada yang disukainya selain pertarungan yang hebat, dan lebih memilih melawan musuh yang sombong dan munafik".[215] Saat masih anak-anak, Rowling membaca The Chronicles of Narnia karya C.S. Lewis, The Little White Horse karya Goudge, Manxmouse karya Paul Gallico, dan buku-buku karya E. Nesbit dan Noel Streatfeild.[216] Rowling mengungkapkan Jane Austen adalah "penulis favoritnya sepanjang masa".[217]
Rowling mengakui bahwa Homer, Geoffrey Chaucer, dan William Shakespeare memberikan pengaruh kesastraan bagi dirinya.[218] Para pakar sepakat bahwa Harry Potter sangat dipengaruhi oleh penulis fantasi remaja seperti C. S. Lewis, J. R. R. Tolkien, Elizabeth Goudge, Ursula K. Le Guin, Dianna Wynne Jones, dan E. Nesbit.[219] Menurut kritikus Beatrice Groves, Harry Potter juga "berakar pada tradisi sastra Barat", termasuk karya klasik.[220] Para kritikus juga mencatat kesamaannya dengan cerita anak-anak karya Enid Blyton dan Roald Dahl.[221] Rowling mengungkapkan kekagumannya pada Lewis, yang juga menonjolkan pertempuran antara baik dan jahat dalam karya-karyanya, tetapi menolak dikaitkan dengan Dahl.[222]
Karya-karya sebelumnya yang menceritakan mengenai karakter yang belajar menggunakan sihir antara lain seri Earthsea karya Le Guin, yang juga bercerita mengenai sekolah sihir, dan buku-buku Chrestomanci karya Jones.[223][224] Latar tempat dalam cerita Rowling di "sekolah sihir" diilhami oleh cerita tokoh protagonis yang menjadi murid bimbingan seorang penyihir, misalnya dalam The Sorcerer's Apprentice, dan cerita ini juga muncul pada Harry Potter, ketika Harry menerima instruksi pribadi dari Remus Lupin dan guru-guru lainnya.[223] Rowling juga terinspirasi dari cerita-cerita yang berlatar di sekolah asrama, misalnya Tom Brown's School Days edisi 1857 karya Thomas Hughes.[225][226]
Gaya dan tema
Gaya dan alusi
Rowling terutama dikenal sebagai penulis fantasi dan buku anak.[227] Tulisannya dalam genre lain seperti fiksi sastra dan misteri pembunuhan kurang mendapat perhatian kritikus.[228] Karya Rowling paling terkenal, Harry Potter, digolongkan sebagai dongeng, Bildungsroman, dan cerita sekolah asrama.[229][230] Tulisannya yang lain dikategorikan oleh Pugh sebagai fiksi kontemporer yang dipengaruhi sejarah (Perebutan Kursi Kosong) dan fiksi detektif hardboiled (Cormoran Strike).[231]
Dalam Harry Potter, Rowling menggabungkan peristiwa yang luar biasa dengan yang biasa.[232] Narasinya menyajikan dua dunia – dunia biasa dan fantasi – tetapi berbeda dengan dunia fantasi biasa karena unsur sihirnya tetap menyatu dengan kehidupan sehari-hari.[233] Menurut penulis Catherine Butler, lukisan yang bergerak dan berbicara; buku menggigit pembacanya; surat meneriakkan pesannya; dan peta yang menunjukkan pergerakan secara langsung,[232][234] menjadikan dunia sihirHarry Potter tampak "eksotis dan familier".[234] Perpaduan antara unsur realistis dan romantis meluas ke karakter ciptaan Rowling. Nama para karakter sering mengandung morfem yang mencerminkan karakteristik tokohnya: Malfoy yang rumit, Filch yang tidak menyenangkan, dan Lupin si manusia serigala.[235][236] Harry adalah orang yang biasa dan mudah bergaul, dengan ciri-ciri yang umum seperti memakai kacamata pecah;[237] Roni Natov menyebutnya "khas anak-anak".[238] Unsur-unsur ini berperan dalam menyoroti sikap kepahlawanan Harry, membuatnya menjadi pahlawan biasa dan juga pahlawan dongeng.[237][239]
Motif Arthurian, Kristen dan dongeng kerap dijumpai dalam tulisan Rowling. Kemampuan Harry mencabut Pedang Gryffindor dari Topi Seleksi serupa dengan kisah Excalibur dalam legenda Raja Arthur.[240] Kehidupannya bersama keluarga Dursley disamakan dengan Cinderella.[241] Seperti The Chronicles of Narnia karya C.S. Lewis, Harry Potter sarat akan simbolisme dan alegori Kristiani. Seri ini dipandang sebagai fabel moral Kristiani dalam tradisi Psychomachia, ketika pendukung kebaikan dan kejahatan bersaing untuk menguasai jiwa seseorang.[242] Kritikus sastra anak Joy Farmer melihat adanya kemiripan antara Harry dan Yesus Kristus.[243] Membandingkan Rowling dengan Lewis, ia berpendapat bahwa "sihir adalah sarana bagi kedua penulis untuk menjabarkan realitas spiritual".[244] Menurut Maria Nikolajeva, citra Kristen sangat kuat dalam bab-bab terakhir seri Harry Potter: Harry tewas mengorbankan diri dan Voldemort menyampaikan kata-kata "ecce homo", kemudian Harry dibangkitkan dan mengalahkan musuhnya.[245]
Tema
