Setelah ke luar dari tanah Mesir di bawah pimpinan Musa, bangsa Israel sampai ke padang gurun Paran, berbatasan dengan tanah Kanaan. Tuhan menyuruh Musa mengirim 12 orang pengintai (bahasa Ibrani: מרגלים, meraglim), satu orang dari masing-masing suku Israel, untuk mengintai tanah Kanaan, yang akan diberikan Tuhan kepada orang Israel.[2] Semua orang itu adalah kepala-kepala di antara orang Israel.[3] Dari suku Yehuda dipilih Kaleb bin Yefune.[4] Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu, dan langsung datang kepada Musa, Harun dan segenap umat Israel di Kadesh, di padang gurun Paran. Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu.[5]
Mereka menceritakan: "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana.
Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan."[6]
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"[7]
Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat daripada kita." Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."[8]
Akibatnya segenap umat Israel mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun, serta bermaksud mengangkat pemimpin baru untuk membawa mereka kembali ke tanah Mesir.[9]
Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu.[10]
Saat itu tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel. TUHAN berfirman kepada Musa: "...Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku, pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya. Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya."[11]
Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: "...Di padang gurun ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepada-Ku. Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun!" [12]
Hal ini digenapi saat bangsa Israel mengadakan sensus kedua (Bilangan 26), dicatat "sebab TUHAN telah berfirman tentang mereka: "Pastilah mereka mati di padang gurun." Dari mereka itu (yang dicatat dalam sensus pertama) tidak ada seorangpun yang masih tinggal hidup selain dari Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun."[13] Dikatakan "sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya."[1]
Musa mengulangi kisah ini dalam Kitab Ulangan dengan mengatakan: "Tidak seorangpun dari orang-orang ini, angkatan yang jahat ini, akan melihat negeri yang baik, yang dengan sumpah Kujanjikan untuk memberikannya kepada nenek moyangmu, kecuali Kaleb bin Yefune. Dialah yang akan melihat negeri itu dan kepadanya dan kepada anak-anaknya akan Kuberikan negeri yang diinjaknya itu, karena dengan sepenuh hati ia mengikuti TUHAN."[14]
Orang Kenas
Kaleb merupakan seorang kepala dalam suku Yehuda, tetapi ayah Kaleb, Yefune, disebut "orang Kenas".[15] Dicatat ada orang Kenas dalam Kejadian 15:19 sebagai salah satu suku asli yang tinggal di tanah Kanaan pada zaman Abraham, sehingga muncul dugaan bahwa Yefune bukan orang Israel asli. Namun lebih mungkin nama Kenas ini berasal dari seorang leluhur suku Yehuda, karena adik Kaleb bernama Kenas.[16]
Tanah pusaka
Sebagai persiapan pada waktu bangsa Israel mengadakan pembagian tanah pusaka setelah masuk tanah Kanaan, TUHAN berfirman kepada Musa: "Inilah nama orang-orang yang harus membagikan tanah itu kepadamu sebagai milik pusaka: imam Eleazar dan Yosua bin Nun. Lagi haruslah kamu mengambil seorang pemimpin dari setiap suku untuk membagikan tanah itu sebagai milik pusaka. Inilah nama orang-orang itu: dari suku Yehuda: Kaleb bin Yefune..."[17]
Bani Yehuda datang menghadap Yosua di Gilgal. Pada waktu itu berkatalah Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, kepadanya: "Engkau tahu firman yang diucapkan TUHAN kepada Musa, abdi Allah itu, tentang aku dan tentang engkau di Kadesh-Barnea. Aku berumur 40 tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya. Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.9 Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.10 Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah 45 tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur 85 tahun aku hari ini; 11pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar.12Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN."[18]
Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah sebagian tanah di tengah-tengah bani Yehuda itu, yakni Kiryat-Arba, atau Hebron, seperti yang dititahkan TUHAN kepadanya; Arba ialah bapa Enak. Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati.[19] Kota utama Hebron telah ditetapkan menjadi "Kota perlindungan untuk pembunuh" dan menjadi milik suku Lewi, jadi yang dimiliki oleh Kaleb adalah tanah ladang kota tadi dengan desa-desanya.[20]
Kaleb menghalau dari tanah pusakanya itu ketiga orang Enak, yakni Sesai, Ahiman dan Talmai, anak-anak Enak.[21]
Atas permintaan anak perempuannya, Akhsa, Kaleb memberikan sebidang tanah dan mata air (yang dihulu dan yang di hilir) menjadi milik Otniel, anak Kenas adik Kaleb.[22]
Keluarga
Anak-anak Kaleb bin Yefune ialah Iru, Ela dan Naam; dan keturunan Ela ialah Kenas.[23]
Dalam 1 Tawarikh 2:18–19, 24 dicatat seorang yang bernama "Kaleb bin Hezron" yang mempunyai istri bernama Azuba, dan setelah istrinya mati, menikahi Efrata, gundik Hezron, ayahnya, dan dari Efrata mempunyai anak bernama Hur atau Asyhur, yang kelak menjadi bapa Tekoa.
Nabal, suami pertama Abigail, yang kemudian menjadi salah satu istri Daud, berasal dari keluarga "Kaleb".[26] Tidak jelas Kaleb yang mana yang dimaksud.