Wilayah Gereja Santo Andreas awalnya merupakan bagian dari Paroki Grogol. Pada tahun 1977, umat mayoritas tinggal di daerah Sunrise Garden, yang disusul dengan perkembangan di daerah Green Ville dua tahun berselang. Pada tahun 1982, wilayah ini mulai ditingkatkan menjadi stasi yang hendak dibentuk menjadi paroki. Peribadatan pada awalnya dilaksanakan di rumah seorang umat, sebelum berpindah di aula Sekolah Dasar Kristen KPS Sunrise Garden. Sejak tahun 1986, peribadatan mulai dilaksanakan secara bergiliran antara di Gereja Kristen Indonesia di Jalan Surya Utama dan TK Santo Andreas yang terletak di kawasan Sunrise Garden. Tempat ibadat sempat mengalami pergeseran walau tetap berada di kawasan Sunrise Garden.[1]
Paroki Kedoya diresmikan pada 26 November 1986. Sebagai pastor paroki pertama ialah R.P. Ignatius Soesilo Soewarna, M.S.C. Setahun kemudian mulai dilakukan pembangunan gedung gereja. Lokasi yang dipilih adalah kawasan Green Garden. Gedung gereja sementara (bedeng) rampung pada Juni 1989. Dalam pembangunannya, Panitia Pembangunan Gereja bekerja sama dengan Biro Arsitek Han Awal. Desain gereja dibuat dengan konsep organik, seperti di Notre Dame du Haut. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terbit pada 16 Juli 1993.[2] Pada akhir tahun 1992, yakni 19 Desember, Izin Pendahuluan Izin Mendirikan Bangunan sudah terbit. Peletakan batu pertama kemudian diselenggarakan pada 13 Juni 1993 yang dihadiri oleh Uskup Agung Jakarta, Leo Soekoto, S.J. dan Walikota Jakarta Barat, Sudjoko Tirtowidjojo. Pembangunan fisik gedung gereja berlangsung selama 18 bulan. Gedung gereja diresmikan oleh Walikota Jakarta Barat, Sutardjianto. Gedung tersebut juga diberkati oleh Uskup Agung Soekoto pada 6 November 1994.[3][4]
Pada tahun 2002, pembangunan fisik sarana gereja kembali dilanjutkan. Tujuan pembangunan adalah utnuk keperluan sarana pendidikan Sekolah Santo Andreas. Gedung tersebut diselesaikan dan diresmikan pada tanggal 30 Maret 2003 yang diberi nama Gedung Santo Thomas Aquinas. Karena adanya permasalahan dalam hal parkir dan aula, dibeli sebuah tanah di samping kompleks gereja. Gedung tersebut mulai dipakai sejak tahun 2005 dan dinamai Wisma Siti Mariam (Bunda Maria). Gedung tersebut baru diresmikan pada 16 Agustus 2006.[5]
Pada tahun 2023, gereja ini menjadi lokasi penyelenggaraan Misa Gerakan Orang Tua Asuh untuk Seminari (GOTAUS) yang dihadiri oleh 35 uskup di Indonesia.[6]
Arsitektur
Maket konstruksi Gereja Santo Andreas memperoleh hadiah pertama di Jepang karena dari segi arsitektur, gedung gereja ini memiliki perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, gedung gereja tidak memiliki titik pusat/simetris jika dilihat dari segala arah.[2]
Pendidikan
Di dalam kompleks gereja terdapat juga kompleks Sekolah Santo Andreas, yang terdiri dari TK, SD, dan SMP.[7]