Harun (bahasa Ibrani: אַהֲרֹן Ahărōn, bahasa Arab: هارونHārūn, Yunani (Septuaginta): Ααρών; bahasa Inggris: Aaron), sering disebut "Imam Harun" (אֵהֲרֹן הֵכֹּהֵן) dan sekali disebut "Harun, orang Lewi" (אַהֲרֹן הַלֵּוִי)[1] menurut Alkitab adalah seorang tokoh yang merupakan kakak laki-laki dari Musa (Keluaran 6:16–20) dan juga seorang Imam Besar Israel. Ia diperkirakan hidup dari tahun 1530-1407 SM menurut para pakar Alkitab. Ia dipilih Allah sebagai Imam Besar pertama untuk bangsa Israel. Orangtuanya adalah Amram dan Yokhebed, dari suku Lewi. Saudara perempuannya bernama Miryam. Sementara Musa mendapatkan pendidikan di istana Firaun Mesir dan kemudian lari ke tanah Midian, Harun dan keluarganya tinggal bersama-sama orang-orang Israel di tanah Gosyen. Di sana, Harun dikenal fasih berbicara, sehingga ketika Tuhan mengirimkan Musa untuk menghadap Firaun, Harun menjadi jurubicaranya ("nabi"-nya). Riwayat hidupnya dicatat di Alkitab Ibrani dan Perjanjian LamaAlkitabKristen dan Al Qur'an orang Islam. Harun lahir di tanah Mesir dan mati pada usia 123 tahun di gunung Hor dalam tahun ke-40 perjalanan bangsa Israel menuju tanah Kanaan.[2] Harun berusia 3 tahun lebih tua dari Musa.[3]
Silsilah
Menurut catatan Alkitab, silsilah keluarga Harun dari Lewi adalah sebagai berikut:
Keempat putra Harun menjadi imam-imam untuk Kemah Suci.
Nadab dan Abihu dihukum mati oleh Tuhan, sehingga kemudian jabatan imam-imam hanya diwariskan dari keturunan Eleazar dan Itamar.
Membantu Musa
Harun bertugas menjadi "nabi" atau jurubicara Musa baik bagi orang sebangsanya,[5] maupun terhadap Firaun.[6] Ia menjadi pembantu Musa dalam menunjukkan tanda-tanda mukjizat kebesaran Tuhan.[7] Harun berusia 83 tahun, ketika ia pertama kali menghadap Firaun bersama-sama Musa.[3]
Atas perintah Tuhan melalui Musa, Harun melemparkan tongkatnya di depan Firaun dan tongkat itu berubah menjadi ular yang menelan ular-ular buatan ahli-ahli sihir Mesir.[8]
Tuhan memerintahkan Musa untuk menyuruh Harun mengulurkan tangan dan tongkatnya ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai, selokan, kolam dan ke atas segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya semuanya menjadi darah, dan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam wadah kayu dan wadah batu.[9]
TUHAN kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tanganmu dengan tongkatmu ke atas sungai, ke atas selokan dan ke atas kolam, dan buatlah katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir." Lalu Harun mengulurkan tangannya ke atas segala air di Mesir, maka bermunculanlah katak-katak, lalu menutupi tanah Mesir.[10]
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tongkatmu dan pukulkanlah itu ke debu tanah, maka debu itu akan menjadi nyamuk di seluruh tanah Mesir." Lalu mereka berbuat demikian; Harun mengulurkan tangannya dengan tongkatnya dan memukulkannya ke debu tanah, maka nyamuk-nyamuk itu hinggap pada manusia dan pada binatang. Segala debu tanah menjadi nyamuk di seluruh tanah Mesir.[11]
Dalam perjalanan di padang gurun, bangsa Israel berperang melawan bangsa Amalek. Harun dan Hur memegangi lengan Musa yang mengangkat "tongkat Tuhan" supaya Israel menang (Keluaran 17:9).
