Rumah Kariwari khusus diperuntukkan bagi pendidikan remajalaki-laki, di rumah Kariwari inilah setiap remajalaki-laki yang sudan memasuki minimal usia dua belas tahun mulai dikumpulkan dan digembleng untuk mengenal kehidupan priadewasa di masa yang akan datang, seperti mencari penghidupan atau nafkah, bertanggung jawab pada keluarga, dan sebagainya. Dengan pendidikan ini para remajalaki-laki diharapkan bisa menjadi priadewasa yang kuat, bertanggungjawab dan terampil di masa depan. Keterampilan yang diajarkan biasanya seperti berburu, memahat, bercocok tanam, membuat senjata, hingga tekhnik berperang.[1][9]
Dikarenakan fungsinya yang dekat dengan kegiatan spiritual atau kerohanian, rumah Kariwari memiliki posisi penting dalam menjaga keberlangsungan kebudayaan Papua, khususnya Suku Tobati-Enggros. Selain itu fungsi pendidikan bagi generasi penerus Suku Tobati-Enggros juga menjadi sangat penting, karena kemampuan atau keahlian yang diajarkan di dalam rumah Kariwari adalah keahlian-keahlian tradisional yang tidak diajarkan di instansi pendidikan formal.
Arsitektur
Bentuk arsitektur rumah Kariwari terbilang cukup unik, karena bentuknya limassegi delapan. Dengan bentuk rumah yang sedemikian rupa, maka rumah Kariwari cukup kuat untuk bertahan dalam cuaca, terutama saat cuaca sedang berangin. Selain efektif dalam menahan angin, bentuk limassegi delapan yang berujung lancip juga bermakna kedekatan manusia dengan Sang Pencipta dan para leluhur.[1]
Rumah Kariwari biasanya dibangun dengan pola linier, artinya rumah-rumah Kariwari dibangun sejajar. Formasi yang digunakan bisanya adalah dua baris rumah yang berderet dan saling berhadapan di sepanjang garis pantai. Karena lokasi pembangunannya dekat dengan garis pantai, maka rumah biasanya dibangun tegak lurus dengan gelombang angin laut. Selain itu jarak antar rumah juga tidak dibuat terlalu jauh, hal ini dengan alasan keamanan dan juga hubungan keluarga.[1]
Tinggi rumah Kariwari umumnya adalah 20 hingga 30 meter dan terbagi dalam dua atau tiga tingkat dan terdiri dari tiga ruangan atau kamar. Tiga ruangan itu memiliki fungsi yang berbeda-beda, ruangan pertama biasanya di lantai dasar adalah tempat bagi remajalaki-laki dididik, ruangan kedua biasanya untuk tempat pertemuan kepala suku atau tokoh adat, dan lantai terakhir biasanya diletakkan paling atas sebagai ruangan khusus sembahyang dan memanjatkan doa-doa kepada Sang Pencipta dan para leluhur.[1]
Materi atau bahan utama bangunan rumah Kariwari adalah kayu dan daun dari pohonsagu hutan, terkadang juga menggunakan tanaman lain seperti bambu dan jenis-jenis kayu lainnya yang menjadi endemik di wilayah Papua, salah satunya dalah jenis kayu besi. Kayu-kayu yang menjadi kerangka utama rumah Kariwari kemudian diikatkan dengan tali, namun tali ini juga tidak sembarangan, dia harus tali dari akar rotan pilihan yang benar-benar kuat.[1]
Hal unik lainnya dari arsitektur rumah Kariwari adalah rumah ini hanya menggunakan delapan batangkayu sebagai kerangka rumah ini. Delapan kayu yang menjadi kerangka rumah Kariwari tersebut, kemudian ditempatkan disetiap sudut yang menjadi acuan untuk menata atap diatasnya sehingga membentuk segi delapan.[1]
Desain
Seperti halnya rumah adat ataupun rumah tradisional pada umumnya, rumah Kariwari pun juga memiliki desain yang penuh detail hiasan-hiasan yang membuatnmya khas, tentu saja hiasan-hiasan itu terkait dengan budaya Papua. terutama dari Suku Tobati-Enggros. Hiasan-hiasan yang terdapat dalam rumah Kariwari biasanya berupa hasil karyaseni antara lain; lukisan, ukiran dan juga patung-patung.[2]