Pembatasan perjalanan dari dan ke wilayah terdampak, larangan acara publik
Hasil
60 juta penduduk Italia di seluruh provinsi dikarantina
Pada tanggal 9 Maret 2020, pemerintah Italia mengumumkan penerapan tindakan-tindakan isolasi di seluruh negara tersebut yang akan dimulai pada 10 Maret demi menanggulangi wabah koronavirusyang amat parah di negara itu. Sehari sebelumnya, Italia mengarantina daerah Lombardia beserta 14 provinsi di daerah-daerah Piedmont, Veneto, Emilia–Romagna, Marche. Sebelumnya, beberapa kota sudah dikarantina di Lodi sejak akhir bulan Februari. Di antara tindakan yang dilakukan adalah dilarangnya aktivitas di ruang publik, dibatasinya transportasi darat, laut, dan udara, dan pembatalan pertandingan olahraga, termasuk liga sepakbola Serie A.[1]
Kasus koronavirus 2019 pertama di Italia dideteksi dari dua orang turis asal Tiongkok yang mengunjungi Italia pada tanggal 30 Januari 2020.[2] Kasus ketiga di Italia merupakan seorang warga negara Italia yang diungsikan dari Wuhan.[3] Jumlah kasus tetap rendah sampai tanggal 21 Februari, yakni saat 16 orang positif mengidap koronavirus.[4] Setelah jatuhnya korban jiwa, beberapa kota di Lombardia dikarantina karena banyaknya jumlah pengidap penyakit di wilayah tersebut.[5]
Penutupan
Awal mula
Karantina dimulai tanggal 21 Februari, mencakup sebelas comune (setara kecamatan) di provinsi (setara kabupaten) Lodi. Sekitar 50,000 orang terdampak langsung karantina tersebut.[6] Pusat penyebaran terletak di kota Codogno, yang berpenduduk 16,000 jiwa. Kendaraan polisi memblokir akses ke wilayah karantina dan jalanan diblokir.[7] Zona karantina disebut juga Zona Merah (zona rossa dalam Bahasa Italia).[8] Karantina ini awalnya dimaksudkan sampai tanggal 6 Maret, dan bahan makanan dan obat-obatan masih diperbolehkan masuk ke wilayah terdampak.[9]
Perluasan
Pada Minggu dini hari, tanggal 8 Maret, perdana menteri Italia Giuseppe Conte mengumumkan bahwa wilayah karantina akan diperluas ke sebagian besar Italia Utara, dan berimbas ke enam belas juta orang. Perjalanan keluar dan masuk wilayah terimbas akan dibatasi, acara-acara umum seperti pemakaman dilarang, dan penduduk terdampak diminta untuk saling menjaga jarak minimal satu meter satu sama lain di ruang publik.[10] Conte kemudian menjelaskan bahwa perjalanan-perjalanan darurat atau medis dari wilayah terimbas masih diperbolehkan.[11] Jam buka kafe-kafe dan restoran-restoran dibatasi dari pukul 6 pagi sampai 6 sore, dan berbagai jenis ruang publik seperti kelab malam, kolam renang dan museum ditutup.[12] Perusahaan-perusahaan di wilayah terimbas diminta untuk menyiapkan sistem-sistem yang memperbolehkan karyawan mereka bekerja dari rumah.[13] Karantina ini akan bertahan sampai tanggal 3 April, dan warga yang melanggar aturan-aturan karantina dapat didenda atau dipenjara selama tiga bulan. Hak berkumpul juga dibatasi sementara di wilayah Italia lainnya.[13][14]
Tindakan pemerintah Italia dinilai paling ekstrem setelah tindakan pemerintah Tiongkok.[12] Pada saat pengumuman dari Conte, lebih dari 5.800 orang telah terjangkit koronavirus di Italia dan 233 orang telah meninggal.[14] Perintah Conte bocor ke media massa beberapa jam sebelum diumumkan, dan mengakibatkan kepanikan karena banyak orang berburu-buru untuk meninggalkan kota-kota yang akan dikarantina.[10] Surat kabar la Repubblica melaporkan bahwa ratusan orang di Milan memenuhi stasiun kereta untuk naik kereta terakhir yang meninggalkan kota.[15] Meskipun begitu, menurut laporan-laporan dari wilayah terdampak pada Minggu pagi, masih banyak sarana transportasi menuju dan dari wilayah terdampak, misalnya pesawat dari dan ke bandara-bandara di kota Milan.[16][12]
Perluasan secara nasional