Meskipun Harun dianggap pembantu Musa, namun dalam Taurat tercatat 15 kali bahwa “Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun.” Jadi sebenarnya dianggap lebih kurang setara.[12]
Pada waktu Musa sedang berada di atas gunung Sinai untuk menerima hukum-hukum Taurat, Harun dan Hur berada di kaki gunung bersama bangsa Israel. Karena Musa lama tidak kembali, bangsa itu mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." Maka dari bahan emas yang diterimanya dari orang-orang itu, Harun membentuk dengan pahat, anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"
Harun membuat mezbah untuk anak lembu emas itu dan bangsa Israel mulai menyembah patung itu. Tuhan menyuruh Musa segera turun gunung untuk menegur bangsa itu. Musa menegur Harun atas perbuatannya, tetapi jawab Harun: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata. Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini." Harun tidak dihukum, meskipun bangsa Israel mengalami hukuman, karena mereka telah menyuruh membuat anak lembu buatan Harun itu (Keluaran 32:1–35).
Menjadi Imam
Pada waktu suku Lewi dikhususkan menjadi pelayan Kemah Suci, Harun diurapi menjadi Imam Besar dengan jubah efod dan tugas khusus (Keluaran 28–29). Namun kemudian, anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, dihukum mati oleh Allah karena mempersembahkan bau-bauan asing (Imamat 10). Harun diberi sejumlah peraturan untuk pekerjaan imam (Keluaran 29), dan mengulangi ritual selama 7 hari, dimana Harun dan putra-putranya dipisahkan dari orang-orang lain. Pada hari ke-8, Imam Besar mempersembahkan korban dan memberkati bangsa Israel (kemungkinan besar dengan kata-kata seperti Bilangan 6:24–26),[13] dan memasuki Kemah Suci bersama Musa. Setelah keluar, mereka memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa itu. Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah (Imamat 9:23–24).
Keberatan akan pernikahan Musa
Pada waktu bangsa Israel dalam perjalanan ke tanah Kanaan berhenti di Hazerot (sebelum menuju padang gurun Paran), Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush sebagai isteri.[14] Ini merupakan dosa berbicara jelek Lashon hara (gosip atau mengatakan hal negatif tentang seseorang). Dengan alasan itu Miryam dan Harun berkata: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. Musa tidak berani membantah (dituliskan bahwa Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.[15]).
Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga. Turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. Berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?" Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia.[16]
Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta (bahasa Ibrani: tzaraat), putih seperti salju. Ketika Harun berpaling kepada Miryam, dan dilihatnya bahwa Miryam kena kusta, lalu kata Harun kepada Musa: "Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya." Lalu berserulah Musa kepada TUHAN: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia."[17] Tuhan menghukum Miryam selama 7 hari dikucilkan ke luar tempat perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali.[18]
Tzaraat adalah penyakit kulit yang biasanya diterjemahkan sebagai kusta, tetapi juga dapat berupa vitiligo atau kanker kulit. Menurut aturan Taurat, orang kena tzaraat adalah najis (tamei) (Imamat 13–14). Para Rabi penulis Talmud menulis bahwa karena Harun tidak menerima hukuman yang sama seperti saudara perempuannya, ia masih boleh melayani sebagai Imam Besar.
Pemberontakan Korah
Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi (sepupu Musa dan Harun) beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, beserta 250 orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan. Maka mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada keduanya: "Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?" Sebenarnya Korah iri dengan jabatan Harun, meskipun sebagai orang Lewi, Korah boleh mendekatkan diri di hadapan Tuhan. Musa meminta Tuhan menjadi hakim. Tuhan menyuruh Musa, Harun dan keluarganya berdiri di satu sisi, sedangkan Korah beserta keluarga maupun teman-teman persekongkolannya berdiri di sisi lain. Umat Israel diminta menjauhkan diri dari orang-orang itu. Maka terbelahlah tanah yang di bawah tempat kelompok Korah dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka, demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu. Lagi keluarlah api, berasal daripada TUHAN, lalu memakan habis 250 orang orang-orang yang mendukung Korah. Keesokan harinya, bangsa itu bersungut-sungut kepada Musa dan Harun, maka turunlah tulah Tuhan. Segera Harun mengambil perbaraan, seperti yang dikatakan Musa, dan berlarilah ia ke tengah-tengah jemaah itu, dan tampaklah tulah telah mulai di antara bangsa itu; lalu dibubuhnyalah ukupan dan diadakannyalah pendamaian bagi bangsa itu. Ketika ia berdiri di antara orang-orang mati dan orang-orang hidup, berhentilah tulah itu setelah memakan korban 14.700 orang mati.[19]