Kematian adalah tema utama dalam seri Harry Potter.[246][247] Dalam buku pertama, ketika Harry memandang Cermin Tarsah, ia merasakan kegembiraan dan "kesedihan yang amat dalam" saat mengetahui hasratnya: orang tuanya, hidup dan bersamanya.[248] Mengikhlaskan kehilangan orang-orang yang dicintainya menjadi pokok dari karakter Harry dan diwujudkan dalam cara yang berbeda di sepanjang seri, seperti perjuangannya menghadapi Dementor.[248][249] Karakter lainnya di kehidupan Harry juga turut mati; ia bahkan menghadapi kematiannya sendiri dalam Harry Potter dan Relikui Kematian.[250] Seri ini menggunakan perspektif eksistensial - Harry harus tumbuh cukup dewasa untuk menerima kematian.[251] Di dunia Harry, kematian tidaklah pasti, tetapi bisa berubah.[252] Tidak seperti Voldemort, yang melawan kematian dengan cara memisahkan dan menyembunyikan jiwanya dalam tujuh bagian, jiwa Harry utuh, yang dipelihara oleh persahabatan dan cinta.[251] Cintalah yang membedakan kedua karakter tersebut. Harry menjadi pahlawan karena ia mencintai orang lain, bahkan rela menerima kematiannya sendiri untuk menyelamatkan orang lain, sedangkan Voldemort menjadi penjahat karena ia tidak memiliki rasa cinta.[253]
Harry Potter dapat digolongkan sebagai cerita tentang kebaikan melawan kejahatan, meskipun pembagian moralnya tidak mutlak.[254][255] Kesan pertama sejumlah karakter sering kali menyesatkan. Dalam buku pertama, Harry beranggapan bahwa Quirrell bersifat baik karena ia menentang Snape, yang kelihatannya jahat; pada kenyataannya, posisi mereka terbalik. Pola ini kemudian berulang pada karakter Moody dan Snape.[254] Dalam dunia Rowling, kebaikan dan kejahatan adalah pilihan seseorang, bukannya sifat yang melekat pada orang tersebut. Kesempatan kedua dan penebusan juga menjadi tema utama dalam seri ini.[256] Hal ini tercermin dengan munculnya keraguan dalam diri Harry setelah ia mengetahui hubungan antara dirinya dengan Voldemort, seperti Parseltongue;[257] dan hal ini juga ditonjolkan lewat karakterisasi Snape, yang digambarkan sebagai karakter yang kompleks dan rumit.[258] Menurut pandangan beberapa pakar, meskipun narasi Rowling menceritakan tentang Harry, fokus yang sebenarnya kemungkinan ditujukan pada moralitas dan karakter Snape.[259][260]
Penerimaan
Rowling telah menikmati kesuksesan komersial yang luar biasa sebagai seorang penulis. Seri Harry Potter menduduki puncak daftar buku terlaris,[261] melahirkan waralaba media global, termasuk seri film[69] dan permainan video,[262] serta telah diterjemahkan ke dalam 60 bahasa pada tahun 2008.[263] Tiga buku pertama menduduki tiga tempat teratas dalam daftar buku terlaris The New York Times selama lebih dari satu tahun; buku-buku tersebut kemudian dipindahkan ke daftar buku anak-anak terlaris yang baru diciptakan.[264] Empat buku terakhir – Piala Api,[265]Orde Phoenix,[266]Pangeran Berdarah-Campuran, dan Relikui Kematian[267] – masing-masing mencatat rekor sebagai buku dengan penjualan tercepat di Inggris atau AS. Menurut Bloomsbury, pada 2018 seri ini telah terjual lebih dari 500 juta eksemplar.[2] Tidak satu pun dari karya Rowling selanjutnya, baik Perebutan Kursi Kosong maupun seri Cormoran Strike, yang menyamai kesuksesan Harry Potter,[268] meskipun Perebutan Kursi Kosong sempat menjadi buku terlaris di Inggris beberapa minggu setelah dirilis.[269] Kepopuleran Harry Potter telah dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk nostalgia yang ditimbulkan oleh cerita sekolah berasrama, sifat karakternya yang memikat, dan ceritanya yang bisa dinikmati oleh beragam pembaca.[270][271] Menurut Julia Eccleshare, buku-buku Harry Potter "tidak terlalu sastra atau terlalu populer, terlalu sulit atau terlalu mudah, juga tidak terlalu muda atau terlalu tua", dan oleh sebab itu bisa menjembatani kesenjangan membaca tradisional.[272]
Tanggapan kritikus terhadap Harry Potter lebih beragam. Harold Bloom menganggap prosa Rowling buruk dan plotnya terlalu umum,[273][274] sedangkan Jack Zipes berpendapat bahwa seri tersebut tidak akan sukses jika tidak dirumuskan sedemikian rupa.[275] Zipes mengungkapkan bahwa novel-novel awal memiliki plot yang sama: di setiap buku, Harry meninggalkan keluarga Dursley untuk bersekolah Hogwarts, tempat ia menghadapi Lord Voldemort dan kemudian kembali dengan keberhasilan.[276] Prosa Rowling dianggap sederhana dan tidak inovatif; Le Guin, serta beberapa kritikus lainnya, menganggap prosanya memiliki "gaya yang biasa".[277] Menurut novelis A. S. Byatt, buku-buku Harry Potter mencerminkan budaya bodoh yang didominasi oleh opera sabun dan acara realitas televisi.[278][229] Beberapa kritikus berpendapat bahwa bentuk sastra Harry Potter tidak inovatif, dan tidak menantang ide-ide pembaca yang sudah terbentuk sebelumnya.[229][279] Pendapat ini banyak dipertentangkan; kritikus sastra anak Philip Nel menolak kritik seperti "keangkuhan" yang mengiringi kepopuleran novel,[273] sedangkan Mary Pharr berpendapat bahwa konvensionalisme Harry Potter merupakan inti kepopulerannya: dengan menggabungkan bentuk-bentuk sastra yang akrab bagi pembacanya, Rowling mengajak pembaca untuk "mengembangkan ide mereka sendiri".[280]
