MRT Singapura
Mass Rapid Transit atau MRT Singapura adalah sebuah sistem angkutan cepat yang menjadi tulang punggung sistem kereta api di Singapura dan membentang ke seluruh negara kota ini. Bagian pertama dari MRT ini, antara Stasiun Yio Chu Kang dan Stasiun Toa Payoh, dibuka pada tahun 1987 dan menjadi sistem angkutan cepat tertua kedua di Asia Tenggara, setelah Sistem LRT Manila. Jaringan ini berkembang cepat sebagai hasil realisasi cita-cita Singapura yang ingin mengembangkan jaringan kereta lengkap sebagai tulang punggung utama sistem angkutan umum di Singapura dengan komuter harian rata-rata 2.755 juta jiwa pada tahun 2013, hampir 77% dari 3.601 juta penumpang jaringan bus pada waktu yang sama.[2] MRT memiliki 113 stasiun (1 di antaranya tidak beroperasi)[3] dengan jalur sepanjang 152,9 kilometer dan beroperasi pada sepur standar. Jalur rel ini dibangun oleh Land Transport Authority, sebuah badan milik Pemerintah Singapura yang memberi konsesi operasi kepada perusahaan laba SMRT Corporation dan SBS Transit. Operator-operator ini juga mengelola layanan bus dan taksi, sehingga menjamin adanya integrasi penuh layanan angkutan umum. MRT ini dilengkapi oleh sistem Light Rail Transit (LRT) regional yang menghubungkan stasiun MRT dengan perumahan umum HDB.[4] Layanan ini beroperasi mulai pukul 5.30 pagi dan berakhir sebelum pukul 1.00 pagi setiap hari dengan frekuensi tiga sampai delapan menit, dan layanan ini diperpanjang selama hari-hari libur Singapura.[5] SejarahAsal muasal dari MRT Singapura adalah dari ramalan perencanaan kota pada tahun 1967 di mana pada tahun 1992 diperlukan sistem transportasi kota di atas rel.[6][7] Diawali sebuah debat, akhirnya perdana menteri Singapura Lee Kuan Yew menyimpulkan bahwa sistem transportasi hanya menggunakan bus tidak akan mencukupi karena akan memerlukan jalur jalan dengan keterbatasan lahan di negara tersebut.[8] Biaya konstruksi awal MRT sebesar 5 miliar dolar Singapura adalah biaya termahal yang pernah dikeluarkan untuk sebuah proyek pada waktu itu, yang dimulai pada 22 Oktober 1983 di Jalan Shan.[9] Jaringan MRT dibangun bertahap di mana Jalur Utara Selatan diutamakan karena melewati daerah pusat kota yang sangat memerlukan transportasi publik. Mass Rapid Transit Corporation (MRTC), selanjutnya diganti menjadi SMRT Corporation didirikan pada 14 Oktober 1983 untuk mengelola otoritas MRT.[8] Pada 7 November 1987, bagian pertama dari Jalur Utara Selatan mulai beroperasi yang terdiri dari lima stasiun dengan jarak enam kilometer.[8] Limabelas stasiun lagi kemudian dibuka dan MRT Singapura resmi dibuka pada 12 Maret 1988 oleh Lee Kuan Yew, sebagai Perdana Menteri Singapura waktu itu. Sebanyak 21 stasiun ditambahkan dalam jaringan; pembukaan Stasiun Boon Lay pada Jalur Timur Barat 6 Juli 1990 menandai selesainya jaringan dua tahun lebih awal dari jadwal.[10][11] MRT Singapura kemudian bertahap berkembang. Termasuk S$1.2 miliar pengembangan Jalur Utara Selatan melalui Woodlands melengkapi pada 10 Februari 1996.[12][13] Konsep untuk mendekatkan jalur rel ke perumahan menghadirkan sistem LRT Singapura. Jalur LRT terhubung ke jalur MRT.[13][14] Pada 6 November 1999 jalur LRT pertama di Bukit Panjang mulai beroperasi.