Tongkat Harun Berbunga
Untuk menyelesaikan sengketa mengenai pengangkatan suku Lewi dan Harun untuk melayani Tuhan, maka Tuhan menyuruh setiap pemimpin suku-suku Israel meletakkan tongkatnya di dalam Kemah Pertemuan di hadapan tabut hukum,. Untuk suku Lewi, dituliskan nama Harun. Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam. Kemudian Musa membawa semua tongkat itu keluar dari hadapan TUHAN kepada seluruh orang Israel; mereka melihatnya lalu mengambil tongkatnya masing-masing. Itulah tandanya bahwa TUHAN memilih Harun dan suku Lewi untuk melayaninya turun temurun. TUHAN berfirman kepada Musa: "Kembalikanlah tongkat Harun ke hadapan tabut hukum untuk disimpan menjadi tanda bagi orang-orang durhaka, sehingga engkau mengakhiri sungut-sungut mereka dan tidak Kudengar lagi, supaya mereka jangan mati." [20]
Kematian
Harun, seperti Musa, tidak diizinkan masuk tanah Kanaan, karena kesalahan mereka di mata air Meriba, kota Kadesh.[21][22] Setelah mereka berangkat dari Kadesh, sampailah segenap umat Israel ke gunung Hor, di perbatasan tanah Edom. Ketika itu imam Harun naik ke gunung Hor bersama Eleazar, putranya, dan Musa sesuai dengan titah TUHAN. Musa menanggalkan pakaian imam yang dipakai Harun dan mengenakannya kepada Eleazar. Lalu matilah Harun di puncak gunung itu, kemudian Musa dengan Eleazar turun dari gunung itu. Ketika segenap umat itu melihat, bahwa Harun telah mati, maka seluruh orang Israel menangisi Harun tiga puluh hari lamanya.[23] Harun mati pada tahun ke-40 sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada bulan yang kelima, pada tanggal 1 bulan ke-5 (bulan Ab).[24][25] Dicatat kemudian bahwa daerah tempat Harun mati dan dikuburkan disebut "Mosera".[26]
Kuburan
Menurut tradisi Islam, kubur Harun terletak di Jabal Harun (gunung Harun), dekat Petra di Yordania.[27][28] Puncak gunung ini terletak 1350 meter di atas permukaan laut; merupakan puncak tertinggi di daerah itu dan tempat suci bagi penduduk lokal. Sebuah masjid dibangun pada abad ke-14 dengan gaya Yordania, kubahnya tampak dari sebagian besar wilayah Petra.
Keturunan
Keluarga Harun dikhususkan Tuhan untuk menjadi Imam Besar Yahudi.
Harun dan 4 putranya, Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar, diurapi menjadi imam sewaktu bangsa Israel dalam perjalanan ke tanah Kanaan.
Nadab dan Abihu mati tanpa anak, karena dihukum Tuhan.[29]
Yozadak bin Seraya turut diangkut ketika TUHAN membiarkan orang Yehuda dan Yerusalem diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar.[34]
Di antara yang pertama kali kembali dari pembuangan, adalah imam keturunan Eleazar, yaitu Ezra bin Seraya bin Azarya bin Hilkia bin Salum bin Zadok bin Ahitub bin Amarya bin Azarya bin Merayot bin Zerahya bin Uzi bin Buki bin Abisua bin Pinehas bin Eleazar bin Harun, yaitu Harun imam kepala.[35] Ezra ini, yang menyusun Kitab Ezra, berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia.[36] Rupanya ia adalah saudara Imam Besar Yozadak bin Seraya yang turut diangkut ke Babel.
Kemudian Imam Besar yang kembali dari pembuangan, juga keturunan Eleazar:
Yesua bin Yozadak, ~515-490 SM, setelah perbaikan Bait Suci.
Yoyada bin Elyasib, ~ 433-410 SM (Seorang putranya menikah dengan putri Sanbalat orang Horoni, sehingga diusir ke luar dari Bait Suci oleh Nehemia)[38]
Yonatan bin Yoyada, ~ 410-371 SM
Yadua bin Yonatan, ~ 371-320 SM,[39] dalam zaman pemerintahan Iskandar Agung (Alexander the Great). Beberapa mengidentifikasikannya sebagai Simeon yang Adil (Simeon the Just).
Pada zaman Samuel: Eli. Eli mempunyai 2 putra: Hofni dan Pinehas. Pinehas mempunyai putra bernama Ikabod.[40]
Ada pula Ahia, anak Ahitub, saudara Ikabod, anak Pinehas, anak Eli, imam TUHAN di Silo.[41] Ahia ini diduga sama dengan Ahimelekh bin Ahitub, ayah imam Abyatar.
