Meskipun TERF diciptakan sebagai "deskripsi yang secara teknis sengaja dibuat netral", istilah ini sekarang biasanya dianggap menghina atau peyoratif.[5][6] Orang-orang yang diberi label TERF sering menolak label tersebut, dan sebaliknya mendeskripsikan pandangan mereka sebagai kritis gender.[7][8] Dalam wacana akademis, tidak ada kesepakatan yang jelas apakah TERF merupakan sebuah slur (penghinaan). Para pengkritik label ini mengatakan bahwa label ini digunakan bersamaan dengan retorika yang menghina atau kasar.[9][10][11] sementara akademisi lain berpendapat bahwa hal ini tidak menjadikannya sebagai sebuah penghinaan.[10][11][12]
Asal mula
Blogger feminis radikal cisgender trans-inklusif, Viv Smythe, dikreditkan dengan menciptakan dan mempopulerkan istilah ini[3] pada tahun 2008 sebagai singkatan online.
Smythe menciptakan istilah tersebut dalam sebuah posting blog yang ditulisnya sebagai reaksi atas kebijakanMichigan Womyn's Music Festival yang menolak masuknya perempuan trans. Dia menulis bahwa dia menolak penyamaan semua feminis radikal dengan "aktivis trans-eksklusi radfem (TERF)."[13] Istilah ini digunakan untuk menggambarkan minoritas feminis[1] yang mendukung sentimen yang oleh feminis lain dianggap sebagai transfobia,[2][3][14][15] termasuk penolakan terhadap pandangan – yang dominan dalam organisasi feminis[16] – bahwa transpuan adalah perempuan, penolakan terhadap hak-hak transgender,[16] dan penolakan terhadap transpuan di dalam ruang-ruang dan organisasi-organisasi perempuan.[17] Dalam sebuah wawancara tahun 2014 dengan Cristan Williams dari blog The TransAdvocate, Smythe – yang menggunakan nama samaran "TigTog"[18] – mengatakan:
Nama ini dimaksudkan sebagai deskripsi yang disengaja secara teknis netral tentang sebuah pengelompokan aktivis. Kami menginginkan sebuah cara untuk membedakan TERF dari radfem lain yang terlibat dengan kami yang trans*-positif/netral, karena kami memiliki sejarah beberapa tahun terlibat secara produktif/substantif dengan radfem non-TERF...[19][20]
Beberapa komentator menyebut Britania Raya, sering kali dengan gaya bercanda, sebagai "TERF Island" ("Pulau TERF").[21][22][23][24][25] Nama ini biasanya merujuk pada persepsi bahwa pendapat para aktivis dan penulis yang kritis gender seperti Helen Joyce, Kathleen Stock, Julie Bindel, dan lain-lain, terlihat lebih menonjol secara budaya di Britania Raya dibandingkan di Amerika Serikat atau lokasi lain.[26][27][28]
^ abLewis, Sophie (7 February 2019). "Opinion | How British Feminism Became Anti-Trans". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 November 2019. Diakses tanggal 5 May 2019. If the idea that transphobic harassment could be "feminist" bewilders you, you are not alone.... With time, the term TERF has become a catchall for all anti-trans feminists, radical or not.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcMiller, Edie (5 November 2018). "Why Is British Media So Transphobic?" (dalam bahasa Inggris). The Outline. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 October 2019. Diakses tanggal 3 May 2019. The truth is, while the British conservative right would almost certainly be more than happy to whip up a frenzy of transphobia, they simply haven't needed to, because some sections of the left over here are doing their hate-peddling for them. The most vocal source of this hatred has emerged, sadly, from within circles of radical feminists. British feminism has an increasingly notorious TERF problem.... The application of the term has shifted somewhat over time to encompass most people espousing trans-exclusionary politics that follow a particular "TERF logic," regardless of their involvement with radical feminism.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"TERF". January 15, 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 January 2023. Diakses tanggal January 15, 2023.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama TerfOED
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Vasquez 2014
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Heuchan 2017
^ abKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Allen et al.
^ abKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Flaherty 2018
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama McKinnon2018
^Smythe, Viv (28 November 2018). "I'm credited with having coined the word 'Terf'. Here's how it happened". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 January 2020. Diakses tanggal 13 April 2019. Due to a short series of blogposts from 2008, I have retrospectively been credited as the coiner of the acronym "Terf" (Trans Exclusionary Radical Feminists)... a shorthand to describe one cohort of feminists who self-identify as radical and are unwilling to recognise trans women as sisters, unlike those of us who do.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abBurns, Katelyn (5 September 2019). "The rise of anti-trans "radical" feminists, explained". Vox. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 August 2020. Diakses tanggal 29 August 2022. "I don't think American women are buying it," she said, pointing out that nearly every major US feminist advocacy group is vocally pro-trans rights and inclusion.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Viv Smythe". abc.net.au. ABC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 September 2022. Diakses tanggal 15 January 2023.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"J.K. Rowling, TERFS, and the Transgender Debate". Vox. December 19, 2019. The debate around transgender rights in the UK has deeply divided British feminists and has become a major cultural and political flashpoint.
^"Baseless Hit Piece on British Feminists in The New York Times". National Review. October 15, 2021. The New York Times [opinion piece] launched a scathing attack on British feminists, characterizing them as a monolithic group resisting progress in gender equality.
^"How Anti-Trans Feminism Took Hold in the U.K."U.S. News and World Report. June 29, 2022. Diakses tanggal June 11, 2023. The U.K. also has a long history of powerful feminist movements and feminist activism that has been successful in securing large-scale legal reforms around the notion of 'women's rights,' so TERF groups build on the legacy of this past feminist work when they articulate their politics of 'women's sex-based rights.'