Kritik terhadap karya-karya Rowling lainnya beragam. Perebutan Kursi Kosong, karyanya pada genre fiksi sastra, mendapat ulasan yang beragam. Sejumlah kritikus memuji penokohannya, sedangkan yang lain berpendapat bahwa akan lebih baik jika novel tersebut memuat unsur sihir.[281] Seri Cormoran Strike diterima dengan lebih baik sebagai karya fiksi detektif Inggris, meskipun sejumlah kritikus menganggap bahwa plotnya agak bertele-tele.[282] Ulasan teatrikal Harry Potter and the Cursed Child sangat positif.[201][202] Penggemar lebih kritis terhadap penggunaan tema perjalanan waktu dalam ceritanya, perubahan kepribadian para karakter, dan kedekatan yang tidak biasa dalam hubungan Albus dan Scorpius, yang menyebabkan beberapa penggemar mempermasalahkan keterkaitannya dengan kanon Harry Potter.[283]
Pengelompokan sosial dan gender
Penggambaran Rowling atas perempuan dalam Harry Potter sangat kompleks dan beragam, tetapi tetap sesuai dengan penggambaran stereotip dan patriarkat gender.[284] Pembagian gender bisa dikatakan tidak ada dalam buku-buku Harry Potter: Hogwarts adalah sekolah umum untuk putra-putri dan perempuan memegang kekuasaan dalam masyarakat sihir. Tetapi, hal ini mengaburkan tipikal karakter perempuan dan penggambaran umum peran gender konvensional.[285] Menurut kritikus Elizabeth Heilman dan Trevor Donaldson, subordinasi karakter perempuan berperan lebih jauh di awal seri. Tiga buku terakhir "menampilkan peran perempuan yang lebih kaya dan lebih kuat": misalnya, "karakter paling matriarkat" dalam seri ini, Molly Weasley, berperan sangat penting dalam pertempuran terakhir di Relikui Kematian, sedangkan perempuan lain tampil sebagai pemimpin.[286] Hermione Granger menjadi karakter penting yang aktif dan independen dalam pertempuran protagonis melawan kejahatan.[287] Meskipun demikian, sangat disayangkan karakter perempuan yang sangat cakap seperti Hermione dan Minerva McGonagall hanya diberikan peran pendukung,[288] dan status Hermione sebagai panutan feminis diperdebatkan oleh sejumlah kritikus.[289] Karakter perempuan sering kali digambarkan bersifat emosional, dicirikan oleh penampilan mereka, dan jarang diberi hak pilih dalam keluarga.[290][291]
Hierarki sosial penyihir di dunia ciptaan Rowling diperdebatkan oleh kalangan kritikus. "Darah murni" jika memiliki dua orang tua penyihir; "darah campuran" jika salah satu orang tuanya penyihir; dan penyihir "kelahiran Muggle" memiliki kemampuan sihir meskipun tidak satu pun dari orang tuanya penyihir.[292] Lord Voldemort dan para pengikutnya percaya bahwa kemurnian darah adalah yang terpenting dan Muggle merupakan makhluk yang tidak manusiawi.[293] Menurut pakar sastra Andrew Blake, Harry Potter menolak kemurnian darah sebagai landasan pembagian sosial;[294] Suman Gupta sepakat bahwa filosofi Voldemort mencerminkan "kejahatan mutlak";[295] dan Nel dan Eccleshare berpendapat bahwa hierarki yang berlandaskan ras atau kemurnian darah adalah suatu kejahatan.[296][297] Gupta, sepakat dengan Blake,[298] berpendapat bahwa keunggulan esensial penyihir atas Muggle – penyihir bisa menggunakan sihir dan Muggle tidak bisa – bermakna bahwa buku-buku Harry Potter secara koheren tidak membantah prasangka anti-Muggle dengan menyerukan kesetaraan antara penyihir dan Muggle. Sebaliknya, menurut Gupta, Harry Potter mencontohkan bentuk toleransi "belas kasihan dan altruisme dari orang-orang yang tergolong ras superior" terhadap ras yang lebih rendah.[299]
Penggambaran Rowling mengenai ras, khususnya perbudakan peri rumah, mendapat tanggapan yang beragam. Pakar sastra Brycchan Carey memuji sentimen abolisi pada buku, memandang Perkumpulan untuk Peningkatan Kesejahteraan Peri Rumah yang dibentuk oleh Hermione bisa menjadi panutan bagi pembaca muda dalam keterlibatan politik.[300][301] Kritikus lain, termasuk Farah Mendlesohn, menganggap penggambaran peri rumah adalah hal yang "paling sulit diterima": peri rumah tidak diberi hak untuk memerdekakan diri dan mengandalkan kebaikan orang lain seperti Hermione.[302][303] Pharr menyebut peri rumah sebagai unsur yang tidak harmonis dalam seri tersebut, berpendapat bahwa Rowling membiarkan nasib mereka menggantung;[304] pada akhir Relikui Kematian, para peri rumah tetap senang diperbudak.[305]