[15] Pada 2002 stasiun bandar udara Changi dan stasiun Expo ditambahkan pada jalur MRT.[16] Jalur Timur Laut, yang dioperasikan oleh SBS Transit dibuka pada 20 Juni 2003 sebagai jalur rel otomatis penuh pertama di dunia. 15 Januari 2006 setelah diskusi dengan masyarakat, stasiun Buangkok dibuka.[17][18] Jalur pengembangan Boon Lay, meliputi stasiun Pioneer dan Joo Koon mulai membuka layanan pada 28 Februari 2009.[19][20] Selanjutnya pada 28 Mei 2009 bagian pertama dari Jalur Lingkar (Circle Line) dari stasiun Marymount ke Bartley dibuka. Selanjutnya 9 stasiun dari stasiun Tai Seng ke Dhoby Ghaut dibuka pada 17 April 2010. Tahap 1 dari Jalur Pusat Kota dibuka 22 Desember 2013[21] dan dibuka oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong.[22] Jalur dan stasiunYang sudah beroperasiAda empat jalur yang telah dibuka saat ini:
Selain itu, ada beberapa jalur lainnya yang akan selesai dalam beberapa tahun mendatang:
MRT dioperasikan oleh dua perusahaan: SMRT Corporation dan SBS Transit. Fasilitas dan jasaKecuali di Bishan, MRT terletak melayang atau di bawah tanah. Hampir semua stasiun bawah tanah cukup dalam dan tahan menghadapi serangan bom konvensional sehingga bisa berperan sebagai tempat perlindungan bom.[27][28][29] Layanan telepon seluler bisa digunakan di dalam stasiun maupun sepanjang perjalanan jaringan MRT.[30] Kereta dan stasiun bawah tanahnya dilengkapi pendingin udara, meski beberapa stasiun melayang masih menggunakan kipas angin. Setiap stasiun dilengkapi dengan mesin tiket, pusat pelayanan penumpang, LED dan layar plasma yang menunjukkan informasi perjalanan kereta dan pemberitahuan. Tiap stasiun juga dilengkapi dengan kamar kecil dan telepon berbayar.[31] Beberapa stasiun besar, memiliki toko ritel dan kios, supermarket, ATM, dan mesin penjual self-service.[32] Eskalator di tiap stasiun berjalan dengan kecepatan 0.75 m/s, 50% lebih cepat daripada eskalator biasa.[33][34] Stasiun-stasiun lama di Jalur Utara Selatan dan Jalur Timur Barat awalnya dibuat tanpa fasilitas aksesibilitas, seperti elevator, ramp, huruf Braille, pintu masuk lebar, atau toilet untuk penumpang disabilitas;[35] sehingga penyandang disabilitas kurang tertarik memakai sistem MRT.[36] Seiring waktu, semua fasilitas ini saat ini sedang dipasang sebagai program untuk membuat semua stasiun bisa terakses oleh orang berusia lanjut atau penyandang disabilitas.[35][37][38] Hampir semua stasiun sekarang telah memiliki beberapa fasilitas ini, dan akan ditambah rak sepeda di 20 stasiun sebagai penunjang.[39] DepoSMRT Corporation memiliki empat depo kereta api: Depo Bishan adalah pusat perawatan kereta dengan fasilitas bongkar besar,[40] sementara Depo Changi dan Depo Ulu Pandan memeriksa dan menjadi parkir kereta tiap malam.[41] Depo bawah tanah di Depo Kim Chuan untuk memparkir kereta di Jalur Lingkar.[42] Stasiun MRT Jurong East, Tanah Merah, Ang Mo Kio, dan Paya Lebar di Jalur Lingkar mempunyai peron dengan rel ketiga di bagian tengah stasiun untuk kereta yang akan tidak digunakan berhenti sebelum kembali ke depo, namun dua stasiun pertama kini menjadi terminal Jalur Utara Selatan dan Jalur Ekstensi Changi Airport, dan dua terakhir untuk Jalur Utara Selatan dan Jalur Lingkar. Depo Sengkang untuk memparkir kereta di Jalur Timur Laut serta Jalur LRT Sengkang dan LRT Punggol, semua dioperasikan oleh SBS Transit. Ini adalah depo pertama yang memiliki struktur pendukung untuk industri di atas depo, untuk menghindari penggunaan lahan yang sangat terbatas di Singapura.