Pinehas
Pinehas (bahasa Ibrani: פִּינְחָס, Modern Pinəḥas Tiberias Pinchas; bahasa Inggris: Phinehas) adalah seorang imam dari suku Lewi, Imam Besar Yahudi ketiga, menggantikan ayahnya, Eleazar bin Harun menurut catatan Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Ia adalah cucu keponakan Musa. Ibunya adalah salah seorang anak perempuan Putiel.[1] Selama perjalanan bangsa Israel di padang gurun, Pinehas bin Eleazar mengepalai penjaga-penjaga ambang pintu masuk Kemah Suci.[2] Pinehas dikenal sejak masa mudanya karena keberaniannya dalam menegakkan hukum Allah pada peristiwa Baal-Peor di Abila (Perea) Sitim dengan giat (kanahi) menghapuskan kebejatan moral bangsa Israel akibat godaan bangsa Moab dan Midian untuk menyembah Baal-Peor.[3]
Nama
Sejumlah pakar berpendapat nama Pinehas berasal dari bahasa Mesir Pa-nehasi dari kata "Nehesi" (akar kata nhjs) yang artinya "selatan" menunjuk kepada orang-orang dari daerah Nubia di sebelah selatan Mesir. Kemudian nama Mesir ini juga dipakai untuk memanggil orang Nubia dan orang berkulit hitam. dan[4][5] Orang-orang Yahudi menafsirkan nama ini dari gabungan kata Ibrani "peh" artinya "mulut" dan "nhsh", akar kata yang menghasilkan kata "nahash", artinya "ular" atau "tanda". Akar kata ini juga menghasilkan "nehoshet" (tembaga), "nahush" (perunggu) dan "nehusha" (tembaga atau perunggu).[6] The Theological Wordbook of the Old Testament menulis arti namanya sebagai "yang berkulit perunggu".[7]
- Peristiwa ini terjadi setelah kisah Bileam bin Beor yang dipanggil oleh Balak bin Zipor, raja Moab, untuk mengutuki bangsa Israel. Namun, setelah diperingatkan Allah melalui peristiwa keledainya yang dapat berbicara dan penampakan malaikat yang siap membunuhnya, Bileam hanya bersedia mengatakan apa yang diberikan Allah kepadanya. Tiga kali Bileam dibawa ke tempat untuk dapat melihat perkemahan Israel, tetapi tiga kali itu pula Bileam memberkati bangsa Israel, kemudian ia dan Balak pulang ke rumah mereka masing-masing.[8]
- Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzina dengan perempuan-perempuan Moab. Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu. Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel; sehingga turunlah tulah besar menimpa orang Israel. Orang yang mati karena tulah itu ada 24.000 orang banyaknya. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka di hadapan TUHAN di tempat terang, supaya murka TUHAN yang bernyala-nyala itu surut daripada Israel." Lalu berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel: "Baiklah masing-masing kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor." Pada waktu Musa dan segenap umat Israel yang sedang bertangis-tangisan di depan pintu Kemah Pertemuan, datanglah salah seorang Israel membawa seorang perempuan Midian kepada sanak saudaranya. Ketika hal itu dilihat oleh Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, bangunlah ia dari tengah-tengah umat itu dan mengambil sebuah tombak di tangannya, mengejar orang Israel itu sampai ke ruang tengah, dan menikam mereka berdua, yakni orang Israel dan perempuan itu, pada perutnya. Maka berhentilah tulah itu menimpa Israel.[3] Nama orang Israel yang mati terbunuh bersama-sama dengan perempuan Midian itu ialah Zimri bin Salu, pemimpin salah satu puak orang Simeon, dan nama perempuan Midian yang mati terbunuh itu ialah Kozbi binti Zur; Zur itu adalah seorang kepala kaum—yaitu puak—di Midian.[9]
- TUHAN berfirman kepada Musa: "Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, telah menyurutkan murka-Ku daripada orang Israel, oleh karena ia begitu giat (bahasa Ibrani: kanahi, bahasa Inggris:holy zeal) membela kehormatan-Ku di tengah-tengah mereka, sehingga tidaklah Kuhabisi orang Israel dalam cemburu-Ku. Sebab itu katakanlah: Sesungguhnya Aku berikan kepadanya perjanjian keselamatan yang daripada-Ku untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya dan telah mengadakan pendamaian bagi orang Israel."[10]
- Peristiwa ini dikenang dalam Kitab Mazmur:[11]
"Mereka berpaut pada Baal Peor, dan memakan korban-korban sembelihan bagi orang mati. Mereka menyakiti hati-Nya dengan perbuatan mereka, maka timbullah tulah di antara mereka. Tetapi Pinehas berdiri dan menjalankan hukum, maka berhentilah tulah itu. Hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai jasa turun-temurun, untuk selama-lamanya."
