Ham (bahasa Ibrani: חָם / H̱am, Ḥām ; bahasa Yunani: Χαμ, Kham ; حام, Ḥām, "panas" atau "terbakar"), menurut Alkitab Ibrani dan PerjanjianLama di AlkitabKristen, khususnya dalam Kitab Kejadian, adalah putra kedua dari 3 putra Nuh yang selamat dari bencana air bah yang membinasakan seluruh bumi(Kejadian 9 : 24). Bersama-sama saudara-saudara laki-lakinya: Sem yang sulung dan Yafet sibungsu, ia menurunkan bangsa-bangsa di dunia.[1][2]
Etimologi
Berdasarkan Alkitab Ibrani, Ham merupakan salah satu anak Nuh dan merupakan bapa Kush, Misraim, Put, dan Kanaan, yang diinterpretasikan menduduki Afrika dan beberapa daerah Asia yang berdampingan. Alkitab merujuk Mesir sebagai "tanah Ham" dalam Mazmur 78:51; 105:23,27; 106:22; dan 1 Tawarikh 4:40. Sejak abad ke-17, sejumlah usulan telah dibuat yang menghubungkan nama Ham dengan kata Ibrani untuk terbakar, hitam atau panas, juga dengan kata Mesir untuk budak atau kata Mesir Kmt untuk Mesir.[3] Sebuah tinjauan oleh David Goldenberg The Curse of Ham: Race and Slavery in Early Judaism, Christianity and Islam (Kutukan Ham: Ras dan Perbudakan pada Awal Yudaisme, Kekristenan, dan Islam) menyatakan bahwa Goldenberg "membantah dengan persuasif bahwa nama alkitabiah Ham tidak berhubungan dengan gagasan kehitaman kulit dan sampai sekarang ia merupakan etimologi yang tidak diketahui."[4]
Menurut tradisi Yahudi
Alkitab menyebutkan Nuh memperanakkan Sem, Ham, dan Yafet ketika ia berumur 500 tahun.[5]
Cerita tentang Ham juga terdapat dalam Kejadian 9:20–27.
Kejadian 9:20 Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur.
21 Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya.
22 Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar.
23 Sesudah itu Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur; mereka menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya.
24 Setelah Nuh sadar dari mabuknya dan mendengar apa yang dilakukan anak bungsunya kepadanya,
25 berkatalah ia: "Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya."
26 Lagi katanya: "Terpujilah TUHAN, Allah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya.
27 Allah meluaskan kiranya tempat kediaman Yafet, dan hendaklah ia tinggal dalam kemah-kemah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya."
Ham diberkati dalam Kejadian 9:1 - Nuh tidak mengutuknya secara langsung, tetapi ia mengutuk anaknya Kanaan.
Talmud menarik kesimpulan kemungkinan terdapat dua penjelasan atas apa yang dilakukan Ham terhadap Nuh sehingga mendapat kutukan.[6] Penjelasan yang satu dikaitkan kepada Abba Arika dan yang satunya lagi dikaitkan kepada Rabbi Samuel. Menurut Abba Arika, berdasarkan penjelasan Ham mengebiri Nuh; karena Nuh mengutuk Ham dengan digantikan anaknya Kanaan, Ham pasti telah melukai Nuh berkaitan dengan anak keempat. Ham mengebirinya sehingga membuat Nuh kehilangan kemungkinan untuk memiliki anak keempat. Sedangkan menurut Rabbi Samuel, Ham mensodomi Nuh, sebuah penilaian yang ia dasarkan atas analogi dengan kejadian alkitabiah lainnya yang mana ungkapan "dan ia melihat" digunakan: Berkenaan dengan Ham dan Nuh, Kejadian 9 tercatat, "[22] Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar. [23] Sesudah itu Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur; mereka menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya."[7] Dalam Kejadian 34:2 tercatat, "Ketika itu terlihatlah ia oleh Sikhem, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri itu, lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya." Menurut pendapat ini, perbuatan salah yang serupa pasti telah terjadi setiap kali Alkitab menggunakan ungkapan yang sama. Talmud menyimpulkan bahwa, faktanya, "kedua penghinaan telah dilakukan."