Ada sejumlah upaya pencekalanHarry Potter di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat,[306][307] dan khususnya di wilayah Sabuk Alkitab.[308] Menurut Asosiasi Perpustakaan Amerika Serikat, buku-buku Harry Potter menjadi buku yang paling ditentang dalam tiga tahun pertama penerbitannya.[309] Pada tahun-tahun berikutnya, para orang tua di beberapa kota di AS melancarkan protes menentang penggunaan buku tersebut di sekolah.[310] Sejumlah kritikus Kristen, terutama Kristen Evangelis, menuduh bahwa novel-novel tersebut mempromosikan ilmu sihir dan berbahaya bagi anak-anak;[311][312] penentangan serupa juga dilayangkan pada adaptasi film-filmnya.[313] Kritik ini terbagi menjadi dua bentuk, yakni tuduhan bahwa Harry Potter adalah kitab suci bangsa pagan; dan tuduhan buku-buku tersebut mendorong anak-anak menentang pihak berwenang, khususnya bersumber dari penolakan Harry terhadap keluarga Dursley, orang tua angkatnya.[314] Penulis Amanda Cockrell menyatakan bahwa popularitas Harry Potter, yang disertai dengan kehebohan fantasi dan okultisme di kalangan fundamentalis Kristen, menjelaskan mengapa seri ini mendapat penentangan.[307]
Seri Harry Potter juga memiliki sekelompok pendukung religius yang meyakini bahwa buku-buku tersebut memuat nilai-nilai Kristiani, atau Alkitab tidak melarang bentuk-bentuk sihir yang diceritakan dalam seri tersebut.[315] Analisis Kristiani terhadap seri tersebut berpendapat bahwa Harry Potter mengandung nilai persahabatan, kesetiaan, keberanian, cinta, dan godaan kekuasaan.[316][317] Setelah volume terakhir diterbitkan, Rowling mengatakan ia sengaja memasukkan tema-tema Kristen, khususnya gagasan bahwa cinta dapat mengalahkan kematian.[316] Menurut Farmer, salah jika berpikir bahwa Harry Potter mempromosikan ilmu sihir.[318] Pakar Em McAvan menganggap bahwa keberatan kaum evangelis terhadap Harry Potter adalah pemikiran yang dangkal, hanya berpatokan pada keberadaan sihir di dalam buku tanpa berusaha untuk memahami pesan moral dalam seri tersebut.[308]
Warisan
Seri Harry Potter telah mengubah minat terhadap kesastraan anak.[319][320] Pada 1970-an, buku anak-anak pada umumnya bertema realistis, bukannya fantasi,[321] sedangkan fantasi dewasa menjadi populer berkat The Lord of the Rings.[322] Pada dekade berikutnya, terjadi peningkatan minat terhadap tema-tema realis, seram, dengan arus pembaca dan penulis fantasi condong ke karya-karya dewasa.[323][324]
Keberhasilan komersial Harry Potter pada tahun 1997 mengubah tren ini.[325] Pertumbuhannya tidak memiliki preseden di pasar sastra anak: dalam waktu empat tahun, seri tersebut menguasai 28% bidang tersebut berdasarkan pendapatan.[326] Sastra anak meningkat status budayanya,[327] dan fantasi menjadi genre yang dominan.[328] Karya-karya pendahulu dalam genre tersebut, termasuk seri Chrestomanci dan Young Wizards karya Diana Wynne Jones, dicetak ulang dan kepopulerannnya meningkat; beberapa penulis berhasil membangun kembali karier mereka.[329] Dalam dekade berikutnya, banyak bermunculan peniru Harry Potter dan tanggapan subversif menjadi populer.[330][331]
Rowling kerap dibandingkan dengan Enid Blyton, yang juga menulis mengenai petualangan sekelompok anak dan karya-karyanya menguasai pasar buku anak di Inggris dalam waktu yang lama.[332][333] Rowling juga dikatakan sebagai penerus Roald Dahl.[334] Sejumlah kritikus memandang kepopuleran Harry Potter, beserta kesuksesan His Dark Materials karya Philip Pullman dalam waktu bersamaan, sebagai bagian dari pergeseran yang luas dalam selera membaca ke arah penolakan terhadap fiksi sastra yang memiliki plot petualangan.[335] Hal ini tercermin dalam survei "Big Read" BBC pada tahun 2003 mengenai buku yang paling disukai di Inggris, dengan Pullman dan Rowling masing-masing menempati peringkat 3 dan 5, dan sangat sedikit sastra klasik Inggris yang masuk 10 besar.[336]
Kepopuleran Harry Potter membuat penerbitnya merencanakan perilisan buku secara cermat dan akibatnya memunculkan dugaan-dugaan cerita di kalangan penggemar dan pemalsu. Dimulai dengan perilisan Tawanan Azkaban pada 8 Juli 1999 pukul 15.45,[337] penerbit mengatur penjualan buku serentak secara global, memberlakukan protokol keamanan untuk mencegah pembelian awal, dan mewajibkan toko buku agar tidak menjual salinan buku sebelum waktu yang ditentukan.[338] Didorong oleh pertumbuhan akses internet dan pemanfaatannya untuk kepentingan publikasi awal, fiksi penggemarHarry Potter berkembang dan melahirkan komunitas pembaca dan penulis yang beragam.[339][340] Meskipun Rowling mendukung fiksi penggemar, pernyataannya terkait nasib karakter – misalnya, Harry dan Hermione seharusnya menjadi pasangan, dan Dumbledore adalah gay – telah memperumit hubungannya dengan pembaca.[341][342] Menurut para kritikus, hal ini menunjukkan bahwa pembaca modern merasakan rasa kepemilikan atas cerita buku, meskipun bertentangan dengan kehendak penulis.[343][344]
Masalah hukum
Pada tahun 1990-an dan 2000-an, Rowling berulang kali menjadi penggugat dan tergugat dalam tuntutan hukum terkait pelanggaran hak cipta. Nancy Stouffer menggugat Rowling pada tahun 1999, menuduh bahwa Harry Potter meniru cerita yang ia terbitkan pada tahun 1984.[345][346] Rowling memenangkan kasus ini pada September 2002.[347]Richard Posner mengungkapkan gugatan Stouffer sangat cacat dan pengadilan menemukan bahwa ia telah "memalsukan dan mengubah dokumen" bukti, yang membuatnya harus membayar $50.000.[348]