- Kitab Bilangan mencatat adanya hubungan antara Bileam dengan peristiwa Baal-Peor: "Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN."[12]
- Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru Alkitab Kristen mencatat bahwa Yesus mengutip peristiwa ini dalam perkataannya kepada jemaat di Pergamus:[13]
"Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zina."
- Sejarahwan Flavius Yosefus yang menulis pada abad pertama Masehi memberikan keterangan lebih panjang mengenai peristiwa ini. Menurutnya, Bileam meskipun tidak menyampaikan kutukan kepada bangsa Israel, menasehati Balak dan para pemimpin Midian cara untuk membuat Israel terkutuk, yaitu dengan membuat mereka berdosa kepada Allah. Bileam menyuruh mereka mengirim wanita-wanita paling cantik untuk membujuk orang-orang Israel untuk menyembah berhala. Siasat ini berhasil dan dalam waktu singkat banyak orang Israel tergoda dan disesatkan.[14]
- Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lawanlah orang Midian itu, dan tewaskanlah mereka, sebab mereka telah melawan kamu dengan daya upaya yang dirancang mereka terhadap kamu dalam hal Peor dan dalam hal Kozbi, saudara mereka, yakni anak perempuan seorang pemimpin Midian; Kozbi itu mati terbunuh pada waktu turunnya tulah karena Peor itu."[15]
- Pinehas memimpin tentara Israel melawan suku Midian untuk membalas perbuatan mereka berkaitan dengan peristiwa Baal-Peor itu. Musa menyuruh mereka untuk berperang, seribu orang dari tiap-tiap suku, bersama-sama dengan Pinehas, anak imam Eleazar, untuk berperang, dengan membawa perkakas tempat kudus dan nafiri-nafiri pemberi tanda semboyan. Mereka membunuh semua orang laki-laki Midian. Selain dari orang-orang yang mati terbunuh itu, merekapun membunuh juga raja-raja Midian, yakni Ewi, Rekem, Zur, Hur dan Reba, kelima raja Midian, juga Bileam bin Beor dibunuh mereka dengan pedang. Setelah berperang dan membawa pulang jarahan dalam jumlah besar, kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus menghitung jumlah prajurit yang ada di bawah kuasa mereka dan dari mereka tidak ada seorangpun yang hilang.[16]
Mezbah suku-suku di timur sungai Yordan
- Setelah berperang bersama Yosua untuk merebut tanah Kanaan bagi orang-orang Israel, pulanglah bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu dan mereka pergi meninggalkan orang Israel, keluar dari Silo di tanah Kanaan untuk pergi ke tanah Gilead, tanah milik mereka yang didiami mereka sesuai dengan titah TUHAN dengan perantaraan Musa. Ketika mereka sampai ke Gelilot pada sungai Yordan, yang di tanah Kanaan, maka bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu mendirikan mezbah di sana di tepi sungai Yordan, mezbah yang besar bangunannya.
- Ketika hal itu terdengar oleh orang Israel, berkumpullah segenap umat Israel di Silo, untuk maju memerangi mereka. Namun sebelum maju berperang, orang Israel mengutus kepada bani Ruben, kepada bani Gad dan kepada suku Manasye yang setengah itu, ke tanah Gilead, imam Pinehas bin Eleazar, dan bersama-sama dengan dia sepuluh pemimpin, yakni seorang pemimpin kaum keluarga sebagai wakil tiap-tiap suku Israel. Masing-masing mereka itu kepala kaum keluarganya di antara kaum-kaum orang Israel.
