Artikel ini mendokumentasikan suatu wabah penyakit terkini. Informasi mengenai hal itu dapat berubah dengan cepat jika informasi lebih lanjut tersedia; laporan berita dan sumber-sumber primer lainnya mungkin tidak bisa diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini mengenai wabah penyakit ini untuk semua bidang.
Pandemi koronavirus 2019–2020 di Iran pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 19 Februari 2020 di Qom.[3] Hingga 15 Maret 2020[update], 853 kasus kematian akibat COVID-19 telah terjadi di Iran dan terdapat 14.991 kasus yang terkonfirmasi virus tersebut. Ini adalah jumlah kematian akibat virus korona terbanyak kedua di luar Tiongkok setelah Italia, jumlah kasus terbesar di Timur Tengah, dan jumlah kasus terkonfirmasi terbanyak ketiga di dunia.[4]
Tiga pejabat senior Iran telah didiagnosis positif SARS-CoV-2: Wakil Menteri Kesehatan
Iraj Harirchi, Wakil Presiden untuk Urusan Perempuan dan Keluarga
Masoumeh Ebtekar, dan Ketua Komite Keamanan Nasional dan Urusan Luar Negeri Parlemen Iran Mojtaba Zonnour.[5] Duta Besar Iran pertama untuk Vatikan, Hadi Khosroshahi, meninggal karena COVID-19 di Qom pada 27 Februari.[6] 23 anggota Majelis Permusyawaratan Islam Iran, yang jumlahnya sekitar 8% dari semua anggota parlemen di negaranya, dilaporkan telah terinfeksi virus korona pada 3 Maret 2020.[7]
Pandemi koronavirus adalah pandemi yang disebabkan koronavirus (COVID-19) dan menyerang sistem pernafasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian mengumumkan pandemi koronavirus sebagai pandemi dunia pada tanggal 11 Maret 2020.[8]
Pada 20 Februari, 3 kasus baru dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan. Dua dari mereka berasal dari kota Qom dan satu dari Arak.[10]
Pada 21 Februari, 13 kasus baru dilaporkan. Tujuh kasus berasal dari Qom, 4 kasus dari Teheran, dan 2 kasus dari Provinsi Gilan. Dua orang lagi di Iran meninggal karena COVID-19.[11]
Pada 22 Februari, Kementerian Kesehatan Persia melaporkan 10 kasus yang terinfeksi sehingga jumlahnya menjadi 29 dan dua kematian lainnya sehingga total dari kasus tersebut menjadi delapan kasus. Delapan dari kasus baru berasal dari kota Qom dan dua dari Teheran.[12]
Pada 24 Februari, Menurut Wakil Menteri Kesehatan Iran Iraj Harirchi, "Dua belas orang telah meninggal dan 61 orang telah terinfeksi virus korona baru", ia membantah klaim anggota parlemen bahwa "50 orang meninggal di negara itu akibat virus korona".[13] Seorang penumpang Lebanon yang melakukan perjalanan ke Iran mengalami gejala virus korona dan berada di sebuah rumah sakit di Beirut.[14]
Pada 25 Februari, Iraj Harirchi dinyatakan positif terinfeksi SARS-CoV-2.[15] Sesi tertutup parlemen termasuk Menteri Kesehatan Saeed Namaki dan Ahmad Amirabadi Farahani, yang sehari sebelumnya mengklaim bahwa 50 COVID-19 kasus kematian telah terjadi di Qom,[16] diadakan. Suhu tubuh diuji sebelum pertemuan parlemen dan tiga anggota parlemen, termasuk Amirabadi Farahani, diminta untuk mengundurkan diri dari sesi tersebut dan karantina sendiri. Ketiganya menghadiri sesi tersebut. Amirabadi Farahani kemudian berbicara dengan para jurnalis dan memberikan wawancara televisi mengenakan topeng dan sepasang sarung tangan.[17]
Pada 27 Februari, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 245 warganya terinfeksi virus korona dan terdapat 26 kasus kematian.[18] Wakil Presiden Iran untuk Urusan Wanita dan Keluarga, Masoumeh Ebtekar serta Ketua Komite Urusan Keamanan dan Luar Negeri Parlemen Iran, Mojtaba Zolnour, didiagnosis menderita COVID-19.[6][19] Mantan Duta Besar Iran untuk Vatikan, Hadi Khosroshahi, meninggal karena infeksi COVID-19 di Qom.[20]
Pada 28 Februari, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 205 kasus baru yang dikonfirmasi dan 9 kasus kematian baru. Kementerian Kesehatan juga melaporkan bahwa 50 orang telah pulih.[21]
Maret
1 Maret: Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 385 kasus baru yang dikonfirmasi dan 11 kasus kematian baru. Dia juga melaporkan bahwa 52 orang telah pulih dari virus korona, sehingga jumlah warga yang pulih dari virus korona menjadi 175 orang.