Bersama agen sastra dan Warner Bros., Rowling telah melayangkan tindakan hukum terhadap sejumlah penerbit dan penulis tiruan Harry Potter di beberapa negara.[349] Pada pertengahan 2000-an, Rowling dan penerbitnya mengajukan perintah yang melarang penjualan atau penerbitan ulasan buku-bukunya sebelum tanggal perilisan resmi.[350][351]
Dimulai tahun 2001, setelah Rowling menjual hak film kepada Warner Bros., studio tersebut berupaya menutup sejumlah situs web penggemar Harry Potter, kecuali situs tersebut benar-benar dibuat oleh penggemar "asli" untuk tujuan yang tidak berbahaya.[352] Pada tahun 2007, bersama Warner Bros., Rowling memproses penghentian penerbitan buku berdasarkan konten dari situs penggemar bernama The Harry Potter Lexicon.[345][353] Pengadilan memutuskan bahwa Lexicon bukanlah penggunaan wajar atau karya turunan materi Rowling, tetapi hal tersebut tidak mencegah buku tersebut diterbitkan dalam bentuk yang berbeda.[354][355]
Filantropi
Pada awal 2000, saat masih menulis seri Harry Potter, Rowling mendirikan Volant Charitable Trust, yang dinamai sesuai nama ibunya.[356] Misinya adalah untuk "mengurangi kesenjangan sosial, dengan penekanan khusus pada mendukung perempuan, anak-anak dan remaja yang berisiko".[357] Rowling dan MEPEmma Nicholson[358] mendirikan yayasan Lumos pada tahun 2005 (saat itu bernama Children's High Level Group).[356] Rowling ditunjuk sebagai presiden badan amal Gingerbread (awalnya bernama One Parent Families) pada tahun 2004,[359] setelah menjadi duta amalnya pada tahun 2000.[356] Rowling juga bekerja sama dengan Sarah Brown[360] dalam menulis buku cerita anak-anak dan hasil penjualannya disumbangkan kepada One Parent Families.[356] Rowling menjadi donor Inggris paling dermawan kedua pada tahun 2015 (setelah penyanyi Elton John), menyumbangkan kurang lebih US$14 juta.[361]
Beberapa karya dalam semesta Harry Potter telah dijual untuk kepentingan amal. Keuntungan dari hasil penjualan Hewan-hewan Fantastis dan Di Mana Mereka Bisa Ditemukan dan Quidditch dari Masa ke Masa, keduanya diterbitkan pada tahun 2001, disumbangkan ke Comic Relief.[356] Untuk menyokong badan amal Children's Voice, yang kemudian berganti nama menjadi Lumos, Rowling menjual salinan deluxeKisah-Kisah Beedle Si Juru Cerita dalam acara pelelangan tahun 2007. Karya tersebut dibeli oleh Amazon seharga £1,95 juta, mencatatkan rekor sebagai karya sastra kontemporer dan sastra anak termahal yang pernah dijual.Rowling men[365][366] Rowling menerbitkan buku tersebut, dan pada tahun 2013 ia menyumbangkan hasil penjualannya senilai £19 juta kepada Lumos.[367][368] Pada tahun 2008, Rowling dan 12 penulis lainnya menulis karya pendek untuk dijual demi kepentingan Dyslexia Action dan English PEN. Sumbangsih Rowling adalah prekuel Harry Potter sepanjang 800 kata.[369][m]
Ketika penjualan Dekut Burung Kukuk meningkat setelah terungkap bahwa buku tersebut ditulis oleh Rowling,[191] ia menyumbangkan royaltinya ke ABF The Soldiers' Charity (sebelumnya bernama Army Benevolent Fund).[356][371]
Pada tahun 2008, Rowling menyumbang sebesar £1 juta kepada Partai Buruh, menunjukkan dukungannya terhadap Perdana Menteri Buruh Gordon Brown dalam melawan pesaing KonservatifDavid Cameron, dan memuji kebijakan Buruh terkait kemiskinan anak.[372] Ketika ditanyakan mengenai pemilu presiden Amerika Serikat 2008, Rowling menyatakan bahwa "sangat disayangkan Clinton dan Obama harus menjadi saingan karena keduanya luar biasa".[96]
Dalam artikel "manifesto ibu tunggal" yang diterbitkan oleh The Times pada 2010, Rowling mengkritik rencana Perdana Menteri Cameron yang mendorong pasangan menikah agar tetap bersama dengan menawarkan kredit pajak tahunan kepada mereka. Ia berpikir bahwa rencana tersebut mendiskriminasi orang tua tunggal, yang kepentingannya gagal dipertimbangkan oleh Partai Konservatif.[373]
Rowling menentang kebijakan Benjamin Netanyahu, tetapi percaya bahwa memboikot kebudayaan Israel tidak akan menyebabkan Netanyahu lengser dari kekuasaannya.[376] Pada tahun 2015, Rowling bersama 150 tokoh lainnya menandatangani petisi yang diterbitkan The Guardian yang mendukung pendekatan budaya dengan Israel. Rowling menyebut dengan pendekatan budaya akan membangun jembatan, memelihara kebebasan, dan gerakan positif untuk perubahan.[377]
Pers
Rowling memiliki hubungan yang buruk dengan pers dan berupaya mempengaruhi setiap jenis liputan yang ia terima.[378] Pada 2003, ia menganggap dirinya "terlalu lemah" jika berhubungan dengan pers.[379] Pada 2011, ia telah melancarkan lebih dari 50 tindakan melawan pers.[380] Rowling tidak menyukai tabloid Inggris Daily Mail,[381] yang berhasil digugatnya pada tahun 2014 terkait pencemaran nama baiknya sebagai ibu tunggal.[382]