- Setelah mereka sampai kepada bani Ruben, kepada bani Gad dan kepada suku Manasye yang setengah itu di tanah Gilead, berkatalah mereka kepada orang-orang itu, demikian: "...Apa macam perbuatanmu yang tidak setia ini terhadap Allah Israel, dengan sekarang berbalik daripada TUHAN dan mendirikan mezbah bagimu, dengan demikian memberontak terhadap TUHAN pada hari ini? Belum cukupkah bagi kita noda yang di Peor itu, yang daripadanya kita belum mentahirkan diri sampai hari ini dan yang menyebabkan umat TUHAN kena tulah, sehingga kamu berbalik pula sekarang ini membelakangi TUHAN? Jika kamu hari ini memberontak terhadap TUHAN, maka besok Ia akan murka kepada segenap umat Israel..."
- Bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu berkata kepada para kepala kaum-kaum orang Israel: "...kita mendirikan mezbah itu bagi kita bukanlah untuk korban bakaran dan bukanlah untuk korban sembelihan, tetapi supaya mezbah itu menjadi saksi antara kami dan kamu, dan antara keturunan kita kemudian, bahwa kami tetap beribadah kepada TUHAN di hadapan-Nya dengan korban bakaran, korban sembelihan dan korban keselamatan kami. Jadi tidaklah mungkin anak-anak kamu di kemudian hari berkata kepada anak-anak kami: Kamu tidak mempunyai bagian pada TUHAN...Jauhlah daripada kami untuk memberontak terhadap TUHAN, dan untuk berbalik daripada TUHAN pada hari ini dengan mendirikan mezbah untuk korban bakaran, korban sajian atau korban sembelihan, mezbah yang bukan mezbah TUHAN, Allah kita, yang ada di depan Kemah Suci-Nya!"
- Setelah imam Pinehas dan para pemimpin umat serta para kepala kaum-kaum orang Israel yang bersama-sama dengan dia, mendengar perkataan yang dikatakan oleh bani Ruben, bani Gad dan bani Manasye itu, maka mereka menganggap hal itu baik. Juga hal itu dipandang baik oleh orang Israel, sehingga orang Israel memuji Allah dan tidak lagi berkata hendak maju memerangi mereka untuk memusnahkan negeri yang didiami bani Ruben dan bani Gad itu.[17]
Imam Besar dan tindakannya
- Ketika Eleazar bin Harun mati, dia dikuburkan di bukit yang diberikan kepada Pinehas, anaknya itu, di pegunungan Efraim.[18] Maka Pinehas bin Eleazar menggantikan ayahnya menjadi Imam Besar.
- Sejumlah orang dari suku Benyamin di Gibea melakukan perbuatan keji, tetapi suku Benyamin tidak mau menyerahkan mereka untuk diadili orang-orang Israel, maka suku-suku lain berperang melawan suku Benyamin, tetapi pada pertempuran pertama suku Benyamin menewaskan 40.000 orang Israel. Maka orang-orang Israel berkabung dan bertanya kepada Tuhan pada tabut-Nya, Pinehas bin Eleazar bin Harun menjadi imam Allah pada waktu itu. Tuhan menjawab bahwa mereka akan menang. Kemudian orang-orang Israel mengalahkan suku Benyamin dan membuat mereka sedikit jumlahnya.[19]
Keturunan
- Urutan silsilah Pinehas adalah sebagai berikut: Pinehas, Abisua, Buki, Uzi, Zerahya, Merayot, Amarya, Ahitub, Zadok, Ahimaas, Azarya, Yohanan, Azarya.[20]
- Azarya bin Yohanan memegang jabatan imam di Bait Suci yang didirikan Salomo di Yerusalem.[21]
- Urutan silsilah Azarya bin Yohanan: Amarya, Ahitub, Zadok, Salum, Hilkia, Azarya, Seraya, Yozadak.[22]
- Yozadak bin Seraya turut diangkut ketika TUHAN membiarkan orang Yehuda dan Yerusalem diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar.[23]
- Di antara yang pertama kali kembali dari pembuangan, adalah imam keturunan Eleazar, yaitu Ezra bin Seraya bin Azarya bin Hilkia bin Salum bin Zadok bin Ahitub bin Amarya bin Azarya bin Merayot bin Zerahya bin Uzi bin Buki bin Abisua bin Pinehas bin Eleazar bin Harun, yaitu Harun imam kepala.[24] Ezra ini, yang menyusun Kitab Ezra, berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia.[25] Rupanya ia adalah saudara Imam Besar Yozadak bin Seraya yang turut diangkut ke Babel.