Keturunan Itamar pada zaman Daud adalah Ahimelekh bin Abyatar bin Ahimelekh bin Ahitub bin Eli.[42][43]
Mazmur 133 berisi kenangan ketika Harun diurapi menjadi Imam Besar, minyak urapannya meleleh dari rambutnya, ke janggut dan jubahnya. (lihat Kitab Imamat)
Dalam Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Maronit Harun dihormati sebagai santo, dengan hari raya setiap 4 September, bersama Musa (penanggalan Yulian, sama dengan 17 September penanggalan Gregorian)
Bersama orang-orang suci dari Perjanjian Lama, ia juga dikenang dalam Minggu Bapa Kudus (seminggu sebelum Natal).
Dihormati sebagai salah satu Kakek moyang kudus dalam Kalender orang suci di Gereja Apostolik Armenia setiap 30 Juli. Dirayakan pada tanggal 1 Juli di penanggalan Latin modern maupun kalender Suriah.
Gereja Mormon
Dalam Gereja Mormon, keimaman Harun merupakan tingkat keimaman yang lebih rendah. Kepala keimaman Harun adalah ketua bishopric; Kepala imam adalah bishop.[44]
Harun (Bahasa Arab هارو, Inggris:Aaron) (sekitar 1531-1408 SM) adalah salah seorang nabi yang telah diminta oleh Nabi Musa pada Allah dalam membantu memperkembangkan agama Allah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Ia ditugaskan berdakwah kepada para FiraunMesir dan Bani Israil di Sina, Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 19 kali di dalam Al-Quran dan wafat di Tanah Tih.
Studi genetika dari sejumlah pria yang mengaku keturunan imam Yahudi (Kohanim) menunjukkan bahwa mereka memang berasal dari satu kakek moyang, Harun.[45] Dibandingkan dengan populasi Yahudi umum, keturunan imam ini menunjukkan ciri khusus pada kromosom Y yang hanya diturunkan dari ayah, yaitu pada Haplogroup J1 (Y DNA), yang oleh para peneliti dinamakan "Cohen modal haplotype" (CMH). Informasi ini dipakai untuk mendukung klaim bahwa orang-orang suku Lemba di Afrika memang keturunan imam-imam Yahudi. CMH diperkirakan oleh pakar genetika berasal dari daerah selatan Israel atau Afrika Utara (Mesir) sekitar 10.000–15.000 tahun lalu.[45][46][47][48]
Aberbach, Moses and Leivy Smolar. "Aaron, Jeroboam and the Golden Calves." Journal of Biblical Literature 86 (1967): 129-140.
Ginzberg, Louis. The Legends of the Jews. Translated by Henrietta Szold and Paul Radin. 7 vols. Philadelphia: Jewish Publication Society of America, 1909-1938.
Kaufmann, Yehezkel. The Religion of Israel. Translated by Moshe Greenberg. New York: Schocken Books, 1960.
Kennett, R.H. "The Origin of the Aaronite Priesthood." The Journal of Theological Studies 6 (January, 1905): 161-186.
"Aaron"Diarsipkan 2011-06-28 di Wayback Machine., J. Frederic McCurdy and Kaufmann Kohler. Jewish Encyclopedia. Funk and Wagnalls, 1901–1906; which cites
Book of Numbers Rabbah 9
Leviticus Rabbah 10
Midrash Peṭirat Aharon in Jellinek’s Bet ha-Midrash, 1:91–95
Yalḳuṭ (Book of) Numbers 764
Sabine Baring-Gould, Legends of Old Testament Characters
Chronicles of Jerahmeel, ed. Moses Gaster, pp. cx1:130–133
Frederick George Holweck, A Biographical Dictionary of the Saint. St. Louis, MO: B. Herder Book Co. 1924.
Meek, Theophile James. "Aaronites and Zadokites." The American Journal of Semitic Languages and Literatures 45 (April, 1920): 149-166.
^Behar, DM; Thomas MG, Skorecki K, Hammer MF, Bulygina E, Rosengarten D, Jones AL, Held K, Moses V, Goldstein D, Bradman N, Weale ME (2003). "Multiple Origins of Ashkenazi Levites: Y Chromosome Evidence for Both Near Eastern and European Ancestries". Am. J. Hum. Genet. 73: 768–779.