Leveson Inquiry, sebuah kasus investigasi pers di Inggris, menyebut Rowling sebagai "peserta inti" pada tahun 2011. Ia menjadi satu dari banyak selebriti yang diduga menjadi korban peretasan telepon.[383] Pada 2012, Rowling menulis opini untuk The Guardian sebagai tanggapan atas keputusan Cameron yang tidak mendukung kasus Inquiry.[384] Rowling menegaskan pendiriannya terkait "Hacked Off", sebuah kampanye yang mendukung kemandirian pers, dengan menandatangani deklarasi bersama untuk "melindungi pers dari campur tangan politik serta memberikan perlindungan vital bagi yang rentan" bersama selebriti Inggris lainnya pada tahun 2014.[385]
Kaum transgender
Pada bulan Desember 2019, Rowling menuliskan di Twitter dukungannya terhadap Maya Forstater, seorang perempuan Inggris yang kontrak kerjanya diputus karena berkomentar mengenai transgender.[386][387][388] Rowling menulis tweet "Berpakaianlah sesukamu. Panggil dirimu apa pun yang kamu suka. Tidurlah dengan siapa pun yang mau memilikimu. Jalani hidup terbaikmu dengan damai dan aman. Tetapi memaksa seorang perempuan keluar dari pekerjaannya karena mengatakan bahwa jenis kelamin itu nyata?"[389]
Pada 6 Juni 2020, Rowling menulis kritikannya terhadap istilah "orang yang menstruasi",[390] dan menyatakan "Jika jenis kelamin tidak nyata, realitas hidup perempuan secara global terhapus. Saya tahu dan mencintai kaum trans, tetapi menghapus konsep jenis kelamin akan menghilangkan kemampuan banyak orang untuk mendiskusikan kehidupan mereka secara bermakna."[391] Kicauan ini dikritik oleh GLAAD, yang menyebutnya "kejam" dan "antitrans".[392][393] Beberapa pemeran film seri Harry Potter mengkritik pandangan Rowling atau menyuarakan dukungan terhadap hak transgender, termasuk Daniel Radcliffe, Emma Watson, Rupert Grint, Bonnie Wright, dan Katie Leung, serta aktor utama Fantastic BeastsEddie Redmayne, dan juga situs penggemar MuggleNet dan The Leaky Cauldron.[394][395][396] Aktris Noma Dumezweni (yang memerankan Hermione Granger dalam Harry Potter and the Cursed Child) awalnya menyatakan dukungannya terhadap Rowling, tetapi mundur setelah dikritik.[397]
Pada 10 Juni 2020, Rowling menerbitkan esai sepanjang 3.600 kata di situs webnya sebagai tanggapan atas kritik tersebut.[72][398] Ia kembali menulis bahwa banyak perempuan menganggap istilah "orang yang menstruasi" merendahkan. Rowling menjelaskan bahwa ia adalah seorang penyintas kekerasan dalam rumah tangga dan penyerangan seksual, dan mengatakan "Ketika Anda membukakan pintu kamar mandi dan ruang ganti untuk setiap orang yang percaya atau merasa kalau ia adalah perempuan ... maka Anda membuka pintu bagi semua pria yang ingin masuk", dan memandang bahwa semua kaum trans rentan dan berhak mendapatkan perlindungan.[399] Esai Rowling dikritik oleh sejumlah tokoh dan organisasi, di antaranya badan amal anak-anak Mermaids (yang mendukung anak-anak transgender dan gender nonbiner beserta orang tuanya), Stonewall, GLAAD dan pakar teori gender feminis Judith Butler.[400][401][402][403][404][405] Rowling dijuluki sebagai feminis radikal trans-eksklusif (TERF) dalam beberapa kesempatan, meskipun ia menolak julukan ini.[406] Rowling mendapat dukungan dari aktor Robbie Coltrane[407] dan Eddie Izzard,[408] serta sejumlah feminis[409] seperti aktivis Ayaan Hirsi Ali[410] dan feminis radikalJulie Bindel.[409] BBC menominasikan esainya untuk Penghargaan Russell tahunan kategori penulisan terbaik.[411][412]
Pada Agustus 2020, Rowling mengembalikan Penghargaan Hak Asasi Manusia Robert F. Kennedy setelah Kerry Kennedy merilis pernyataan yang mengungkapkan "kekecewaan mendalam" atas "serangan terhadap komunitas transgender" Rowling, yang menurut Kennedy "tidak konsisten dengan keyakinan dan nilai-nilai fundamental Hak Asasi Manusia RFK dan pengkhianatan terhadap visi ayah saya".[413][414][415] Rowling mengungkapkan ia "sangat sedih" atas pernyataan Kennedy, tetapi menyatakan bahwa tidak ada satupun penghargaan yang mencegahnya untuk "mengutarakan hak mengikuti perintah" hati nuraninya.[413]
Karya Rowling yang lain juga mendapat pengakuan. Seri kelima Cormoran Strike memenangkan kategori Crime and Thriller dalam ajang British Book Awards 2021.[437] Pada British Academy Film Awards 2011, seri film Harry Potter dinobatkan sebagai Outstanding British Contribution to Cinema; Rowling menerima penghargaan ini bersama produser David Heyman beserta pemeran dan kru film.[438]Harry Potter and the Cursed Child memecahkan rekor penerima penghargaan Laurence Olivier Awards pada tahun 2017.[201][202]
Reynolds, Kim; Cooling, Wendy, project consultants. Families Just Like Us: The One Parent Families Good Book Guide. National Council for One Parent Families; Book Trust.
