Sistem Angkutan Kereta Ringan Manila atau Light Rail Transit Manila adalah sistem angkutan kereta yang melayani kawasan Metro Manila di Filipina. Meskipun namanya disebut sistem angkutan ringan karena awalnya menggunakan kendaraan rel ringan, tetapi karakteristik angkutannya telah seperti angkutan cepat, seperti daya angkut penumpang besar, jalur khusus, dan kemudian menggunakan rangkaian kereta metro. Sistem ini dioperasikan oleh Light Rail Transit Authority (LRTA), perusahaan milik pemerintah dan dikontrol di bawah Departemen Transportasi dan Komunikasi Filipina. Bersama dengan Manila Metro Rail Transit System (Jalur 3) dan jaringan komuter Philippine National Railways (PNR), sistem ini menjadi bagian dari infrastruktur rel Metro Manila.
Cepat dan tidak mahal, sistem ini melayani 2,1 juta penumpang per harinya. Panjang lintasannya 334 kilometer (208 mi) yang sebagian melayang dengan 2 jalur dan jumlah total 31 stasiun. Jalur 1 (Line 1), atau Jalur Hijau, dibuka tahun 1984 dan melintasi rute utara-selatan. Jalur 2 (Line 2), atau Jalur Biru, selesai tahun 2004 dan melintasi rute timur-barat. Jalur 1 dibangun standar dan tidak dilengkapi berbagai macam fitur, tetapi Jalur 2 yang lebih baru telah dilengkapi beberapa fitur tambahan. Petugas keamanan di tiap stasiun melakukan inspeksi dan menyediakan bantuan. Sistem tiket dengan plastik magnet telah menggantikan sistem lama yang berbasis token, dan Flash Pass dikenalkan sebagai bagian dari sistem transportasi yang lebih terintegrasi.
Penumpang yang naik angkutan ini umumnya juga naik transportasi umum lain, seperti bus, dari dan ke stasiun. Meskipun tujuan awalnya untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan waktu perjalanan, tetapi sistem ini hanya terbilang cukup mengingat terus bertambahnya kendaraan bermotor dan urbanisasi yang luar biasa.
Sejarah
Presiden Ferdinand Marcos mendirikan Light Rail Transit Authority (LRTA) tanggal 12 Juli 12, 1980 melalui Executive Order No. 603.[1] Ibu negara Imelda Marcos menjadi Chairman pertama. Meskipun bertanggungjawab terhadap operasi Jalur 1 dan Jalur 2, pada awalnya LRTA didirikan untuk mengatur tarif, merencanakan perpanjangan jalur, dan membuat aturan dan regulasi, sehingga operasi harian diberikan ke Meralco Transit Organization (METRO Inc.).[2] Proyek awal ini didanai dari pinjaman lunak sebesar 300 juta peso dari pemerintah Belgia, dan tambahan 700 juta peso dari konsorsium perusahaan yang terdiri dari SA Ateliers de Constructions Electriques de Charleroi (ACEC) dan BN Constructions Ferroviaires et Métalliques (sekarang keduanya bagian dari Bombardier Transportation), Tractionnel Engineering International (TEI) dan Transurb Consult (TC).[2][3] Meskipun untuk membayar pinjaman tersebut berasal dari penghasilan selama 20 tahun operasi, diperkirakan sistem LRT ini akan mengalami kerugian, minimal sampai 1993. Untuk tahun pertama operasi, meskipun diperkirakan mendapat penghasilan kotor 365 juta peso, tetapi akan ada kerugian sebesar 216 juta peso.[4]
