R.D. Lambertus Prinsen (2 November 1777 – 28 Oktober 1840) adalah Prefek ApostolikBatavia kedua yang menjabat sejak tahun 1818 hingga tahun 1830.
Karya
Pada tahun 1805, Prinsen berangkat ke Koloni Tanjung Batavia (Bataafse Kaapkolonie) sebagai misionaris, bersama dengan Joannes Lansink dan Jacobus Nelissen. Keberangkatan mereka bertujuan untuk mendirikan prefektur apostolik di Tanjung Harapan dan memberikan pelayanan pastoral kepada orang-orang Belanda yang berada di sana. Setelah pendudukan koloni oleh Kerajaan Inggris pada 18 Januari1806, seluruh penduduk Belanda diusir, termasuk ketiga misionaris ini. Lansink kemudian meninggal dunia pada 8 Maret 1806.
Nelissen dan Prinsen bertolak ke Hindia Belanda pada 22 Juli 1807 setelah mendapat persetujuan berupa dekrit dari Lodewijk. Nelissen ditunjuk sebagai Prefek Apostolik Batavia atas keputusan Propaganda Fide pada 8 Mei 1807.[1] Sejak 1818, Prinsen menjadi Prefek Apostolik kedua Batavia setelah kematian Nelissen pada akhir 1817. Sebelumnya, sejak 1809, Prinsen berangkat ke Semarang untuk memanfaatkan beberapa Gereja Protestan menjadi tempat ibadah. Beberapa perayaan ekaristi hingga tahun 1815 bahkan digelar di gereja Protestan.[2] Hal ini terus berlangsung sampai tahun 1824. Sementara tinggal di Semarang, pasca meninggalnya Nelissen pada 1807, Prinsen diangkat menjadi Prefek Apostolik kedua Batavia. Dia tinggal di Semarang sampai 5 Juli 1828, ketika dia mulai menetap di Batavia. Selama penugasan di wilayah Semarang, Prinsen sempat ditangkap atas tuduhan menggunakan Gereja sebagai media penyerangan kebijakan pejabat beragama Protestan yang setia kepada keluarga raja dari dinasti Oranje di Belanda. Prinsen juga mengecam tindakan Smissaert yang menurut Prinsen, telah bertingkah laku buruk dan penuh dengan hal duniawi.[3]
Kondisi kesehatannya terus menurun karena bekerja di daerah tropis, sehingga pada 5 Februari 1830, Prinsen kembali ke Belanda dan mengundurkan diri pada 29 November 1831 dari tugas di Hindia Belanda.[4] Pada tahun 1832, ia menjadi imam kepala di Almelo, sebelum akhirnya meminta dan menerima pembebasan secara terhormat dari tugas pastoral pada tahun 1836. Sejak saat itu, ia menetap di Delden sebelum tinggal sampai wafat di Rietmolen pada 28 Oktober 1840.