Artikel ini mendokumentasikan suatu pandemi terkini. Informasi mengenai hal itu dapat berubah dengan cepat jika informasi lebih lanjut tersedia; laporan berita dan sumber-sumber primer lainnya mungkin tidak bisa diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini mengenai pandemi ini untuk semua bidang.
Pandemi COVID-19 di Turki pertama kali tercatat pada tanggal 11 Maret 2020. Kasus pertama diderita oleh seorang laki-laki yang telah pulang dari Eropa.[4]
Linimasa
Januari
Kementerian Kesehatan Turki membentuk Dewan Penasihat Ilmiah Koronavirus yang terdiri dari 31 orang yang memiliki ahli di bidang medis, virologi, dan penyakit. Pada 24 Januari 2020, Turki mulai membatasi perjalanan di Tiongkok.[5]
Februari
Mulai tanggal 5 Februari 2020, Turki menghentikan semua penerbangan dari Tiongkok, selain itu Turki juga membatasi penerbangan Turkish Airline ke Tiongkok. Menteri Kesehatan juga menginformasikan bahwa jumlah penerbangan dari dan ke Tiongkok telah menurun secara signifikan karena masalah kesehatan. Tetapi semua penumpang yang datang dari negara-negara timur, seperti Jepang, Taiwan, Thailand, Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia ke bandara Turki akan disaring oleh kamera termal untuk menghindari penyebaran virus korona ke Turki.[6]
Maret
Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca mengumumkan bahwa kasus pertama positif korona diderita oleh seorang laki-laki yang pulang dari bepergian di Eropa. Keluarga pasien tersebut juga dipantau. Dia mendesak warga Turki untuk tidak bepergian ke luar negeri dan meminta mereka yang kembali untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Menteri tersebut memberikan informasi agar masyarakat untuk tidak khawatir dengan diagnosa.[7] Tanggal 21 Maret 2020, korban tewas di Turki akibat koronavirus naik menjadi 21. Jumlah kasus yang dikonfirmasi di negara ini telah melonjak sejak kasus pertama diumumkan pada minggu sebelumnya yaitu mencapai 947.[8]
Akibat
Pembatasan berpergian
Pada 13 Maret 2020 Menteri Transportasi dan Infrastruktur Turki menghentikan penerbangan ke 9 negara Eropa ya itu Jerman, Prancis, Spanyol, Norwegia, Denmark, Belgia, Austria, Swedia, dan Belanda.[9] Selain itu, transportasi darat dan udara antara Turki dan Azerbaijan juga ditutup.[10] Hal itu juga dilakukan Turki untuk menutup gerbang Sarp yang merupakan perbatasan antara Turki dan Georgia.[11]
Pembatasan berkumpul
Pada tanggal 16 Maret 2020, Presidensi Urusan Agama (Diyanet), otoritas keagamaan tertinggi Turki, telah mengumumkan larangan berskala nasional untuk pertemuan peribadahan, termasuk salat Jumat, karena merebaknya wabah koronavirus. Kepala Diyanet, Ali Erbaş, mengatakan bahwa masjid-masjid akan tetap terbuka untuk orang-orang yang ingin melakukan sholat harian. Erbaş mendesak umat untuk sholat di rumah.[12]
Kementerian Dalam Negeri Turki mengirimkan surat edaran ke 81 gubernur provinsi mengenai Tindakan Koronavirus. Surat edaran tersebut berisi mulai 16 Maret 2020 pukul 24.00, bioskop, pusat pertunjukan, ruang konser, gedung pernikahan, restoran, kasino, pub, kedai kopi, kafe, taman pedesaan, kafe internet, salon, ruang permainan, kebun teh, ruang santai, taman hiburan, kolam renang, pemandian Turki, sauna, pemandian air panas, ruang pijat, spa, dan pusat olahraga akan dihentikan sebentar.[13]
Ekonomi
Presigen Recep Ayyip Erdogan memberikan paket bantuan ekonomi sebesar 100 miliar TL dalam menanggapi epidemi koronavirus. Erdogan mengumumkan bahwa pembayaran SGK dan PPN ditunda selama 6 bulan di semua sektor, dan pembayaran kredit perusahaan yang tertunda ditunda selama 3 bulan. Selain itu besaran pensiun terendah dinaikkan menjadi 1500 TL.[14]