Konstruksi Jalur 1 dimulai September 1981 dengan Construction and Development Corporation of the Philippines (sekarang Philippine National Construction Corporation) sebagai kontraktor dengan bantuan firma Swiss Losinger dan firma Amerika Dravo. Pemerintah menunjuk Electrowatt Engineering Services dari Zürich untuk mengawasi konstruksi dan kemudian bertanggungjawab atas studi kelanjutan proyek berikutnya.[4] Jalur ini diuji coba Maret 1984, dan fase 1 dari Jalur 1, dari Baclaran ke Terminal Central, dibuka 1 Desember 1984. Fase keduanya, dari Terminal Central ke Monumento, dibuka 12 Mei 1985.[5] Perawatan yang buruk dan kelebihan kapasitas memakan korban tak lama setelah sistem ini dibuka. Tahun 1990, Jalur 1 mengalami kerusakan akibat keausan dini dan kereta yang tiba di Stasiun Terminal Central harus melambat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada support beam dimana telah ditemukan keretakan.[6] Kerusakan prematur Jalur 1 mengakibatkan dilakukannya program peremajaan ekstensif dan penguatan struktur.[7]
Selama beberapa tahun berikutnya, pengoperasian Jalur 1 berjalan mulus. Tahun 2000, karyawan METRO Inc. melakukan demo sehingga melumpuhkan operasi Jalur 1 dari 25 Juli sampai 2 Agustus 2000. Akibatnya, LRTA tidak memperpanjang kontrak operasi dengan METRO Inc. yang habis masanya tanggal 31 Juli 2000 dan mengambil alih semua operasional.[5] Tanggal 30 Desember 2000, sekitar jam 12.15, bom meledak di salah satu kereta mengarah ke Stasiun Blumentritt, mengakibatkan 11 orang terbunuh dan melukai lebih dari 60 orang. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Pengeboman Hari Rizal.[8][9]
Dengan bantuan ODA dari Jepang senilai 75 miliar yen, konstruksi Jalur 2 dimulai tahun 1990-an, dengan seksi pertama dari Santolan ke Araneta Center-Cubao, dibuka 5 April 2003.[10] Seksi kedua, dari Araneta Center-Cubao ke Legarda, dibuka persis setahun kemudian, dan seluruh jalur beroperasi penuh 29 Oktober 2004.[11] Selama waktu ini, Jalur 1 dimodernisasi. Penggunaan tiket plastik magnetik otomatis, penambahan pendingin ruangan di kereta, dan jalur pedestrian antara Jalur 1, 2, dan Jalur 3 diselesaikan.[12] Tahun 2005, LRTA membukukan keuntungan 68 juta peso, pertama kalinya pengelola mendapatkan keuntungan sejak Jalur 1 beroperasi pertama kali tahun 1984.[13]
Jaringan ini terdiri dari 2 jalur: Jalur 1 (Line 1) atau Jalur Hijau dan Jalur 2 (Line 2) atau Jalur Biru. Jalur 1 menyusuri utara-selatan dengan panjang lintasan 17.2 kilometer (10.7 mi) dan seluruhnya melayang. Dari Monumento terus ke selatan melalui Rizal dan Taft Avenue dan berakhir di Baclaran.[5][14] Perpanjangan sebanyak 4 stasiun melalui Epifanio de los Santos Avenue yang akan menghubungkan Monumento ke Stasiun MRT North Avenue saat ini sedang dibangun. Termasuk perpanjangan dari 2 stasiun yang baru dibuka, Balintawak dan Roosevelt, Jalur 1 memiliki total 20 stasiun.[15][16] Jalur 2 terdiri dari 11 stasiun dengan rute timur-barat dengan panjang lintasan 13.8 kilometer (8.57 mi) dengan hampir semua stasiun melayang, kecuali satu diantaranya di bawah tanah. Dimulai dari Recto, terus melalui Jalan Claro M. Recto dan Legarda Avenues, Ramon Magsaysay dan Aurora Boulevard, Marikina-Infanta Highway sampai berakhir di Santolan.[17] Sistem ini melewati beberapa kota diantaranya Caloocan, Manila, Marikina, Pasay, Pasig, Quezon City, dan San Juan.
