Dalam bagian yang bermula pada Kejadian 1:1 dan berakhir pada Kejadian 2:4a itu Sang Pencipta selalu disebut dengan nama "Allah" (bahasa Ibrani: אלהים, ’ĕ·lō·hîm).
Berfirmanlah Allah: ”Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. (TB)[11]
Berfirmanlah Allah, "Hendaklah air yang di bawah langit terkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Maka jadilah demikian. (TB2)
Ayat 10
Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB)[12]
Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB2)
Ayat 11
Berfirmanlah Allah: ”Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian. (TB)[13]
Berfirmanlah Allah, "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda: tumbuhan yang menghasilkan biji, dan berbagai jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah berbiji di bumi." Maka jadilah demikian. (TB2)
Ayat 12
Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB)[14]
Tanah pun mengeluarkan tunas-tunas muda: berbagai jenis tumbuhan yang menghasilkan biji dan berbagai jenis pohon yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB2)
Ayat 13
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. (TB)[15]
Lalu jadilah petang dan jadilah pagi; itulah hari ketiga. (TB2)
Ayat 14
Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam.
Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun." (TB)[16]
Berfirmanlah Allah, "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam.
Hendaklah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan musim-musim, hari-hari dan tahun-tahun." (TB2)
Ayat 15
[Berfirmanlah Allah: ]"dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi."
[Berfirmanlah Allah, ]"Hendaklah benda-benda itu menjadi penerang pada cakrawala untuk menerangi bumi."
Maka jadilah demikian. (TB2)
Ayat 16
Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. (TB)[18]
Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar: penerang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam. Ia juga menjadikan juga bintang-bintang. (TB2)
Ayat 17
Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, (TB)[19]
Allah menempatkan semuan itu pada cakrawala untuk menerangi bumi. (TB2)
Ayat 18
dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB/TB2)[20]
Ayat 19
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. (TB)[21]
Lalu jadilah petang dan jadilah pagi; itulah hari keempat. (TB2)
Ayat 20
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala." (TB)[22]
Berfirmanlah Allah, "Hendaklah berkeriapan dalam air makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala." (TB2)
"berkeriapan" diterjemahkan dari bahasa Ibrani: יִשְׁרְצ֣וּ, yish-rə-tsū yang mempunyai akar kata kerja "שָׁרַץ", "sha-ra-ts", yang mengandung makna: "keriap",[23] yaitu berkeliaran dalam jumlah banyak sampai memenuhi ruang yang ditempati (bahasa Inggris: swarm).[24]
"makhluk", di sini adalah "yang berkeriapan dalam air", diterjemahkan dari bahasa Ibrani: שֶׁ֖רֶץ, sherets, dibentuk dari akar kata kerja "שָׁרַץ", "sha-ra-ts", "keriap".[24]
(yang) "hidup" diterjemahkan dari dua kata bahasa Ibrani: נפש חיה, ne-p̄esh ("nafas", "bernafaskan") kha-yāh; ("hayat", "hidup", "kehidupan").[24]
"burung" diterjemahkan dari bahasa Ibrani: עוף, ‘ō-wp̄, dari akar kata kerja "עוּף", "uwp atau uwf", "melambai-lambai" atau "mengepak-epak" (bahasa Inggris: brandish).[24] Jadi sebenarnya mencakup semua makhluk yang dapat terbang dengan mengepak-epakkan sayapnya.