Pada malam hari tanggal 9 Maret, wilayah karantina diperluas ke seluruh negara, mulai berlaku tanggal 10 Maret. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Conte menjelaskan bahwa langkah tersebut akan membatasi perjalanan pada pekerjaan dan keadaan darurat keluarga, dan semua acara olahraga akan dibatalkan.[17]
Daerah yang mulai dikarantina tanggal 8 Maret 2020 mencakup keseluruhan wilayah Lombardia, beserta 14 provinsi di Piedmont, Veneto, Emilia-Romagna, dan Marche. Wilayah ini juga mencakup kota-kota Milan dan Venesia terbagi tiga: satu di Lombardia dan sekitarnya, satu di Venesia dan sekitarnya, dan satu lagi mengelilingi San Marino. Kurang lebih enam belas juta orang tinggal di ketiga potongan ini, seperempat penduduk Italia.[19] Luas daerah dikarantina sekitar 56.000 kilometer persegi (22.000 sq mi).[16]
Dampak
Ekonomi
Kepala biro Roma The New York Times Jason Horowitz menyebut penutupan yang diperluas membuat hal tersebut "mengorbankan perekonomian Italia dalam jangka pendek untuk menyelamatkannya dari kerusakan akibat virus korona dalam jangka panjang", dimana Milan dianggap sebagai pusat ekonomi dan budaya sementara Venesia adalah salah satu tujuan wisata yang paling penting.[20] Wilayah Lombardia dan Veneto menghasilkan sepertiga dari produk domestik bruto Italia.
Sebelum terjadinya perluasan daerah karantina, ekonomi Italia sudah diperkirakan memasuki resesi karena dampak wabah virus korona, dimana sektor pariwisata dan barang-barang mewah sangat terpukul oleh pengurangan serta pembatasan perjalanan.[21] Dampak karantina yang lebih luas diperkirakan akan membawa ekonomi Eropa secara keseluruhan ke dalam resesi, dan akan mengganggu rantai pasokan ke, misalnya, produsen mobil Jerman seperti Volkswagen.[22]Berenberg Bank merevisi perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi Italia pada tahun 2020 dari -0,3% sebelum lockdown menjadi -1,2%.[23]
FTSE MIB, tolok ukur indeks saham Italia, anjlok 11 persen pada tanggal 9 Maret ketika pasar dibuka kembali.[24] Sektor-sektor yang paling terpukul akibat lockdown ini adalah sektor perhotelan, makanan, ritel, seni, hiburan dan transportasi, yang semuanya menyumbang 23 persen dari produk domestik bruto negara tersebut. Pariwisata, sektor lain yang menyumbang 6 persen terhadap PDB Italia, juga diperkirakan akan mengalami krisis, dimana destinasi yang biasanya ramai menjadi kosong.[25]
Reaksi
Penduduk
Pada saat karantina awal, sebuah stasiun radio khusus (Radio Zona Rossa, atau "Radio Zona Merah") didirikan untuk penduduk daerah karantina Codogno yang isinya menyiarkan pembaruan tentang situasi karantina, wawancara dengan pihak berwenang, dan informasi pemerintah. Khotbah-khotbah Katolik juga disiarkan melalui radio.[26]
Setelah karantina meluas ke seluruh wilayah Italia, tagar #IoRestoACasa ("Saya tinggal di rumah") dibagikan oleh ribuan pengguna media sosial. Sesuai dengan peraturan tentang menjaga jarak satu meter antara satu sama lain di lokasi umum, bar dan restoran menempatkan lakban di lantai agar pelanggan mereka ikuti.[27] Warga yang berburu ke supermarket di kota-kota besar seperti Roma dan Palermo dilaporkan sebagai penduduk yang terlibat dalam pembelian panik setelah pengumuman karantina secara nasional.[28]
Vatikan
Setelah karantina secara nasional diumumkan, Vatikan menutup Museum Vatikan dan menghentikan Misa gereja secara massal. Kendati Basilika Santo Petrus tetap dibuka, katakombe ditutup dan pengunjung diminta untuk mengikuti peraturan Italia tentang pemisahan satu meter antara satu orang dengan orang lain. Misa Katolik di Roma dan Vatikan juga diskors sampai 3 April, dan Paus Fransiskus memilih untuk menyiarkan misa harian secara online.[29]
Internasional
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji keputusan Italia untuk menerapkan karantina secara nasional yang menyatakan bahwa orang-orang dan pemerintah Italia "melakukan pengorbanan yang mulia" dengan "langkah berani" untuk melindungi warga negaranya.[30]