Walaupun cerita ini dapat diterima secara harafiah, pada akhir-akhir ini, beberapa sarjana telah mengusulkan bahwa Ham mungkin telah berhubungan seksual dengan istri ayahnya.[8] Berdasarkan interpretasi ini, Kanaan dikutuk sebagai "hasil dari penyatuan terlarang Ham."[9]
Kitab Yobel
Ringkasan kronologis dari Kitab Yobel mencatat Ham dilahirkan pada tahun 1209 A.M. (Anno Mundi/Setelah Penciptaan) -- dua tahun setelah Sem, tiga tahun sebelum Yafet, dan 99 tahun sebelum air bah. Kitab ini juga memberikan nama pada istrinya yang selamat pada peristiwa air bah sebagai Na'eltama'uk. Setelah anak bungsunya Kanaan dikutuk pada tahun 1321 A.M., ia meninggalkan Gunung Ararat dan membangun sebuah kota yang dinamai dengan nama istrinya di sebelah selatan gunung tersebut. Pada tahun 1569 A.M., ia menerima pembagian ketiga dari bumi bersama dengan kedua saudaranya sebagai warisannya: semua bagian barat Sungai Nil, sampai ke selatan Gadir. Pada tahun 1639 A.M. ketika semua bangsa berserak setelah kegagalan pembangunan Menara Babel, Ham dan anak-anaknya mengadakan perjalanan menuju tanah bagiannya, kecuali Kanaan, yang tinggal di tanah bagian Sem, karena itu menerima kutukan lainnya.
Berdasarkan Yobel 10:29-34, kutukan kedua ini dikaitkan dengan penolakannya untuk ikut dengan saudara-saudaranya menuju ke tanah warisannya di luar Sungai Nil, dan malah "berjongkok" di atas tanah warisan Sem, yaitu pantai timur Mediterania, daerah yang kemudian dijanjikan kepada Abraham:
Kanaan melihat tanah Libanon dekat sungai Mesir adalah sangat baik, sehingga ia tidak pergi ke tanah warisannya di barat (yang) ke arah laut, ia malah tinggal di tanah Libanon, ke arah timur dan ke arah barat dari perbatasan Yordania dan dari perbatasan laut. Lalu Ham, ayahnya, dan Kush dan Misraim saudara-saudaranya berkata kepadanya: 'Engkau telah tinggal di tanah yang bukan milikmu, yang tidak jatuh kepada kita atas dasar takdir: janganlah melakukan hal ini; karena jika engkau melakukannya, engkau dan anak-anakmu akan jatuh di tanah tersebut dan terkutuk melalui pendurhakaan; karena dengan pendurhakaan engkau tinggal, dan dengan pendurhakaan juga anak-anakmu akan jatuh, dan engkau akan dibasmi selamanya. Janganlah tinggal di tempat kediaman Sem, karena untuk Sem dan anak-anaknyalah tanah itu takdir mereka. Terkutuklah engkau, dan terkutuklah engkau melebihi semua anak-anak Nuh, dengan kutukan yang kita ikat sendiri dengan sumpah di hadapan hakim kudus, dan di hadapan bapa kita Nuh.' Tetapi ia tidak mendengarkan mereka, dan ia tinggal di tanah Libanon dari Hamat sampai daerah masuk Mesir, ia dan anak-anaknya sampai pada hari ini. Dan karena alasan inilah tanah itu disebut Kanaan.