2 Maret: Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 523 kasus baru yang dikonfirmasi dan 12 kematian baru. Mereka juga melaporkan bahwa 116 orang telah sembuh, sehingga jumlah total menjadi 291 kasus.[22]Mohammad Mirmohammadi, anggota Dewan Penasihat Pemimpin Tinggi IranAli Khamenei, dilaporkan meninggal pada usia 71 tahun karena penyakit tersebut.[23]
3 Maret: Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 835 kasus baru yang dikonfirmasi dan 11 kematian baru.[24]
4 Maret: Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 586 kasus baru yang dikonfirmasi dan 15 kematian baru. Mereka juga melaporkan bahwa 552 orang telah sembuh.[25] Menteri Perindustrian, Tambang dan Bisnis Iran, Reza Rahmani, dinyatakan positif virus korona.[26]
5 Maret: Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 591 kasus baru yang dikonfirmasi dan 15 kematian baru. Mereka juga melaporkan bahwa 739 orang telah sembuh.[27]Mohammad Sadr [fa], anggota Dewan Penasihat, dilaporkan telah terinfeksi virus korona.[28] Mantan Duta Besar Iran untuk Suriah Hossein Sheikholeslam meninggal karena penyakit ini. Akibatnya, semua pejabat pemerintah dilarang melakukan perjalanan internasional, dan parlemen dihentikan tanpa batas waktu.
6 Maret: Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 1.234 kasus baru yang dikonfirmasi dan 17 kasus kematian baru. Mereka juga melaporkan bahwa 913 orang telah sembuh dari virus korona.
7 Maret: Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 1.076 kasus baru yang terkonfirmasi dan 21 kasus kematian baru. Anggota Parlemen Iran Fatemeh Rahbar, meninggal karena virus korona.[29] Ayatollah Reza Mohammadi Langroudi [en] juga meninggal karena virus tersebut.[30]
Dampak
Pembatasan perjalanan
Akibat dari virus korona di Iran, pada 23 Februari, Armenia dan Georgia membatalkan penerbangan ke dan dari Iran. Pada hari yang sama, Pakistan,[31]Turki,[32]Afghanistan, dan Armenia[33] menutup perbatasan mereka dengan Iran. Jumlah kasus yang dikonfirmasi naik menjadi 43 Kasus di empat kota dan angka kematian akibat COVID-19 menjadi delapan orang.[34] Kemudian pada 24 dan 25 Februari Irak, Kuwait, Oman dan Uni Emirat Arab membatasi dan menangguhkan semua penerbangan dari dan ke Iran.[35][36][37]
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat meningkatkan status perjalanan ke Iran menjadi level 3 (hindari perjalanan yang tidak penting karena penyebaran virus oleh komunitas yang luas).[38] Selandia Baru mengumumkan pembatasan sementara pada siapapun yang bepergian dari Iran.[39] Malaysia menetapkan jalur imigrasi terpisah untuk pelancong dari negara-negara dengan wabah COVID-19 termasuk Iran.[40]
Pada 29 Februari, Australia mengumumkan larangan orang asing yang tiba langsung dari Iran dan mengharuskan mereka untuk tinggal di negara ketiga selama dua minggu sebelum memasuki Australia. Seorang wanita yang kembali dari Iran juga dinyatakan positif mengidap virus korona.[41]
Penyebaran virus secara internasional
Pada 25 Februari, keluarga empat warga negara Irak yang telah kembali dari Iran dipastikan positif SARS-CoV-2.[4] Kasus-kasus yang dikonfirmasi oleh SARS-CoV-2 dilaporkan pada hari yang sama untuk warga yang telah tiba di Afghanistan, Bahrain, Kuwait dan Oman dari Iran.[42]
