Halaman ini berisi artikel tentang tokoh kakak perempuan Musa dalam Alkitab, yang bukan mengenai Maryam, ibu dari Nabi Isa dan padanan tokoh Alkitab Maria.
Miryam (bahasa Ibrani: מִרְיָם,ModernMiryamTiberiasMiryām; bahasa Inggris: Miriam; dalam Islam disebut Miryam مريم) adalah putri dari Amram dan Yokhebed, serta kakak perempuan Musa dan Harun.[1] Dia dicatat pertama kali dalam Kitab Keluaran di Alkitab Ibrani dan Perjanjian LamaAlkitabKristen. Ia hidup pada zaman Israel diperbudak di Mesir dan ikut dalam perjalanan ke tanah Kanaan, meskipun mati sebelum masuk ke tanah itu. Miryam disebut "nabiah" atau "nabi perempuan" di Keluaran 15:20. Dalam Kitab Mikha, sebagai pemimpin ia dianggap sama pentingnya dengan saudara-saudara laki-lakinya: “Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.” (Mikha 6:4)
Kelahiran Musa
Catatan pertama mengenai Miryam berhubungan dengan kelahiran Musa, di dalam kitab kedua Taurat, yaitu KitabKeluaran 2:1–10. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, untuk membunuh bayi yang baru lahir jika anak laki-laki. Ketika Yokhebed, ibu Miryam, melahirkan Musa, dilihatnya bahwa anak itu cantik, sehingga disembunyikannya tiga bulan lamanya. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; Miryam, kakak perempuan Musa, berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani." Lalu bertanyalah Miryam kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
Keluar dari Mesir
Pada waktu bangsa Israel selamat menyeberangi Laut Merah dan tentara Firaun tenggelam di dalam laut, Musa memimpin bangsa itu mengidungkan nyanyian kemenangan.[2] Setelah itu "Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka:"[3]
“Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.”
Keberatan akan pernikahan Musa
Pada waktu bangsa Israel dalam perjalanan ke tanah Kanaan berhenti di Hazerot (sebelum menuju padang gurun Paran), Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush sebagai isteri.[4] Ini merupakan dosa berbicara jelek Lashon hara (gosip atau mengatakan hal negatif tentang seseorang). Dengan alasan itu Miryam dan Harun berkata: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. Musa tidak berani membantah (dituliskan bahwa Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.[5]).
Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga. Turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. Berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?" Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia.[6]
Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta (bahasa Ibrani: tzaraat), putih seperti salju. Ketika Harun berpaling kepada Miryam, dan dilihatnya bahwa Miryam kena kusta, lalu kata Harun kepada Musa: "Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya." Lalu berserulah Musa kepada TUHAN: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia."[7]
Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sekiranya ayahnya meludahi mukanya, tidakkah ia mendapat malu selama tujuh hari? Biarlah dia selama tujuh hari dikucilkan ke luar tempat perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali." Jadi dikucilkanlah Miryam ke luar tempat perkemahan tujuh hari lamanya, dan bangsa itu tidak berangkat dari Hazerot sebelum Miryam diterima kembali.[8]
Tzaraat adalah penyakit kulit yang biasanya diterjemahkan sebagai kusta, tetapi juga dapat berupa vitiligo atau kanker kulit. Menurut aturan Taurat, orang kena tzaraat adalah najis (tamei) (Imamat 13–14). Para Rabi penulis Talmud menulis bahwa karena Harun tidak menerima hukuman yang sama seperti saudara perempuannya, ia masih boleh melayani sebagai Imam Besar.
Pernikahan
Dalam Alkitab tidak dicatat mengenai pernikahan Miryam. Sejarahwan Flavius Yosefus dalam tulisannya "Antiquities of the Jews" menyatakan bahwa Miryam adalah isteri Hur, yang dalam Kitab Keluaran disebut sebagai pembantu terdekat Musa.[9] Namun, Targum mengenai Kitab 1 Tawarikh ii. 19, iv. 4, mencatat Miryam sebagai ibu Hur, dengan indikasi bahwa Efrat, istri Kaleb, adalah nama lain untuk Miryam.
Kematian
Dalam perjalanan ke tanah Kanaan, sampailah orang Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam bulan pertama, lalu tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam dan dikuburkan di situ (Bilangan 20:1–2). Sesuai lambang air yang dihubungkan dengan Miryam, setelah matinya, Allah memberi sumber air yang melimpah di sana bagi bangsa Israel, yaitu mata air Meriba,[10] Sayangnya, peristiwa ini terjadi setelah mereka bertengkar dengan Allah serta menyebabkan Musa dan Harun berdosa, sehingga tidak boleh masuk tanah Kanaan.
Puisi dalam Keluaran 15 dianggap oleh banyak pakar sebagai bagian tertua di Alkitab. Rabi Rashi dalam komentarnya untuk ayat ini, berdasarkan Mekhilta (Be-Shalah, pasal 10), mengatakan “Musa mengidungkan nyanyian untuk kaum pria secara berbalasan. Miryam mengidungkan untuk kaum wanita.” Dengan kata lain, nyanyian ini dikidungkan dua kali, untuk pria dan wanita secara paralel.
Miryam adalah tokoh populer di kalangan feminis Yahudi. Ada yang menyediakan satu “Cangkir Miryam,” berisi air, di sebelah “Cangkir Elia” (diisi air anggur) sebagai kebiasaaan pada makan Seder saat Paskah Yahudi. Cangkir berisi air itu untuk mengenang sumur Miryam, yang menurut sebuah Midrash (baca: Ginzberg, Legends of the Jews 3, 50-54) menemani bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun. Beberapa orang Yahudi Ortodoks Modern memulai kembali kebiasaan sepuluh abad silam untuk menambahkan sepotong ikan laut pada piring seder, yang biasanya berisi daging domba, telur dan ikan laut, secara bersama melambangkan 3 nabi yang disebut dalam Mikha 6:4, dan juga mengacu pada binatang buas (burung Ziz, binatang Behemoth, dan hewan laut Leviathan), yang menurut Midrash, akan dihidangkan saat Seudat Chiyat HaMatim, pesta makan bagi orang-orang saleh setelah kebangkitan orang mati, seperti yang dilambangkan oleh makan seder pada Paskah Yahudi (dan Cangkir Elia). Ikat laut melambangkan Leviathan, juga Miryam dan juga merupakan simbol air.[11]
Silsilah
Menurut catatan Alkitab, silsilah keluarga Miryam adalah sebagai berikut:
Dikisahkan dalam Alkitab Ibrani, dia mematuhi suruhan ibunya untuk mengikuti bayi Musa yang diapungkan di dalam keranjang di sungai Nil, agar tidak dibunuh oleh hamba-hamba Firaun Mesir. Ketika ditemukan oleh isteri Firaun, Musa tidak mau menyusu kepada perempuan-perempuan lain yang mau menyusuinya; maka kakak Musa menawarkan ibu lain yang akan memeliharanya untuk isteri Firaun. Isteri Firaun setuju dan Musa dikembalikan kepada ibunya untuk dipelihara sampai cukup umur. (Al Qur'an, surah Al-Qashash (28) Ayat 6-13).