Artikel ini mungkin terdampak dengan peristiwa terkini: Konflik Wadas. Informasi di halaman ini bisa berubah setiap saat. Tanda ini diberikan pada Februari 2022
Artikel ini membahas mengenai bangunan, struktur, infrastruktur, atau kawasan terencana yang sedang dibangun atau akan segera selesai. Informasi di halaman ini bisa berubah setiap saat (tidak jarang perubahan yang besar) seiring dengan penyelesaiannya.
Bendungan Bener adalah sebuah proyek bendungan bertipe urugan batu yang dibangun di Desa Guntur, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dengan struktur bendungan setinggi 156 meter, bendungan ini direncanakan akan menjadi bendungan dengan struktur bendung tertinggi di Indonesia.[1] Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 100,94 juta meter kubik air dan luas genangan mencapai 690 hektar.[2]
Sejarah
Pembangunan Bendungan Bener telah direncanakan setidaknya pada 2011. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Tahun 2011–2031.[3] Bendungan tersebut rencananya akan menggenangi sebagian wilayah Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo dan sebagian wilayah Kabupaten Wonosobo.[3]
Pada 2015, dilakukan penelitian terhadap kandungan dalam bukit di Desa Wadas yang akan dijadikan material pembangunan bendungan. Penelitian tersebut dilakukan dengan mengebor tanah sedalam 50 hingga 75 meter di tujuh titik pengeboran. Sampel tanah yang diambil dari pengeboran tersebut kemudian diuji di laboratorium.[5]
Bendungan Bener memiliki fungsi utama untuk sarana irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Selain itu juga berfungsi sebagai sarana budidaya perikanan air tawar, sarana olahraga air, sarana rekreasi, dan lain sebagainya. Bendungan ini difungsikan sebagai pusat pengairan untuk mengairi daerah irigasi sedikitnya seluas 15.519 hektar di Kabupaten Purworejo. Kemudian, sumber pemenuhan air baku untuk masyarakat sekitar 1.500 liter/detik, pembangkit listrik untuk Kabupaten Purworejo sekitar 6 Mega Watt, mengurangi potensi banjir untuk Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kulon Progo di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai reduksi banjir 8,73 juta meter kubik, serta potensi pengembangan pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian setempat.[7]
Pembangunan bendungan ini mendapatkan penolakan dari warga Desa Wadas yang berjarak sekitar 17 km tenggara proyek bendungan. Warga setempat menolak rencana pemerintah untuk membuka penambangan terbuka batuan andesit yang berada di wilayah desa tersebut untuk dijadikan bahan baku pembangunan bendungan ini.[8][9] Beberapa LSM dan organisasi massa melaporkan terdapat aksi kekerasan yang dilakukan pemerintah (melalui pengerahan aparat kepolisian dan tentara) kepada warga saat aksi protes dilaksanakan.[10][11]
Banyak warga yang di amankan, meskipun kemudian dilepas kembali.