"beterbangan" diterjemahkan dari bahasa Ibrani: עוף, ‘ō-wp̄, dari akar kata kerja "עוּף", "uwp atau uwf", "melambai-lambai" atau "mengepak-epak" (bahasa Inggris: brandish).[24]
Ayat 20 catatan
Pada ayat ini diberi definisi dari dua jenis makhluk yaitu yang dapat "berkeriapan" di air, dan yang dapat "beterbangan" di cakrawala. Masing-masing jenis makhluk dinamai dari bentukan kata kerjanya. Dengan demikian, makhluk yang berkeriapan di air tidak terbatas pada "ikan" saja dan makhluk yang "beterbangan" di cakrawala tidak terbatas pada "burung" saja. Kata benda jamak untuk "makhluk yang berkeriapan" yaitu "sheretzim", dipakai pada bagian Alkitab lain untuk mencakup makhluk air kecil yang berkaki pendek atau tanpa kaki, jadi rupanya termasuk pula "semua jenis makhluk hidup yang menghuni baik daratan atau perairan yang oviparous (berbiak melalui telur) dan luar biasa tingkat berbiaknya (fecundity)" (menurut Bush). Dengan demikian dapat dipahami bahwa penciptaan pada hari kelima ini termasuk penciptaan serangga (Imamat 11:20–23 didefinisikan sebagai "sheretzim yang beterbangan"), hewan-hewan laut (sheretzim air, Imamat 11:9, 10), dan jenis hewan melata/reptil maupun saurian di laut dan di darat (sheretzim darat, Imamat 11:41, 42).[25]
Ayat 21
Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB)[26]
Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB2)
Ayat 22
Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: ”Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” (TB)[27]
Allah memberkati semua itu, firman-Nya, "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air di laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak." (TB2)
Ayat 23
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. (TB)[28]
Lalu jadilah petang dan jadilah pagi; itulah hari kelima. (TB2)
Ayat 24
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. (TB)[29]
Berfirmanlah Allah, "Hendaklah tanah mengeluarkan berbagai jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Maka jadilah demikian. (TB2)
"ternak" diterjemahkan dari bahasa Ibrani: בהמה, bə-hê-māh, yang dapat berarti "binatang" secara umum, atau "hewan ternak" (bahasa Inggris: livestock, cattle atau beasts).[30]
"binatang melata" diterjemahkan dari bahasa Ibrani: רמש, re-mesh, yang dapat berarti "binatang merayap" (bahasa Inggris: creeping thing).[30]
"binatang liar" diterjemahkan dari dua kata bahasa Ibrani: חיתו־ארץ, ḥay-ṯōw-’e-rets, yang berarti "makhluk-makhluk hidup di bumi" secara umum, (bahasa Inggris: beast of the earth).[30]
Ayat 25
Allah menjadikan segala jenis binatang liar, berbagai jenis ternak dan berbagai jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB)[31]
Allah menjadikan berbagai jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (TB2)
Ayat 26
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (TB)[32]
Berfirmanlah Allah, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi, serta segala binatang yang melata di bumi." (TB2)
Ayat 27
Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (TB)[33]
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (TB2)
Kata kerja yang dipakai tiga kali dalam ayat 27 ini adalah "bara" (atau "b'ra"; ברא) yang diterjemahkan sebagai "menciptakan" (atau dalam bentuk pasifnya "diciptakan") sama dengan kata kerja yang digunakan pada Kejadian 1:1. Kata tunggal "dia" mengacu pada "manusia" sebagai suatu jenis makhluk tertentu, yang diciptakan menurut[34]gambar[35]Allah. Secara jamak ("mereka") makhluk manusia itu diciptakan dalam dua jenis kelamin: laki-laki dan perempuan. Keseluruhannya dalam Kejadian 1:26–28 ditulis tentang penciptaan manusia; Kejadian 2:4–25 memberikan rincian yang lebih lengkap mengenai penciptaan dan lingkungan mereka. Kedua kisah ini saling melengkapi dan mengajarkan beberapa hal.
(1) Baik laki-laki maupun wanita diciptakan secara khusus oleh Allah, mereka bukan hasil proses evolusi (Kejadian 1:27; dikutip oleh Yesus Kristus seperti tercatat pada Matius 19:4; Markus 10:6).
(2) Laki-laki dan wanita keduanya diciptakan menurut "gambar" dan "rupa" Allah. Berdasarkan gambar ini, mereka dapat menanggapi dan bersekutu dengan Allah dan secara unik mencerminkan kasih, kemuliaan dan kekudusan-Nya. Mereka harus melakukannya dengan mengenal dan menaati-Nya (Kejadian 2:15–17).