^Sumber saling berbeda mengenai nama persis tempat lahir Rowling. Pada Januari 2022, situs web pribadi Rowling mengatakan ia lahir di "Rumah Sakit Umum Yate dekat Bristol".[17] Rowling terkadang mengatakan ia lahir di Chipping Sodbury, dekat Yate.[18] Tison Pugh berkata ia lahir di Rumah Sakit Umum Chipping Sodbury.[19]The Scotsman mendata Rumah Sakit Cottage di Chipping Sodbury.[20] Penulis biografi Smith menggambarkan Chipping Sodbury sebagai "tetangga Yate yang elegan", dan mereproduksi akta kelahiran yang menunjukkan Distrik Sodbury, tetapi tercantum sebagai Rumah Sakit Cottage, 240 Station Road, Yate.[21] Menurut Smith: "... film dokumenter [BBC Television] secara keliru mengklaim bahwa Joanne lahir di Chipping Sodbury. Tetapi terlepas dari kesalahannya, warga Yate mendesak dibuatnya semacam plakat atau sesuatu di kota mereka untuk menandainya sebagai tempat lahir Rowling."[22]
^Kepala Sekolah Dasar St Michael, Alfred Dunn, diduga menjadi inspirasi bagi kepala sekolah Hogwarts Albus Dumbledore;[32] penulis biografi Smith menulis bahwa ayah Rowling, dan tokoh lain yang berperan dalam pendidikannya, lebih berkemungkinan dijadikan inspirasi.[33]
^Rowling menyangkal bahwa teman bermain masa kecilnya, Ian Potter, menginspirasi karakter Harry.[34]
^Smith menggambarkan Tutshill sebagai permukiman "kelas menengah yang kokoh",[39] dan Parker menggambarkan Church Cottage sebagai "hunian Kebangkitan Gotik yang menawan". Pada tahun 2020, dilaporkan bahwa sebuah perusahaan yang diduga dikepalai oleh suami Rowling, Neil Murray, telah membeli Church Cottage dan merenovasinya.[40]
^Pugh menulis bahwa "Rowling dilaporkan meniru gaya mengajar pedagogis Severus Snape berdasarkan metode mengajar Morgan."[19]
^Smith membandingkan tempat makan di keluarga Rowling[61] dan deskripsi makanan di The Little White Horse[62] dengan beragam makanan rumit yang disiapkan untuk murid Hogwarts.
^Rowling kelak menggambarkan Harris sebagai "pengemudi yang kabur dan teman cuaca buruk"; Anglia-nya mengilhami mobil terbang yang muncul dalam Harry Potter dan Kamar Rahasia dan menjadi simbol pelarian dan penyelamatan.[74][75]
^Pugh menulis, "Dalam sindiran konyol untuk pasangan yang bernasib buruk ini, Profesor Trelawney memperingatkan Lavender Brown, 'Ngomong-ngomong, hal yang sangat kautakutkan – akan terjadi pada hari Jumat, tanggal enam belas Oktober'."[46]
^Rowling mengatakan Jessica dinamai menurut Mitford dan jika anaknya laki-laki akan diberi nama Harry; menurut Smith (2002), Arantes mengatakan Jessica dinamai berdasarkan Izebel dari Alkitab.[101]
^Hibah Dewan Seni Skotlandia diberikan setelah Rowling meneken kontrak untuk penerbitan Batu Bertuah, tetapi sebenarnya buku tersebut belum diterbitkan.[129]
^Smith menulis bahwa adik Rowling "tidak pernah menghadiri sekolah atau kebaktian Minggu",[166] dan Parker menulis bahwa anggota keluarga Rowling lainnya bukanlah pengunjung rutin di gereja, tetapi "Rowling secara teratur menghadiri kebaktian di gereja sebelah rumahnya".[71]
^Naskah prekuel Harry Potter dicuri pada tahun 2017.[370]
^Kirk 2003, p. 33. The years of British secondary school are equivalent to the United States grades of 6–12; Kirk compares them to the seven years of the books in the Harry Potter series.
^Loer, Stephanie (18 October 1999). "All about Harry Potter from Quidditch to the future of the Sorting Hat". The Boston Globe. hlm. C7. ProQuest405306485.
^Kirk 2003, p. 57: "Soon, by many eyewitness accounts and even some versions of Jorge's own story, domestic violence became a painful reality in Jo's life.".
^Weeks, Linton (20 October 1999). "Charmed, I'm sure; the enchanting success story of Harry Potter's creator, J.K. Rowling". The Washington Post. hlm. C01. ProQuest408532236.
^Presenter: Mark Lawson (27 September 2012). "J. K. Rowling". Front Row. Berlangsung pada 17:45. BBC Radio 4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 October 2012. Diakses tanggal 27 September 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Rowling, J. K. (26 November 2006). "The first It girl". The Daily Telegraph. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 October 2016. Diakses tanggal 13 June 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Beckett 2010, p. 114: "The Goblet of Fire was the fastest-selling book in history.".
^Grenby 2016, p. 1: "Harry Potter and the Order of the Phoenix (2003) was the fastest selling book in UK history (5 million copies in one day) ...".
^Falconer 2008, p. 16: "Harry Potter and the Half-Blood Prince ... broke records as the fastest selling book in history, selling nine million copies on its first day in July 2005. The final volume went even further and broke sales records on both sides of the Atlantic, selling eleven million copies in its first 24 hours.".
^"Gordon's women". The Guardian. 13 May 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 October 2014. Diakses tanggal 20 October 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Elton John, JK Rowling top list of charitable UK celebrities in 2015". EFE News Service. 17 April 2016. ProQuest1781399093. Harry Potter author, JK Rowling, allocated around $14 million for the benefit of two NGOs; the Lumos Foundation, which aims to end the institutionalizing of children by 2050, and the Volant Charitable Trust, which funds projects that alleviate social deprivation, as well as research into multiple sclerosis.
