Bendungan Selorejo adalah sebuah bendungan yang dibangun di kaki Gunung Kelud di Ngantang, Malang, Jawa Timur untuk membendung Sungai Konto. Bendungan ini adalah bendungan pertama di Indonesia yang dibangun dengan teknik grouting untuk mencegah kebocoran bendungan, dengan kedalaman grouting rata-rata 30 meter.[4]
Sejarah
Pada awalnya, pembangunan bendungan ini ditangani oleh Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 1963, mulai dilakukan persiapan pembangunan bendungan ini. Pada tahun 1965, Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur menunjuk Waskita Karya untuk membangun bendungan pembantu dan terowongan pengelak, guna mengalihkan aliran Sungai Konto selama proses pembangunan bendungan utama. Pada tahun 1967, tanggung jawab pembangunan bendungan ini dialihkan dari Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur ke Proyek Brantas. Pembangunan bendungan pembantu dan terowongan pengelak kemudian dilanjutkan oleh Proyek Brantas, dan akhirnya dapat diselesaikan pada tanggal 22 Desember 1970 dengan total biaya sebesar Rp 3,997 milyar. Bendungan utama lalu mulai dibangun dan dapat diselesaikan pada tahun 1972.[4]
Antara tahun 1973 hingga 1976, telah terjadi sedimentasi sebesar 5 juta meter kubik atau sekitar 10% dari total kapasitas aktif waduk ini. Penelitian yang dilakukan mulai tahun 1977 hingga 1982 lalu juga menyimpulkan bahwa sedimentasi yang terjadi di waduk ini mencapai 13,7 ton per tahun.[4]
Pada tahun 2014, erupsi Gunung Kelud sempat menutup kompleks Bendungan Selorejo, sehingga pengoperasian PLTA Selorejo juga turut terhenti. Akibat terjadinya sedimentasi, pada tahun 2014, total kapasitas dari waduk yang terbentuk akibat dibangunnya bendungan ini diperkirakan tinggal 34,8 juta meter kubik, dengan kapasitas aktif sebesar 33,3 juta meter kubik dan kapasitas nonaktif sebesar 1,4 juta meter kubik.[5]
Manfaat
Air yang terbendung oleh bendungan ini terutama dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 5.700 hektar di Pare dan Jombang. Selain itu, air yang terbendung oleh bendungan ini dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 4,5 MW yang bangunannya dirancang oleh Soejoedi Wirjoatmodjo[4] dan diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum Sutami pada tanggal 4 Juli 1973.[6] Listrik yang dihasilkan oleh PLTA Selorejo biasanya dikirim melalui jaringan kabel transmisi 70 kV untuk memenuhi kebutuhan listrik di Malang. Air yang terbendung oleh Bendungan Selorejo juga digunakan untuk membangkitkan listrik di PLTA Mendalan dan PLTA Siman yang terletak di Kabupaten Malang.