Tiap hari 430.000 orang menggunakan Jalur 1, dan 175.000 untuk Jalur 2.[18][19] Pada waktu puncak, Jalur 1 menjalankan 24 rangkaian, dengan jarak antar rangkaian sekitar 3 menit. Sedangkan Jalur 2 menggunakan 12 rangkaian dengan jarak antar rangkaian minimal 5 menit.[20] Dengan rencana peningkatan, Jalur Hijau bisa dikurangi jarak antar rangkaian menjadi 1,5 menit.[21] Jalur 2 juga dapat dikurangi waktunya menjadi tiap 2 menit dengan kapasitas mencapai 60.000 penumpang per jam per arah.[22]
Penggabungan dengan Jalur 3— atau Jalur Kuning, sistem metro berbeda yang dioperasikan swasta Metro Rail Transit Corporation (MRTC), keduanya melayani perjalanan kereta di kawasan Metro Manila.[23] Recto dan Doroteo Jose berperan sebagai persilangan antar kedua jalur. Stasiun Araneta Center-Cubao dan EDSA berperan sebagai persilangan antara LRT dan MRT. Untuk berpindah jalur, penumpang harus keluar dari stasiun yang satu kemudian berjalan kaki ke stasiun lainnya.[12] Seperti misalnya, Stasiun LRT Blumentritt berada diatas Stasiun kereta Blumentritt milik PNR.
Tarif
Sistem Angkutan Kereta Ringan Manila adalah salah satu sistem angkutan cepat termurah di Asia Tenggara.[24][25] Tarif ditentukan jarak, bervariasi dari 12 sampai 20 peso Filipina (₱), (sekitar Rp3.400-5.700,-), tergantung dari jumlah stasiun yang ditempuh.[26][27] Tidak seperti sistem transportasi lain, dimana transfer antar jalur berada dalam satu kawasan bayar, disini penumpang harus keluar dan membayar lagi untuk jalur lain yang mereka tumpangi.
Jalur 1 menggunakan 2 sistem tarif: satu untuk tiket satu perjalanan dan lainnya tiket berlangganan. Penumpang yang membayar tiket satu perjalanan dikenakan biaya ₱12, ₱15, atau ₱20 tergantung jumlah stasiun yang dilewati. Untuk tiket berlangganan, harganya lebih murah dan kenaikannya bertahap dengan tarif bervariasi dari ₱12 sampai ₱19.[26][28] Jalur 2 hanya punya 1 sistem tarif. Penumpang membayar ₱12 untuk 3 stasiun pertama, ₱13 untuk 4-6 stasiun, ₱14 untuk 7-9 stasiun dan ₱15 jika lebih dari 9 stasiun.[27]
Jalur 1
Tarif tidak termasuk dari dan ke Balintawak atau Roosevelt
Tarif dari dan ke Balintawak atau Roosevelt
Jarak (jml.stasiun)
1–4
5–8
9–12
13–17
1–2
3–4
5–7
8–10
11–13
14–16
17–18
Tarif satu perjalanan (₱)
12
15
15
15
15
15
15
20
20
20
20
Tarif berlangganan (₱)
12
13
14
15
13
14
15
16
17
18
19
Jalur 2
Jarak (jml.stasiun)
1–3
4–6
7–9
10
Tarif (₱)
12
13
14
15
Tiket
Sebelum 2001, penumpang Jalur 1 harus membeli token untuk masuk stasiun. Pembaruan sistem sedikit demi sedikit mengubah sistem berbasis token ini ke berbasis tiket, yang konversinya selesai 9 September 2001.[29] Penumpang dapat masuk dalam stasiun dengan tiket plastik magnetik sekali perjalanan atau berlangganan, atau Flash Pass. Tiket dapat dibeli di konter tiket atau melalui mesin tiket.[17]
Stasiun
Dengan pengecualian Katipunan (bawah tanah), 31 stasiun LRTA lainnya terletak melayang.[5][15][17] Ada 2 macam tata letak. Hampir semua stasiun Jalur 1 hanya terdiri dari 1 tingkat, dapat diakses dari jalanan di bawahnya dengan tangga.[30] Platform stasiun kira-kira berukuran 100 x 3.5 meter.[14]Stasiun LRT Baclaran, Central Terminal, Carriedo, Balintawak, Roosevelt dan North Avenue di Jalur 1 serta semua stasiun Jalur 2 terdiri dari 2 tingkat: pintu masuk di lantai bawah dan platformnya di lantai atas.