[42] Pada Agustus 2014, rencana untuk kereta empat dalam satu dan depo bus pertama di dunia diumumkan. Depo tersebut akan dibangun di Tanah Merah di samping tempat Depo Changi asli untuk melayani Jalur East West, Downtown, dan Thomson-East Coast.[43] Depo 36ha baru dapat menampung sekitar 220 kereta dan 550 bus dan mengintegrasikan depo tersebut untuk bus dan kereta akan membantu menyelamatkan lahan seluas 6.612 ekar (2.676 ha), atau 60 lapangan sepak bola.[44] Arsitektur dan seniGenerasi awal pembangunan MRT lebih mengedepankan fungsionalitas daripada estetika. Hal ini bisa dilihat dari beberapa stasiun lama yang pertama dibuka pada Jaur Utara Selatan dan Jalur Timur Barat yang dibuka tahun 1987-1988 di Yio Chu Kang ke Clementi. Pengecualian untuk hal ini adalah Orchard, yang dipilih desainernya sebagai "showpiece" dari sistem MRT dan awalnya dibangun dengan atap kubah.[45] Tema arsitektur menjadi hal penting hanya pada beberapa jalur, seperti desain stasiun silindris pada semua stasiun antara Kallang dan Pasir Ris kecuali Eunos, serta atap perched di stasiun Boon Lay, Lakeside, Chinese Garden, Bukit Batok, Bukit Gombak, Choa Chu Kang, Khatib, Yishun dan Eunos.[46] Potongan-potongan seni, jika ada, jarang diperlihatkan; kadang terdiri dari lukisan-lukisan yang menggambarkan sejarah Singapura belakangan ini. Pembukaan Ekstensi Woodlands menambah karya seni di Woodlands.[47] Dengan pembukaan Jalur Timur Laut, seri karya seni dibuat di bawah program "The Art In Transit" yang dicanangkan oleh Land Transport Authority. Dibuat oleh 19 seniman lokal dan terintegrasi dengan arsitektur dalam stasiun, proyek ini bertujuan untuk mengapresiasi seni publik pada lingkungan berlalu-lintas tinggi. Hasil karya pada tiap stasiun didesain agar cocok dengan identitas stasiun. Semua stasiun pada jalur Timur Laut, Lingkar, dan Pusat Kota di bawah program ini.[48] Stasiun MRT Expo, terletak di cabang Bandara Changi dari Jalur Timur Barat, terletak bersebelahan dengan fasilitas pameran Singapore Expo. Didesain oleh Foster and Partners dan selesai Januari 2001, stasiun ini berbentuk elips dengan atap pillarless titanium yang membentang sepanjang platform stasiun.[49][50] Changi Airport, stasiun MRT paling timur, memiliki platform paling luas di antara semua stasiun MRT bawah tanah di Singapura. Stasiun ini termasuk dalam 15 stasiun subway terbaik dunia tahun 2011.[51] 2 stasiun MRT Jalur Lingkar, Bras Basah dan Stadium, dibangun dengan kompetisi Marina Line Architectural Design Competition yang diselenggarakan oleh Land Transport Authority dan Singapore Institute of Architects. Pemenang untuk kedua stasiun adalah WOHA. Tahun 2009, penghargaan "Best Transport Building" diberikan pada desainer WOHA Architects pada Festival Arsitektur Dunia.