Pada 26 Februari, Pakistan mengumumkan dua orang telah didiagnosis COVID-19, salah satunya diketahui telah mengunjungi Iran.[43]Georgia mengonfirmasi kasus COVID-19 pertama, seorang pria Georgia berusia 50 tahun yang kembali dari Iran.[44]
Pada 27 Februari, Estonia mengonfirmasi kasus COVID-19 pertama yaitu seorang warga negara Iran yang tinggal di Estonia yang kembali dari Iran.[45]Kuwait mengonfirmasi 43 kasus COVID-19, semuanya melibatkan orang-orang yang telah melakukan perjalanan ke Iran pada bulan Februari.[46][47] Libanon, Jerman dan Spanyol juga mengkonfirmasi kasus yang melibatkan individu dengan riwayat perjalanan ke Iran.[48][49][50]
Pada 28 Februari, Selandia Baru dan Belarus melaporkan kasus COVID-19 pertama mereka, keduanya melibatkan warga negara mereka yang telah melakukan perjalanan dari Iran. Khusus untuk kasus di Selandia Baru, warganya melakukan transit di Bali, Indonesia.[51][52] Swedia juga mengkonfirmasi kasus baru yang melibatkan individu dengan riwayat perjalanan ke Iran.[53][54]
Dampaknya terhadap sanksi Amerika Serikat
Salah satu aspek kunci yang membatasi kemampuan pemerintah Iran untuk merespons wabah virus korona adalah penerapan sanksi ekonomi oleh Pemerintah AS terhadap Iran. Kendati sanksi AS secara hukum memungkinkan produk kemanusiaan dijual ke Iran, karena sifatnya, sangat sedikit bank yang mau mengambil risiko sanksi dengan berdagang dengan Iran. Karena itu, Iran belum dapat mengimpor peralatan medis dasar yang akan membantu mengidentifikasi atau mengobati korban virus korona. Hal ini menyebabkan wabah yang jauh lebih besar yang seharusnya terjadi.[55]
Klaim penyensoran
Menurut beberapa surat yang diterbitkan di media - kredibilitasnya ditolak oleh pemerintah - pihak berwenang Iran mengetahui kasus SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi di Iran sebelum pengumuman publik pertama tentang virus korona dan kematian akibat COVID-19 pada pertengahan Februari, tetapi membantah keberadaan virus tersebut sebelum pengumuman resmi.[56]
Sebelum pengumuman resmi 5 kasus kematian SARS-CoV-2 dan 2 kasus kematian akibat COVID-19 di Qom, otoritas Republik Islam Iran belum memberikan data spesifik tentang dugaan kasus COVID-19 di Iran, mereka bersikeras bahwa tidak ada COVID-19 di Iran.[57][58]
Kianoush Jahanpour dan Alireza Vahabzadeh menyangkal keberadaan surat yang ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli dan dikirim ke Menteri Kesehatan Saeed Nemaki dan diterbitkan pada Selasa, 18 Februari 2020, di mana Saeed Nemki diminta untuk menunda pengumuman wabah koronavirus sampai hasil pemilu parlemen diumumkan.[59]
Batch uji kit kelima dikirim ke Iran oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada 28 Februari.[66] Kelompok pakar medis asal Tiongkok dengan paket bantuan kemanusiaan yang baru memasuki Iran pada 29 Februari.[66]
^Chulov, Martin (25 Februari 2020). "Iran's deputy health minister: I have coronavirus". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Februari 2020. Diakses tanggal 26 Februari 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)