Zoonosis atau penyakit zoonotik adalah penyakit yang secara alami dapat menular dari hewanvertebrata ke manusia atau sebaliknya.[1] Zoonosis disebabkan oleh patogen seperti bakteri, virus, fungi, serta parasit seperti protozoa dan cacing. Sebuah penelitian pada tahun 2001 memperkirakan lebih dari 60% penyakit infeksi pada manusia tergolong zoonosis.[2]
Di seluruh dunia, timbul kewaspadaan terhadap penyakit infeksi yang baru muncul (EID) serta penyakit infeksi yang muncul kembali; mayoritas penyakit-penyakit tersebut merupakan zoonosis.[3][4] Beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia, berisiko tinggi memunculkan EID yang bersifat zoonotik dari hewan liar.[5]
Penularan
Pola penularan
Sebagai patogen dan parasit, organisme penyebab zoonosis memiliki reservoir alami dan inang. Reservoir adalah habitat atau tempat agen infeksi dapat hidup, tumbuh, dan bereplikasi secara alami,[6] di antaranya manusia, hewan peliharaan, maupun satwa liar. Berdasarkan hal ini, pola penularan zoonosis dapat digolongkan menjadi:[7]:5-6
Anthropozoonosis, artinya penyakit yang menular dari hewan ke manusia.[8] Pada jenis ini, penyakit infeksius berkembang bebas di alam di antara hewan liar maupun domestik. Manusia kadang akan terinfeksi dan akan menjadi titik akhir infeksi (dead end), serta tidak dapat menularkan penyakit kepada hewan atau manusia lain. Zoonosis yang tergolong kategori ini yaitu rabies, antraks, dan bruselosis.
Zooanthroponosis, artinya penyakit yang menular dari manusia ke hewan.[9] Pada jenis ini, penyakit infeksius bersirkulasi antarmanusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Termasuk dalam kategori ini yaitu tuberkulosis, serta infeksi Giardia duodenalis dan Cryptosporidium parvum.[10]
Amphixenosis. Kondisi di mana penyakit infeksius bersirkulasi di antara hewan dan di antara manusia. Infeksi tetap berjalan walaupun patogen tidak berpindah dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Contohnya infeksi Staphylococcus dan Streptococcus.
Cara penularan
Sama seperti penyakit menular pada umumnya, zoonosis dapat menular melalui beberapa cara, seperti:
Secara langsung. Manusia menjadi sakit akibat mengalami kontak dengan hewan terinfeksi (misalnya rabies atau ringworm) atau aerosol saat hewan terinfeksi bersin atau batuk.
Secara tidak langsung. Penularan zoonosis terjadi melalui perantara, baik hewan artropoda yang bertindak sebagai vektor (misalnya penyakit ensefalitis Jepang) maupun perantara yang berupa benda mati, seperti air, tanah, atau benda lainnya.
Beberapa penyakit zoonotik memiliki lebih dari satu metode penularan, misalnya toksoplasmosis. Penyakit ini dapat diderita oleh manusia melalui konsumsi daging hewan terinfeksi (misalnya daging kambing yang tidak dimasak dengan baik) dan melalui kontak dengan feses kucing yang mengandung protozoa Toxoplasma gondii.
Daftar zoonosis
Berikut ini adalah daftar zoonosis yang dikelompokkan berdasarkan organisme penyebabnya, yaitu bakteri, virus, fungi, dan parasit.
Di tingkat pemerintah pusat, zoonosis ditangani oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Pemerintah juga menetapkan jenis zoonosis yang memerlukan prioritas untuk dikendalikan dan ditangani melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 237/Kpts/PK.400/M/3/2019 tentang Penetapan Zoonosis Prioritas. Jenis zoonosis prioritas tersebut adalah:
Avian influenza;
Rabies;
Anthrax;
Brucellosis;
Leptospirosis;
Japanese B. encephalitis;
Bovine tuberculosis;
Salmonellosis;
Schistosomiasis;
Q fever;
Campylobacteriosis;
Trichinellosis;
Paratuberculosis;
Toxoplasmosis; dan
Cysticercosis/taeniasis.
Pengendalian dan penanggulangan zoonosis di atas dilakukan dengan prioritas nasional dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerahprovinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Kemunculan zoonosis baru
Perubahan-perubahan besar dunia yang saat ini terjadi telah memicu zoonosis yang baru muncul (emerging zoonosis) dan zoonosis yang muncul kembali (re-emerging zoonosis).[11]Emerging zoonosis memiliki definisi yang secara umum mencakup salah satu dari tiga situasi penyakit zoonotik seperti:
Agen patogen yang telah diketahui muncul pada suatu area baru,[11]
Agen patogen yang telah diketahui atau yang berkerabat dekat terjadi pada spesies yang tidak peka,[11] atau
Agen patogen yang tidak atau belum diketahui terdeteksi untuk pertama kali.[11]
Adapun re-emerging zoonoses adalah suatu penyakit zoonotik yang pernah mewabah dan sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali.[12]
Faktor-faktor yang memicu emerging dan re-emerging zoonosis yaitu:[12]