[52] EkspansiSistem MRT bergantung pada 2 jalur utama, Utara Selatan dan Timur Barat selama 2 dekade hingga dibukanya Timur Laut tahun 2003. Meskipun rencana jalur-jalur MRT ini telah diperhitungkan jauh sebelumnya, publikasi Land Transport Authority yang berjudul "A World Class Land Transport System" tahun 1996 menguatkan tujuan pemerintah untuk memperluas jaringan ini.[53][54] Ekspansi direncanakan dari 67 kilometer tahun 1995 menjadi 360 km tahun 2030.[53] Diperkirakan angkutan harian tahun 2030 menjadi 6 juta dari yang saat itu hanya 1,4 juta.[55] Tabel berikut ini adalah daftar jalur MRT yang sedang atau akan dibangun: Jalur Pusat KotaJalur Pusat Kota terdiri dari 36 stasiun bawah tanah sepanjang 42 km,[21] akan menghubungkan kawasan timur dengan barat laut Singapura melewati Marina Bay di selatan dan Central Business District.[61] Seperti Jalur Lingkar, kereta 3 rangkaian akan beroperasi di jalur ini dengan kapasitas harian 500.000 orang. Direncanakan selesai dalam 3 tahap, tahap 2 dari Bukit Panjang ke Rochor dan 3 dari Fort Canning ke Expo akan beroperasi berturut-turut 2016 dan 2017.[62][63][64][65] Stage 1 from Bugis to Chinatown began operations in December 2013.[66] Jalur Thomson-East CoastJalur Thomson-East Coast terdiri dari 31 stasiun dengan panjang total 43 km, akan menghubungkan kawasan utara Singapura ke selatan,[58] berjalan paralel dengan Jalur Timur Utara yang telah beroperasi, melewati Woodlands, Sin Ming, Upper Thomson dan Marina Bay[67] kemudian berbelok ke timur dan melewati Tanjong Rhu, Siglap, Marine Parade dan Bedok.[44] Jalur ini direncakan dibuka dalam 5 tahap, tahap 1 dari Woodlands North ke Woodlands South beroperasi 2019, tahap 2 dari Springleaf ke Caldecott beroperasi 2020 dan tahap 3 dari Mount Pleasant ke Gardens by the Bay beroperasi 2021,[68] tahap 4 dari Tanjong Rhu ke Bayshore tahun 2023 dan tahap 5 dari Bedok South ke Sungei Bedok tahun 2024.[44] Stasiun terminus Woodlands North direncanakan juga bersambung dengan jalur rel Singapura-Johor ke Johor Bahru. Jalur Kawasan JurongAwalnya direncanakan sebagai jalur MRT tahun 2001, Jalur Kawasan Jurong kemudian dinaikkan menjadi MRT ketika proyek ini muncul kembali tahun 2013. Jalur ini akan menghubungkan Pesisir Barat, Tengah, Choa Chu Kang, dan Jurong. Diperkirakan selesai tahun 2025.[60] Jalur Lintas PulauJalur Lintas Pulau sepanjang 50 km akan membelah pulau Singapura, melewati Tuas, Jurong, Sin Ming, Ang Mo Kio, Hougang, Punggol, Pasir Ris dan Changi. Penambahan jalur ini membuat komuter bisa memilih alternatif lain selain Timur-Barat yang sudah beroperasi. Jalur ini diperkirakan selesai tahun 2030.[60] Perpanjangan Tuas WestEkstensi Tuas West adalah perpanjangan Jalur Timur Barat dari Joo Koon ke Tuas Link. Stasiunnya — Gul Circle, Tuas Crescent, Tuas West Road dan Tuas Link — akan menjangkau MRT ke wilayah Tuas dan diperkirakan melayani lebih dari 100.000 orang. Konstruksi dimulai 2012 dan selesai 2016.[56] Jalur Lingkar tahap 6Selesai tahun 2025, perpanjangan jalur lingkar sepanjang 4-km dari Marina Bay melalui Keppel, berakhir di HarbourFront.[60] Ekstensi Jalur Pusat KotaSelesai tahun 2024, perpanjangan ini mulai dari Expo via Xilin dan bertukar di Sungei Bedok.[44] Ekstensi Jalur Timur LautSelesai 2030, perpanjangan sejauh 2-km ini dimulai dari Punggol melalui Punggol North termasuk Punggol Downtown. Perpanjangan ini bertujuan agar penduduk di Punggol North memiliki akses kereta ke pusat kota dan tempat lain di negara ini.[60] Rangkaian keretaTabel berikut berisi rangkaian kereta yang digunakan MRT Singapura:
Sekarang, jalur MRT Singapura berjalan pada jalur tetap dengan 3-6 rangkaian,[70][88][89] dengan Jalur Thomson-East Coast menggunakan 4 rangkaian. Sejak munculnya tahun 1987, semua jalur ditenagai 750 volt DC third rail, dengan pengecualian Jalur Timur Laut menggunakan 1500 volt arus bolak-balik via overhead lines. Belum ada kereta yang didiskontinu sejak MRT dimulai, dengan rangkaian C151 yang tertua mulai beroperasi tahun 1987.[70] Kereta yang sudah tua diperbaharui kembali untuk meningkatkan usia pakai sekaligus meningkatkan keamanannya.[90][91] Pembaruan itu meliputi sistem informasi, penambahan titik pegangan, kursi yang lebih lebar, ruang yang lebih besar dekat pintu, ruang untuk kursi roda, dan CCTV.[92][93] Sebagai percobaan, ditambah juga rak bagasi pada kereta C751B untuk melayani penumpang di jalur cabang Bandara Changi.[94] Namun, akhirnya dibatalkan dan rak bagasi tersebut diambil kembali bulan Juni 2002.[95][96] Semua rangkaian dikontrak dengan tender terbuka.[97] Tiket dan tarifStasiun terbagi menjadi 2 kawasan, berbayar dan tidak berbayar, di mana operator hanya menarik tarif melalui pintu yang disebut access control gates.[98] Pintu-pintu ini terhubung dengan jaringan komputer, dapat membaca dan memperbarui data tiket elektronik, seperti stasiun awal dan stasiun akhir, serta lamanya tiap perjalanan.[99] Mesin tiket menjual tiket untuk satu perjalanan atau sebagai tempat penumpang menambah saldo kartu mereka. Tiket satu perjalanan berwarna hijau, hanya berlaku pada hari pembelian, dan hanya berlaku kira-kira 30 menit. Tiket yang dapat digunakan berulang membutuhkan saldo minimum. Semua tarifnya terintegrasi oleh TransitLink, para komuter hanya perlu membayar 1 kali dan melewati 2 pintu (pintu masuk dan keluar) untuk 1 perjalanan, bahkan untuk transfer ke jalur yang dioperasikan perusahaan berbeda.[99] TarifKarena operator kereta diatur pemerintah, tarif di sistem MRT disesuaikan sampai level balik-modal terkecil.[27][100] Operator akan menarik tarif dengan menjual tiket elektronik, harga dihitung berdasarkan jarak antara stasiun awal dan stasiun akhir.[99] Harga ini akan meningkat tiap beberapa stasiun untuk tiket satu perjalanan. Untuk tiket langganan, tarif akan dihitung makin naik berdasarkan jarak kira-kira antar stasiun., tidak seperti sistem bawah tanah lainnya yang menggunakan zona tarif seperti London Underground. Meskipun dioperasikan swasta, struktur tarif diatur oleh Public Transport Council (PTC), di mana operator meminta jika diinginkan perubahan tarif.[100][101] Tarif dijaga sehingga harganya tak beda jauh dengan tarif bus, sehingga menarik minat para komuter untuk memakainya dan mengurangi ketergantungan pada bus. Kenaikan tarif belakangan ini telah menimbulkan keresahan publik.[102][103] Ada juga ekspresi ketidaksetujuan terhadap tarif yang lebih tinggi pada Jalur Timur Laut milik SBS Transit.