Kawasan pintu masuk di stasiun biasanya berisi kantor pelayanan penumpang, area konter tiket/mesin tiket, dan paling tidak 1 toko yang menjual makanan dan minuman.[31] Stasiun terminal juga memiliki kantor humas.[32] Toko dan ATM juga banyak tersedia.[22] Beberapa stasiun, seperti Monumento, Libertad dan Araneta Center-Cubao, terhubung langsung dengan pusat perbelanjaan.[12] Stasiun Jalur 2 punya 2 toilet, tetapi di Jalur 1 hanya ada 1 toilet dan itupun kurang terawat.[33]
Pada awalnya, Jalur 1 tidak dibangun dengan aksesibilitas yang baik. Terlihat dengan tidak adanya fasilitas seperti eskalator dan elevator. Selain itu, karena menggunakan platform samping, penumpang yang mau naik arah sebaliknya harus keluar dari stasiun dan membayar tarif kembali. Jalur 2 yang lebih baru, didesain lebih baik dengan adanya ramp bagi kursi roda, penanda braille, dan dilengkapi eskalator dan elevator.[17][22][34]
Empat tipe rangkaian kereta yang digunakan sistem ini, dengan 3 tipe di Jalur 1 dan 1 tipe di Jalur 2. Rangkaian kereta Jalur 1 menggunakan rangkaian kereta La Bruggeoise et Nivelle buatan Belgia, Hyundai Precision buatan Korea Selatan, dan Adtranz (La bruggeoise et Nivelle dan Adtranz sekarang bagian dari Bombardier Transportation), atau Kinki Sharyo dan Nippon Sharyo buatan Jepang.[2][17][35] Jalur 2 menggunakan rangkaian Hyundai Rotem buatan Korea yang didatangkain oleh Konsorsium MRT Asia-Eropa yang dipimpin oleh Marubeni Corporation.[36]
Jalur 1
Sepanjang sejarahnya, Jalur 1 telah menggunakan rangkaian dengan 2 gerbong, 3 gerbong, sampai 4 gerbong. Kereta dengan 2 gerbong adalah kereta BN generasi pertama. Kebanyakan diubah menjadi kereta 3 gerbong, meski ada beberapa kereta yang masih beroperasi. Kereta 4 gerbong adalah kereta generasi modern Hyundai Precision dan Adtranz atau kereta generasi ketiga Kinki Sharyo / Nippon Sharyo.[37][38] Ada 139 gerbong total untuk 40 rangkaian yang melayani angkutan: 63 unit adalah rangkaian generasi pertama, 28 unit generasi kedua, dan 48 unit generasi ketiga.[20] Kecepatan maksimum kereta adalah 80 km/jam (50 mph).[2][35]
Sebagai bagian dari ekspansi fase kedua, Konsorsium Tren Manila menyediakan 12 kereta buatan Kinki Sharyo dari Jepang dan mulai beroperasi kuarter pertama 2007. Kereta baru dengan pendingin ruangan meningkatkan kapasitas sistem ini dari 27.000 menjadi 40.000 orang per jam per arah.[38][39][40]
Jalur 2
Armada Jalur 2 terdiri dari 18 rangkaian kereta 4 gerbong dengan bodi dari stainless steel dan berpenggerak motor listrik 1.500 volt. Kecepatan maksimalnya 80 kilometer/jam (50 mph) dan membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari ujung stasiun yang satu ke ujung yang lain.[41] Tiap rangkaiannya memiliki lebar 3,2 meter dan panjang 92,6 meter dengan kapasitas 1.628 penumpang: 232 duduk dan 1.396 berdiri.[17] 20 pintu geser di tiap sisi memudahkan akses keluar masuk. Kereta dilengkapi dengan pendingin ruangan, beroperasi otomatis, tidak bising, dan rem regeneratif, serta dilengkapi kamera CCTV.[42][43] Ruang kosong untuk kursi roda dan dilengkapi kursi khusus untuk penumpang lanjut usia, dan pengumuman otomatis juga diumumkan bagi penumpang.[17][34]
Kelanjutan pada masa depan