- Kemudian Imam Besar yang kembali dari pembuangan, juga keturunan Eleazar:
- Yesua bin Yozadak, ~515-490 SM, setelah perbaikan Bait Suci.
- Yoyakim bin Yesua, ~ 490-470 SM
- Elyasib bin Yoyakim, ~ 470-433 SM [26]
- Yoyada bin Elyasib, ~ 433-410 SM (Seorang putranya menikah dengan putri Sanbalat orang Horoni, sehingga diusir ke luar dari Bait Suci oleh Nehemia)[27]
- Yonatan bin Yoyada, ~ 410-371 SM
- Yadua bin Yonatan, ~ 371-320 SM,[28] dalam zaman pemerintahan Iskandar Agung (Alexander the Great). Beberapa mengidentifikasikannya sebagai Simeon yang Adil (Simeon the Just).
Jabatan Imam Besar berada pada keluarga Pinehas bin Eleazar, tetapi tanpa alasan yang jelas kemudian berpindah ke keluarga Itamar pada zaman imam Eli. Menurut sumber Samaria, terjadi perang saudara antara keturunan Itamar dan Pinehas bin Eleazar, yang menyebabkan perpecahan antara orang-orang yang mengikuti imam Eli dan Imam Besar Uzi bin Buki di Gunung Gerizim, dekat Betel, serta mereka yang tidak mengikuti keduanya. Keturunan imam Eli dari keluarga Itamar terus menjadi Imam Besar, sampai akhirnya Imam Besar Abyatar, keturunan ke-4 dari Eli, dicopot jabatannya oleh raja Salomo dan diberikan kembali kepada imam Zadok dari keluarga Eleazar.[29] Hal ini memenuhi nubuat atas keluarga Eli yang disampaikan antara lain melalui Samuel.[30]
Menurut sumber Samaria yang sama, keturunan Imam Besar dari keluarga Pinehas terputus tahun 1624 M, dengan matinya Imam Besar ke-112, Shlomyah ben Pinhas, sehingga jabatan ini dipindahkan lagi kepada keluarga Itamar. Pada tahun 2009, Imam Besar orang Samaria adalah Elazar ben Tsedaka ben Yitzhaq.
Menurut Kitab 1 Makabe, Pinehas adalah kakek moyang Matitiyahu.
- Pinchas (=Pinehas) adalah nama bagian (parsha) minggu ke-41 dalam pembacaan Taurat setahun penuh bagi orang Yahudi dan bagian ke-8 dari Kitab Bilangan. Parsha ini dimulai dengan penghargaan atas Pinehas bin Eleazar; menyambung parsha sebelumnya yang diakhiri dengan giat perbuatannya dalam peristiwa Baal-Peor.
- Ada pepatah Yahudi "Berbuat seperti Zimri, tetapi minta dihargai seperti Pinehas" (עושה מעשה זמרי ומבקש שכר כפנחס) untuk menyebut seorang munafik yang perbuatannya jahat (berkhianat) tetapi ingin dihargai sebagai pahlawan. Ini dicatat dalam Babylonian Talmud (Sotah, Pasal 22, halaman 2), untuk menggambarkan raja Hasmonean Alexander Jannaeus.[31]
Pinehas diperingati sebagai santo dalam Gereja Ortodoks Timur setiap tanggal 2 September.
Penafsiran anti kawin-campur
Di Amerika Serikat, perbuatan Pinehas dipakai oleh orang-orang yang anti kawin-campur antar ras untuk membuat undang-undang melarang perkawinan antar warna kulit berbeda, yang pernah dijalankan hingga tahun 1967.
Lihat pula
Referensi
|
|