[104] TiketSistem tiket MRT menggunakan kartu pintar nirkontak EZ-Link dan NETS FlashPay yang berbasis Symphony for e-Payment (SeP) untuk transportasi publik dari sistem Singapore Standard for Contactless ePurse Application (CEPAS). Sistem ini memperbolehkan sampai 4 penerbit kartu di pasaran.[105] Kartu EZ-Link diperkenalkan tanggal 13 April 2002 sebagai pengganti TransitLink farecard, sedangkan kompetitornya NETS FlashPay diperkenalkan 9 Oktober 2009. Kartu EZ-Link atau NETS FlashPay dapat dibeli di Kantor Tiket TransitLink manapun atau di Pusat Pelayanan Penumpang (Passenger Service Centre). Kartu CEPAS ini dapat digunakan untuk membayar tarif bus, MRT, dan LRT. Kartu CEPAS juga dapat digunakan sebagai pembayaran barang dan jasa di beberapa toko, Electronic Road Pricing, dan parkir elektronik.[105][106] Tambahan saldo dapat dibeli di General Ticketing Machine (GTM), Add Value Machine, TransitLink Ticket Office, Passenger Service Centre, Stasiun AXS, ATM DBS/POSB/OCBC/UOB, online via card reader, atau di beberapa toko. Untuk turis, tersedia juga kartu pintar nirkontak Singapore Tourist Pass.[107] Kartu ini bisa dibeli di Kantor Tiket TransitLink dan Singapore Visitors Centre. Keamanan dan pengawasanKeamananOperator dan otoritas negara telah mengujicoba untuk memastikan keselamatan penumpang, dan SBS Transit telah mempublikasikan petunjuk keamanan pada Jalur Timur Laut sebelum dan sesudah pembukaannya.[92][108] Poster-poster keamanan terlihat dengan jelas di tiap stasiun kereta dan operator juga sering menyiarkan petunjuk keamanan pada penumpang yang menunggu kereta. Pengaman kebakaran juga secara konsisten memenuhi standar National Fire Protection Association Amerika Serikat.[29][109] Ada permintaan untuk memasang pintu screen platform dipasang pada stasiun melayang setelah beberapa kejadian di mana ada penumpang terbunuh akibat mereka terjatuh ke rel ketika kereta datang. Stasiun bawah tanah telah dilengkapi pintu semenjak pembukaan tahun 1987. Otoritas pada awalnya menolak proposal ini karena fungsionalitas yang diragukan serta biaya pemasangan yang tinggi,[110] namun kemudian pemerintah berubah dengan memasang pintu screen platform setengah untuk semua stasiun melayang bulan Januari 2008,[62] maka akan mengurangi biaya pemasangan.[111] Pintu ini pertama terpasang di Jurong East, Pasir Ris dan Yishun pada tahun 2009 sebagai percobaan untuk menguji kebergunaannya.[112] Pada 14 Maret 2012, semua stasiun melayang telah dipasang pintu platform dan beroperasi.[113] Hal ini akan menghindari bunuh diri, pemudahan pengontrolan udara dalam stasiun, dan mencegah akses sembarang orang untuk masuk ke area terbatas. Dengan adanya Rapid Transit Systems Act, maka merokok, makan, atau minum dalam stasiun dan kereta, sembarangan dalam penggunaan peralatan darurat, serta melangkahi rel kereta adalah perbuatan ilegal dan dapat dikenai penalti berupa denda sampai penjara.[114][115] Ada beberapa insiden kecil dalam sejarah MRT ini. Tanggal 5 Agustus 1993, 2 kereta bertabrakan di Clementi karena adanya tumpahan minyak di rel kereta, menyebabkan 132 orang terluka.[116] Selagi pembangunan Jalur Lingkar tanggal 20 April 2004, terowongan yang sedang dibangun di bawah Nicoll Highway amblas dan menyebabkan kematian 4 orang.