^"Biography". JK Rowling. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 August 2016. Diakses tanggal 8 June 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abThorpe, Vanessa (14 June 2020). "JK Rowling: from magic to the heart of a Twitter storm". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 July 2020. Diakses tanggal 6 July 2020. Arrayed on Rowling's side are some of the veteran voices of feminism, including the radical Julie Bindel, who spoke out in support this weekend:...Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Bell, Christopher; Alexander, Julie (2012). "Introduction". Dalam Bell, Christopher. Hermione Granger Saves the World: Essays on the Feminist Heroine of Hogwarts. McFarland & Company.
Berents, Helen (2012). "Hermione Granger goes to war". Dalam Bell, Christopher. Hermione Granger Saves the World: Essays on the Feminist Heroine of Hogwarts. McFarland & Company.
Berberich, Christine (22 April 2016). "Harry Potter and the idea of the gentleman as hero". Dalam Berndt, Katrin; Steveker, Lena. Heroism in the Harry Potter Series. Routledge.
Hopkins, Lisa (22 April 2016). "Harry and his peers: Rowling's web of allusions". Dalam Berndt, Katrin; Steveker, Lena. Heroism in the Harry Potter Series. Routledge.
McEvoy, Kathleen (22 April 2016). "Heroism at the margins". Dalam Berndt, Katrin; Steveker, Lena. Heroism in the Harry Potter Series. Routledge.
Nikolajeva, Maria (22 April 2016). "Adult heroism and role models in the Harry Potter novels". Dalam Berndt, Katrin; Steveker, Lena. Heroism in the Harry Potter Series. Routledge.
Pharr, Mary (22 April 2016). "A paradox: the Harry Potter series as both epic and postmodern". Dalam Berndt, Katrin; Steveker, Lena. Heroism in the Harry Potter Series. Routledge.
Singer, Rita (22 April 2016). "Harry Potter and the battle for the soul: the revival of the psychomachia in secular fiction". Dalam Berndt, Katrin; Steveker, Lena. Heroism in the Harry Potter Series. Routledge.
Brummitt, Cassie; Sellars, Kieran (1 December 2019). "'Friends? Always': queerbaiting, ambiguity, and erasure in Harry Potter and the Cursed Child". Dalam Brennan, Joseph. Queerbaiting and Fandom: Teasing Fans through Homoerotic Possibilities. University of Iowa Press. ISBN978-1-60938-672-6. OCLC1104912811.
Cockrell, Amanda (February 2006). "Harry Potter and the witch hunters: a social context for the attacks on Harry Potter". The Journal of American Culture. 29 (6): 24–30. doi:10.1111/j.1542-734X.2006.00272.x.
Cruz, Juan (8 February 2008). "'Ser invisible... eso sería lo más'" [Being invisible... that would be the most]. El País (dalam bahasa Spanish). Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 February 2008. Diakses tanggal 6 January 2021. Y de pronto alguien cercano se muere y entonces cae la bomba. Harry tiene un entendimiento precoz de la muerte, mucho antes de ese capítulo. Y eso tiene un evidente paralelismo con mi vida. ... Asuntos como el amor, la pérdida, la separación, la muerte... Y todo eso queda reflejado en el primer libro. ... Me siento muy atraída por la religión, pero al mismo tiempo siento mucha incertidumbre. Vivo en un estado de flujo espiritual. Creo en la permanencia del alma. Y eso queda reflejado en el último libro. ... Quiero a un demócrata en la Casa Blanca. Y me parece una lástima que Clinton y Obama tengan que ser rivales porque ambos son extraordinarios.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Eberhardt, Maeve (2017). "Gendered representations through speech: The case of the Harry Potter series". Language and Literature. 26 (3): 227–46. doi:10.1177/0963947017701851.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Alton, Anne Hiebert (7 August 2008). "Playing the genre game: generic fusions of the Harry Potter series". Dalam Heilman, Elizabeth E. Critical Perspectives on Harry Potter (edisi ke-2nd). Routledge.
Applebaum, Peter (7 August 2008). "The great Snape debate". Dalam Heilman, Elizabeth E. Critical Perspectives on Harry Potter (edisi ke-2nd). Routledge.
Birch, Megan L. (7 August 2008). "Schooling Harry Potter: teachers and learning, power and knowledge". Dalam Heilman, Elizabeth E. Critical Perspectives on Harry Potter (edisi ke-2nd). Routledge.
Ciaccio, Peter (7 August 2008). "Harry Potter and Christian theology". Dalam Heilman, Elizabeth E. Critical Perspectives on Harry Potter (edisi ke-2nd). Routledge.
Heilman, Elizabeth E.; Donaldson, Trevor (7 August 2008). "From sexist to (sort-of) feminist representations of gender in the Harry Potter series". Dalam Heilman, Elizabeth E. Critical Perspectives on Harry Potter (edisi ke-2nd). Routledge.
Nikolajeva, Maria (7 August 2008). "Harry Potter and the secrets of children's literature". Dalam Heilman, Elizabeth E. Critical Perspectives on Harry Potter (edisi ke-2nd). Routledge.
Taub, Deborah J.; Servaty-Seib, Heather L. (7 August 2008). "Controversial content: is Harry Potter harmful to children?". Dalam Heilman, Elizabeth E. Critical Perspectives on Harry Potter (edisi ke-2nd). Routledge.
Stojilkov, Andrea (2015). "Life(and)death in 'Harry Potter': the immortality of love and soul". Mosaic: An Interdisciplinary Critical Journal. 48 (2): 133–148. ISSN0027-1276. JSTOR44030425.