(a) Manusia memiliki keserupaan moral dengan Allah, karena mereka tidak berdosa dan kudus, memiliki hikmat, hati yang mengasihi dan kehendak untuk melakukan yang benar (Efesus 4:24). Mereka hidup dalam persekutuan pribadi dengan Allah yang meliputi ketaatan moral (Kejadian 2:16–17) dan hubungan yang intim. Ketika Adam dan Hawa berdosa, keserupaan moral dengan Allah ini tercemar (Kejadian 6:5). Dalam proses penebusan, orang percaya harus diperbaharui kepada keserupaan moral itu lagi (Efesus 4:22–24; Kolose 3:10).
(b) Adam dan Hawa memiliki keserupaan alamiah dengan Allah. Mereka diciptakan sebagai makhluk yang berkepribadian dengan roh, pikiran, perasaan, kesadaran diri, dan kuasa untuk memilih (Kejadian 2:19–20; Kejadian 3:6–7; 9:6).
(c) Sampai batas tertentu susunan jasmaniah laki-laki dan wanita itu menurut gambar Allah. Hal ini tidak berlaku untuk hewan. Allah memberikan kepada manusia gambar yang dengannya Dia akan tampil kepada mereka (Kejadian 18:1–2) dan bentuk yang akan dipakai Anak-Nya kelak (Lukas 1:35; Filipi 2:7; Ibrani 10:5).
(3) Penciptaan manusia dalam rupa Allah tidak berarti bahwa mereka adalah ilahi. Manusia diciptakan pada tingkat yang lebih rendah dan tergantung kepada Allah (Mazmur 8:6).
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (TB)[37]
Allah memberkati mereka dan berfirman kepada mereka, "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah. Penuhilah dan taklukkanlah bumi. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang melata di bumi! (TB2)
Ayat 29
Berfirmanlah Allah: ”Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. (TB)[38]
Berfirmanlah Allah, "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuhan yang menghasilkan biji di seluruh muka bumi dan segala pohon yang buahnya berbiji. Semua itu menjadi makananmu. (TB2)
Ayat 30
Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian. (TB)[39]
Namun, kepada segala binatang liar, segala burung di udara dan segala binatang yang melata di bumi, segala binatang yang bernyawa itu, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Maka jadilah demikian. (TB2)
Ayat 31
Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (TB)[40]
Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi; itulah hari keenam. (TB2)
Setiap bagian dari ciptaan Allah secara sempurna memenuhi kehendak dan maksud-Nya. Allah menciptakan dunia ini untuk mencerminkan kemuliaan-Nya dan untuk menjadi tempat di mana umat manusia dapat mengambil bagian dalam sukacita dan hidup-Nya. Perhatikan bagaimana Allah mencipta menurut suatu rencana dan tatanan tertentu.[36]
Jadilah petang dan jadilah pagi
ויהי־בקר יום הששי׃ פ
wa ye·hi-e·reb wa ye·hi-bo·kery·om ha·syi·syi: (p̄).
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.[40]
Sebutan ini diulang enam kali dalam pasal ini dan selalu diikuti dengan perhitungan hari:
Kata Ibrani untuk hari adalah יום (yom). Biasanya kata ini artinya suatu hari sepanjang 24 jam (bandingkan Kejadian 7:17; Matius 17:1), atau bagian siang dari suatu hari ("hari" sebagai lawan dari "malam"). Tetapi kata ini bisa juga dipakai untuk jangka waktu yang tidak tentu (misal: "musim panen," Amsal 25:13). Banyak orang percaya bahwa hari-hari penciptaan merupakan hari dalam arti 24 jam karena digambarkan sebagai terdiri atas "petang" dan "pagi" (Kejadian 1:5; bandingkan Keluaran 20:11). Yang lain percaya bahwa "petang" dan "pagi" hanya berarti bahwa suatu petang mengakhiri tahap penciptaan tersebut dan keesokan paginya merupakan awal yang baru lagi.[36]
^W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
^J. Blommendaal. Pengantar kepada perjanjian lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
^Kata "menurut" dalam bahasa Ibrani ditulis sebagai awalan ב, be.
^Dua kali digunakan kata "gambar" bahasa Ibrani: צלמ, tselem; sebelumnya juga "tsalmo" dengan akhiran "-o" (= akhiran bahasa Indonesia "-nya") yang berarti "gambar-Nya"
^ abcThe Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.