Dalam kedokteran, kesehatan masyarakat, dan biologi, penularan atau transmisi adalah perpindahan patogen yang menyebabkan penyakit menular dari individu atau kelompok inang yang terinfeksi ke individu atau kelompok tertentu lainnya. Perpindahan ini memungkinkan suatu pernyakit tersebar secara luas. Proses perpindahan patogen dapat terjadi dengan berbagai cara, baik melalui penularan langsung ketika individu terinfeksi bertemu dengan individu peka di suatu tempat, maupun secara tidak langsung dengan perantaraan benda atau organisme lainnya. Pemahaman mengenai cara transmisi suatu penyakit dimanfaatkan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut.
Suatu penyakit dapat muncul jika terdapat interaksi yang sesuai antara agen (penyebab penyakit), inang (organisme yang menderita penyakit), dan lingkungan. Konsep ini dikenal sebagai segitiga epidemiologi.[1] Setelah muncul, penyakit tersebut dapat tersebar akibat perpindahan agen dari satu organisme ke organisme lain, yang digambarkan dalam diagram yang disebut rantai infeksi. Diagram ini terdiri atas beberapa mata rantai: agen pada reservoir, portal (tempat) keluarnya agen, cara atau rute penularan, portal masuknya agen, dan inang rentan.[2][3] Portal keluarnya agen dari inang terinfeksi di antaranya saluran pernapasan (misalnya virus influenza dan Mycobacterium tuberculosis), saluran perkencingan (misalnya Schistosoma), melalui tinja (misalnya Vibrio cholerae), dan sekresikonjungtiva (misalnya Enterovirus 70).[2] Sementara itu, portal masuknya agen ke tubuh inang peka di antaranya melalui hidung (virus influenza), mulut (patogen penyebab gastroenteritis), kulit (cacing kait), membran mukosa (bakteri Treponema pallidum), dan darah (virus hepatitis B).[2]
Perpindahan patogen terjadi melalui berbagai rute. Secara garis besar, rute penularan diklasifikasikan menjadi penularan vertikal dan penularan horizontal, serta penularan langsung dan tidak langsung. Penularan vertikal merupakan perpindahan agen dari ibu atau induk kepada janin yang dikandungnya, sedangkan penularan horizontal terjadi di antara komponen lingkungan (baik organisme hidup maupun benda mati) yang tidak memiliki hubungan orang tua-anak.[5] Rute penularan juga dapat dibedakan berdasarkan metode kontak antara sumber infeksi dengan inang peka. Penularan langsung terjadi ketika keduanya bertemu dan mengalami kontak di suatu tempat, sedangkan penularan tidak langsung terjadi akibat perpindahan agen melalui perantaraan benda atau organisme lainnya, sehingga sumber infeksi dan inang peka tidak harus berada di tempat yang sama.[6][7]
Penularan langsung
Kontak fisik: Ketika individu terinfeksi bersentuhan dengan individu lainnya yang peka, agen infeksi dapat berpindah. Rute ini meliputi sentuhan pada kulit, luka terbuka, maupun hubungan seksual. Contoh penyakit yang ditularkan di antaranya HIV/AIDS, sifilis, kencing nanah, dan hepatitis B.[8]
Percikan pernapasan: Agen infeksi dapat ikut tersebar melalui percikan pernapasan (bahasa Inggris: droplet) yang dihasilkan saat individu terinfeksi batuk, bersin, atau sekadar berbicara. Percikan pernapasan memiliki diameter >5 μm dan jatuh dengan cepat oleh gaya gravitasi sehingga hanya tersebar dalam jarak yang pendek (sekitar 1–2 meter).[9][10][11] Penularan biasanya terjadi ketika individu peka berada di tempat yang sama dengan individu terinfeksi. Penyakit yang ditularkan melalui rute ini misalnya sindrom pernapasan akut berat (SARS) dan penyakit koronavirus 2019.[9]
Penularan tidak langsung
Perantara udara: Beberapa penyakit bisa menular melalui udara. Agen infeksi terbawa oleh partikel pernapasan kecil, yang disebut droplet nuclei, berdiameter kurang dari 5 μm. Akibatnya, partikel ini beratnya lebih ringan dibandingkan droplet biasa dan dapat berada di udara dalam periode waktu yang lama.[10] Penularan dapat terjadi bahkan ketika individu terinfeksi tidak berada di tempat tersebut. Tuberkulosis, campak, dan cacar air merupakan contoh penyakit yang bisa ditularkan melalui udara.[12]
Transmisi fekal–oral: Rute ini terjadi ketika patogen dalam partikel tinja seseorang berpindah ke mulut orang lain. Kurangnya sanitasi yang memadai (seperti buang air besar sembarangan) dan praktik kebersihan yang buruk merupakan penyebab utamanya. Patogen dapat terbawa oleh makanan, cairan, tanah, lalat, atau jari yang terkontaminasi.[13] Penyakit yang disebabkan oleh penularan fekal–oral di antaranya cacingan saluran pencernaan, demam tifoid, kolera, dan salmonelosis.[14]
Vektor: Penularan dapat terjadi melalui vektor, yaitu organisme (biasanya artropoda) yang membawa agen infeksi tetapi tidak ikut tertular penyakit. Malaria, demam berdarah, dan demam kuning merupakan contoh penyakit yang ditularkan oleh vektor.[12]
Benda terkontaminasi (bahasa Inggris: fomite): Agen infeksi dapat menempel pada benda mati, misalnya pakaian, gagang pintu, tombol lift, hingga telepon genggam. Benda-benda yang sering disentuh oleh tangan dan jarang dibersihkan berpotensi terkontaminasi bakteri, virus, dan agen infeksi lainnya dan menjadi sumber penularan penyakit secara tidak langsung. Sekolah, kantor, dan rumah sakit merupakan beberapa tempat yang berperan penting dalam transmisi melalui fomite.[15]
Antonovics, Janis; Wilson, Anthony J.; Forbes, Mark R.; Hauffe, Heidi C.; Kallio, Eva R.; Leggett, Helen C.; Longdon, Ben; Okamura, Beth; Sait, Steven M. (2017-05-05). "The evolution of transmission mode". Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences (dalam bahasa Inggris). 372 (1719): 20160083. doi:10.1098/rstb.2016.0083. ISSN0962-8436. PMC5352810. PMID28289251.Pemeliharaan CS1: Format PMC (link)