Prof. Muhammad Alwi Dahlan, M.A., Ph.D. (15 Mei 1933 – 20 Maret 2024)[2][3] adalah salah seorang tokoh politik Indonesia. Sebelum diangkat sebagai Menteri Penerangan dalam kabinet terakhir yang dipimpin oleh Presiden Soeharto (Maret-21 Mei 1998), ia pernah menjabat sebagai Asisten Menteri Negara bidang Keserasian Kependudukan dan Lingkungan, dan Bidang Kependudukan, di Kementerian Lingkungan Hidup (1979-1993) serta Kepala BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) (1993-1998). Pada 5 Juli 1997, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Riwayat Hidup
Pendidikan
Alwi Dahlan adalah putra Dahlan Sjarif Datuk Djundjung, seorang bupati pada kantor Gubernur Sumatra Tengah dan Siti Noersiah. Dari pihak ibu, kakeknya bernama Datuk Manggoeng atau Soetan Machoedoem adalah pengarang Bidal Melajoe dan neneknya bernama Fatimah Zahra. Pernikahan mereka melahirkan enam anak, dua di antaranya yakni Abu Hanifah dan Usmar Ismail.[4]
Selama belajar di AS itu, Alwi harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan keuangannya. Misalnya, ia pernah bekerja sebagai penjaga malam di gedung Kedutaan Besar RI (KBRI) di Washington, DC.[8]
Pengarang
Alwi Dahlan yang masih merupakan kemenakan dari Usmar Ismail, tokoh perfilman Indonesia, memiliki kegemaran menulis dan mengarang. Pada usia 16 tahun ia sudah aktif mengarang, antara lain, cerita pendek di mingguan nasional Mimbar Indonesia dan majalah Kisah terbitan Jakarta. Ketika duduk di bangku SMP, Alwi menerbitkan koran sekolahnya. Alwi pun menjadi koresponden untuk majalah Siasat dan mengisi rubrik kebudayaan Gelanggang di majalah tersebut. Di bangku SMA ia menulis rangkaian reportase perjalanan kaki menjelajahi pedalaman Alas, Gayo, dan Aceh untuk Siasat. Ia pun aktif menulis dalam Zenith, sebuah majalah kebudayaan yang diterbitkan oleh Mimbar Indonesia.
Selama periode 1953-1958, Alwi sempat menulis sembilan skenario film, antara lain, Tiga Dara. Harimau Tjampa, film yang ditulisnya sebagai skenario berdasarkan cerita asli Usmar Ismail, memperoleh penghargaan Festival Film Indonesia 1955 sebagai skenario film terbaik. Ia juga memperoleh penghargaan dari Festival Film Asia Pasifik untuk balada pengiring yang memakai teknik randai Minang untuk film Usmar Tamu Agung. Film Jenderal Kancil yang dikerjakan oleh Usmar Ismail dan dibintangi oleh Achmad Albar, dibuat berdasarkan buku cerita anak-anak karangan Alwi Dahlan yang berjudul Pistol si Mancil, terbitan Balai Pustaka.