Rencana untuk mengembangkan telah diperhitungkan sejak berdirinya dan pemerintah juga menganggap kereta sebagai kunci penyelesaian masalah kemacetan Metro Manila.[44] Ekspansi sistem ini merupakan salah satu proyek utama dalam agenda 10 poin yang dikemukakan oleh mantan Presiden Gloria Macapagal-Arroyo tahun 2005.[45]
Perpanjangan
Perpanjangan selatan dari Jalur 1 (disebut Jalur 6) telah direncanakan. Jalur ini akan memiliki 10 stasiun dengan panjang lintasan 11,7 km (7.3 mi) yang berakhir di Bacoor, Provinsi Cavite. Nantinya jalur ini akan menjadi jalur pertama yang mencapai luar kawasan Metro Manila. Penawaran dari perusahaan Kanada SNC-Lavalin untuk membangun dan mengoperasikan jalur ini ditolak Pemerintah Filipina tahun 2005. Pemerintah sedang menjalin kerjasama dengan International Finance Corporation, White & Case, Halcrow, dan beberapa perusahaan lain untuk menyelenggarakan undangan terbuka untuk melakukan tender untuk konstruksi dan konsesi 30 tahun pada jalur ini. Perpanjangan tambahan dari Bacoor ke Imus dan ke Dasmariñas, keduanya di Cavite, juga sedang dipertimbangkan.[46][47][48]
Saat ini LRTA juga sedang melakukan studi kelayakan terhadap penambahan Jalur 1 sepanjang 62-kilometer (39 mi) dari Baclaran ke Bandara Internasional Ninoy Aquino, dengan kapasitas harian 40.000 orang. Pendanaan proyek ini dapat bersumber dari pemerintah atau public-private partnership.[49]
Jalur baru
Jalur 7 direncanakan dengan jalur sepanjang 21 kilometer (13 mi) dengan 13 stasiun, bermula di Quezon City kemudian menuju Commonwealth Avenue, melewati Caloocan City dan berakhir di San Jose del Monte di Bulacan. Penawaran jalur ini telah selesai dan telah disetujui oleh Departemen Kehakiman dan Departemen Transportasi dan Komunikasi.[50] Bulan Mei 2012, konsorsium Marubeni-DMCI mengantongi kontrak untuk membangun Jalur 7 dengan dana $1 miliar dengan estimasi konstruksi 42 bulan mulai awal 2013.[51]
Transfer antar jalur
Sekretaris Departemen Transportasi dan Komunikasi untuk Informasi Publik Dante Velasco telah mengumumkan studi yang dilakukan oleh Departemen tersebut untuk menggabungkan operasi Jalur 3 (Jalur 3) dari Metro Rail Transit Corporation (MRTC) ke LRTA sehingga menggabungkan Jalur 1, 2, dan 3 dibawah satu operator sehingga menciptakan sistem transportasi yang lebih terintegrasi.[52]
^ abcdRazon, Evangeline M. (June 1998). "The Manila LRTA System"(PDF). Japan Railway and Transport Review. 16: 38–39. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2009-08-24. Diakses tanggal December 15, 2009.
^Gardner, Geoff and Francis Kuhn. (1992). Appropriate Mass Transit in Developing Cities. Paper presented at the 6th World Conference on Transport Research, Lyon, June, 1992. p. 7. Retrieved March 11, 2010 from UK Department for International Development's Transport-Links Website.
^Republic of the Philippines. Office of the President. (July 21, 2005). "SONA 2005 Executive Summary". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-16. Diakses tanggal 2015-02-07. Retrieved February 20, 2010 from the Republic of the Philippines Office of the Press Secretary Website.
Allport, R. J. (1986). Appropriate mass transit for developing cities. Transport Reviews: A Transnational Transdisciplinary Journal, 6(4), 365–384. DOI:10.1080/01441648608716636