Ibnu Thabari di dalam kitabnya Tarikh Rasul wal Muluk (Tarikh Rasul dan Raja-raja) menceritakan bahwa Ham adalah anak ketiga Nabi Nuh. Setelah banjir bandang terbesar di bumi pada zaman Nabi Nuh, maka Nabi Nuh bersama keturunannya membangun sebuah kota di lembah pegunungan Ararat atau Judi di Armenia. Nama kota yang dibangun oleh Nabi Nuh dan keturunannya adalah kota Suq Thamanin atau kota delapan puluh yang sekarang berada pada Jazirat Ibnu Umar. Setelah semakin berkembang maka Nabi Nuh kemudian membangun kembali sebuah kota yang kelak dikenal dengan kota Naxuana atau kota diaspora. Hal ini dikarenakan disinilah manusia kemudian berpencar ke muka bumi. Ham ibnu Nuh kemudian mewarisi daerah Afrika, sebagian Arabia, India dan Lautan Pasifik. dari perkawinannya Ham menurunkan 4 orang anak, yaitu:
Negeri Mesir dahulu kalanya dikenal dengan nama Siriadik sebagaimana yang diungkap oleh Flavius Yosefus seorang ahli sejarah bangsa Yahudi bahwa di Siriadik terdapat pilar yang dibangun oleh keturunan Syith bin Adam sebagai peringatan bahwa bumi akan dihancurkan oleh 2 sebab yaitu oleh Air dan Api. Nama Negeri Mesir mengalami perubahan dari masa ke masa. Sebelum Nabi AdamPyramid sudah dibangun oleh bangsa Jin ibnu Jan. Kemudian setelah Nabi Adam diturunkan di bumi, maka negeri mesir dihuni oleh manusia. adapun raja-rajanya adalah sebagai berikut:
Naqrawus I atau dikenal dengan Krous keturunan ke 5 dari Nabi Adam
Saurid bin Sahaluk ini berkuasa di Mesir selama 107 tahun. Ia membangun 3 Pyramid di Gizah dan dikuburkan disana. Pyramid ini dibangun sebagai pengingat akan banjir. Pyramid ini dibangun 300 tahun sebelum banjir Nabi Nuh. Namanya kemudian dijadikan Nama Siriadik
Hardjid (Horus II) Hordjdef atau Harend Yotef
Menkaus
Ekros bin Menkaus
Ermelinus
Darmasil (dialah raja tyran yang memerangi Nabi Nuh)
Kemudian setelah banjir, Nabi Nuh mengawinkan Misraim bin Ham dengan anak pendeta Heliopolis yang bernama Filemon. Filemon adalah pendeta yang membantu Nabi Nuh dalam melawan tiran raja Darmasel, dan salah satu orang yang diselamatkan di dalam bahtera Nabi Nuh bersama 80 muslim lainnya.
Kemudian Misraim Ibnu Ham bersama 30 orang pengikutnya termasuk Filemon dan istrinya membangun kembali kerajaan Mesir. Dengan bantuan Filemon maka Misraim hanya memerlukan waktu yang tidak lama untuk membangun Mesir. Kota yang dibangunnya pertama adalah kota tiga puluh atau Manf yang kemudian menjadi Memphis. Kemudian turun temurun negeri Mesir ini di perintah oleh raja-raja keturunan Misraim hingga suatu saat kemudian ditaklukkan oleh bangsa Imliq bin Lud bin Syam.
Misraim bin Ham membagi Mesir untuk ketiga anaknya yaitu Koptim mendapatkan Middle Egypt, Ashmun mendapatkan Upper Egypt dan Athrib mendapatkan Delta
Raja-raja selepas Misraim adalah sebagai berikut:
Koptarim bin Koptim
Budesir bin Koptarim
Gad atau Gadim anaknya
Sedeth anaknya
Mankaus anaknya
Kasaus anaknya
Marbis anaknya
Asmar anaknya
Kitin anaknya
Elsabas anaknya
Sa anaknya membangun Sais
Malil anaknya
Hadares anaknya
Kheribas anaknya
Kalkan anaknya
Totis atau Tulis anaknya berkuasa 70 tahun, kemudian diracun anaknya
interregnum
Kharoba atau Juriak anak Totis
Pada zaman Totis ini terjadi invasi oleh keturunan 'Imliq bin Lud bin Syam