Paroki Kapuk merupakan pemekaran dari Paroki Pluit, Gereja Stella Maris. Pada tahun 1978, sebuah balai balita di kawasan Teluk Gong mulai menyelenggarakan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh para imam Xaverian. Balai balita itu kemudian berkembang menjadi sekolah Stella Maris pada sekitar tahun 1984.[2]
Pada tahun 1989, mulai dibentuk stasi di Teluk Gong, di mana Uskup Agung Jakarta, Leo Soekoto, S.J. menugaskan R.D. Aloysius Yus Noron sebagai pastor stasi. Pada masa itu terpilih Santo Philipus Rasul sebagai pelindung stasi. Dalam perjalanannya, wilayah Stasi Kapuk merupakan bagian dari Paroki Cengkareng.[3] Pada 2 Februari 1993, status stasi ditingkatkan menjadi paroki melalui surat keputusan yang ditandatangani oleh Uskup Agung Soekoto. Adapun pastor paroki pertama ialah R.P. Djohan Lianto, C.D.D. yang dilantik dalam Misa pada 6 Februari 1993. Pada tahun 1997, Kongregasi Pasionis mulai bertugas di paroki ini, diawali oleh R.P. Gabriele Luigi Antonelli, C.P. Saat itu Perayaan Ekaristi diselenggarakan di Aula Sekolah Stella Maris.
Pada tahun 2005, gedung pastoran baru di Jalan Teluk Gong Raya diresmikan. Pastoran sebelumnya berada di Jalan Lele. Pada tanggal 14 Desember 2008, gedung gereja Santo Philipus Rasul diberkati dan diresmikan oleh Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. bersama Wali Kota Jakarta Utara, Effendi Anas.
Arsitektur
Pada bagian depan gereja terdapat tulisan "Veni et vide" yang berarti "Mari dan lihatlah!" (Yoh 1:47). Kata-kata tersebut merupakan ucapan Filipus kepada Natanael dalam kisah panggilan murid-murid Yesus yang pertama.
Lonceng yang ada pada gereja ini terbuat dari resin. Namun demikian, lonceng ini tidak dapat dibunyikan.
Altar gereja dibuat dari marmer putih dengan guratan hitam, di mana guratan hitam sebagai lambang kerapuhan manusia. Bagian atas gereja, yakni di atas panti imam, ditutup dengan kaca, yang memungkinkan sinar matahari dari luar dapat masuk ke dalam gereja.
Galeri
Papan tanda Gereja Santo Philipus Rasul.
Tampak dalam Gereja Santo Philipus Rasul dari lantai dua.