Gereja Santo Antonius Padua Bidaracina memiliki sejarah yang dimulai sejak tahun 1938. Pada tahun tersebut, pembangunan kompleks Vincentius Bidaracina resmi dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Mgr. Petrus Johannes Willekens, Vikaris Apostolik Batavia. Bangunan panti asuhan dan kapel berdiri mulai digunakan oleh 12 biarawati Ursulin bersama sekitar 300 anak. Adapun arsitek yang merancang pembangunan bangunan ini adalah seorang arsitek Belanda bernama Thomas Van Oyen.[1] Pada tanggal 24 Oktober 1938, kapel diresmikan oleh Mgr. Willekens dan diberi nama Kapel Panti Asuhan Putri Santo Vincentius Bidaracina dengan pelindung Santo Antonius Padua.[2]
Pada tahun 1942, tanggung jawab pastoral di Bidaracina yang sebelumnya dipegang oleh para imam Fransiskan (OFM) beralih kepada para imam Serikat Yesus (SJ). Pada 11 November 1955, Stasi Santo Antonius Padua Bidaracina secara resmi ditingkatkan statusnya menjadi paroki. Vikaris Apostolik Djakarta, Mgr. Adrianus Djajasepoetra, S.J. mengangkat Pastor Joannes E. Janssen, S.J. sebagai Pastor Kepala Paroki pertama.[3]
Sebagian wilayah pastoral paroki Bidaracina, khususnya yang berada di Cililitan dimekarkan pada tahun 1968, yang ditandai dengan pendirian Paroki Cililitan dengan pusat di Gereja Santo Robertus Bellarminus. Pada tahun 1971, Uskup Agung Leo Soekoto, S.J., menerima Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) untuk berkarya di Keuskupan Agung Jakarta. Pastor Gerardus Antonius Maria Elling, SCJ menjadi Dehonian (imam SCJ) pertama yang bertugas di Bidaracina.
Paroki Bidaracina sempat tercatat sebagai paroki dengan jumlah putra altar terbanyak.[4] Pada sekitar tahun 1994, berdiri Gereja Stasi Santo Agustinus yang terletak di kawasan Halim Perdana Kusuma. Gereja Santo Agustinus kemudian menjadi paroki pada tahun 2020.[5]
Bangunan
Bentuk bangunan Gereja Santo Antonius Padua menunjukkan bentuk salib. Atap dibuat dengan model perisai dan ditutup dengan genting. Dinding gereja pada lantai satu berlapiskan batu alam. Gereja ini juga memiliki sebuah menara pada ujung bubungan atap sisi bagian depan.[6]
Pada altar gereja terdapat tulisan "Ego Sum Via Veritas Et Vita" yang berarti "Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup". Kata-kata tersebut tercantum dalam Injil Yohanes pada bab 14 ayat 6. Di gereja ini juga terdapat Taman Doa Maria Mater Dei (Maria Bunda Allah).
Gereja Santo Antonius Padua merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Jakarta Timur.[7][6]
Peribadatan
Misa harian diselenggarakan pada pagi dan sore hari. Gereja ini juga menyelenggarakan perayaan Ekaristi mingguan pada hari Sabtu dan Minggu.