[117] Kepercayaan keseluruhan publik pada jalur Timur Utara dan Timur Laut yang mulai menua dipertanyakan publik setelah adanya beberapa gangguan pada kereta pada tahun 2011.[118] Pada 15 Desember 2011 pelayanan Mass Rapid Transit (MRT) sempat mengalami gangguan yang disebabkan oleh kerusakan rel ketiga di jalur Dhoby Ghaut dan City Hall. Kerusakan rel ini berimbas pada kerusakan rem kampas 4 kereta sehingga keempatnya harus 'diistirahatkan' untuk sementara. Satu kereta di Stasiun Braddell, satu kereta di stasiun Orchard, dan dua kereta di stasiun Dhoby Ghaut. Akibat insiden ini, ratusan penumpang di sejumlah stasiun MRT di Singapura sempat telantar. Bahkan penumpang yang sudah naik ke dalam MRT terpaksa keluar berjalan kaki menuju jalan raya. Layanan MRT kembali beroperasi 16 Desember 2011.[119] Tanggal 17 Desember 2011, layanan MRT kembali mengalami kerusakan selama 7 jam di wilayah Ang Mo Kio dan Stasiun Marina Bay.[120] PengawasanMasalah yang berhubungan dengan kriminal dan tindak terorisme pada MRT Singapura belum menjadi perhatian serius ketika pertama kali dibangun.[121] Namun, setelah Pengeboman kereta Madrid 11 Maret 2004 dan rencana penyerangan kantor kedutaan besar di Singapura[122] operator memperkerjakan penjaga untuk mematroli platform stasiun dan mengecek bawaan para penumpang.[123] Pengumuman berulang kali disiarkan untuk mengingatkan penumpang agar melaporkan tindakan mencurigakan dan tidak meninggalkan barang bawaan. Kamera CCTV digital telah dilengkapi dengan kemampuan merekam di semua stasiun dan kereta yang dioperasikan SMRT Corporation.[124][125] Tempat sampah dan boks surat juga dilepas dari platform stasiun sampai gerbang masuk, untuk meminimalisir risiko bom ditempatkan disitu.[126] Fotografi tanpa izin juga dilarang di semua stasiun MRT sejak pengeboman Madrid, namun tidak tertulis secara resmi.[127] Tanggal 14 April 2005, Singapore Police Force mengumumkan rencana untuk menambah keamanan kereta dengan mendirikan unit khusus transportasi publik yang hari ini disebut Public Transport Security Command atau TRANSCOM.[128] Para petugasnya berpatroli di sistem MRT dan LRT mulai 15 Agustus 2005 secara random.[129] Mereka terlatih dan mempunyai otorisasi untuk menggunakan senjata jika diperlukan.[130] Tanggal 8 Januari 2006, latihan sipil yang melibatkan lebih dari 2000 personel dari 22 agen pemerintah (berkode Exercise Northstar V), mensimulasikan serangan bom dan senjata kimia di Stasiun MRT Dhoby Ghaut, Toa Payoh, Raffles Place dan Marina Bay. 13 stasiun ditutup dan sekitar 3.400 penumpang terkena imbasnya akibat penutupan selama 3 jam.[131] Tanggal 22 November 2012, Land Transport Authority melakukan pelatihan terhadap ancaman ledakan dengan SMRT untuk menguji manajemen risiko kecelakaan jika ada gangguan pada pelayanan kereta. Total, sekitar 135 personel termasuk perwakilan dari Transport Command Singapore Police Force (TransCom) dan SBS Transit berpartisipasi dalam pelatihan ini. Pelayanan kereta berlangsung seperti biasa dan penumpang tidak terpengaruh dengan pelatihan ini. Pelatihan ini mempunyai kode nama 'Exercise Greyhound'.[132] Lihat juga
Referensi
Lihat pulaPranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Mass Rapid Transit (Singapore).
|