Ini adalah nama Melayu; nama "Harun" merupakan patronimik, bukan nama keluarga, dan tokoh ini dipanggil menggunakan nama depannya, "Rina". Kata bin (b.) atau binti (bt.), jika digunakan, berarti "putra dari" atau "putri dari".
Wanita kelahiran Tanjung Karang, Selangor ini, memiliki keturunan suku Kerinci dari sang kakek dari pihak ayahnya (Muhammad Harun) yang berasal dari desa Lempur, kecamatan Gunung Raya, kabupaten Kerinci, Jambi. Bahkan Rina juga sempat menimba ilmu di Sekolah Dasar (SD) di Lempur.[8][9]
Rina tumbuh besar di Jalan Gurney, Kuala Lumpur dan mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Kebangsaan Datuk Keramat 1, Kuala Lumpur. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Sekolah Tun Fatimah, Johor Bahru. Ia diterima kuliah di Institut Tekonologi MARA (sekarang Universiti Teknologi MARA) jenjang diploma bidang ilmu perbankan. Ia lalu mengambil gelar S-1 di Universitas Northwood di Michigan, Amerika Serikat dan memperoleh gelar BBA bidang ilmu perbankan dan keuangan.[10]
Karier politik
Rina mulai aktif di dunia politik sejak 2002 sebagai Ketua Puteri Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) Cabang Sepang. Ia pernah memegang beberapa jabatan dalam organisasi sayap perempuan UMNO tersebut. Terakhir, ia menjabat sebagai Exco Puteri UMNO Malaysia pada 2009 sebelum bergabung dengan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM).[10][11]
Kontroversi
Selama penerapan Perintah Kendali Pergerakan Malaysia (MCO) pada 2020, kementerian yang ia pimpin merilis poster yang memuat beberapa kiat bagi para istri untuk mencegah pertengkaran di dalam rumah tangga. Di antara kiat tersebut yakni agar para istri tidak memakai "pakaian rumah" melainkan berpakaian "seperti biasa, kenakan makeup dan pakaian rapi" serta meniru suara "Doraemon dan diikuti dengan gelak manja".[12]
Poster tersebut menuai kritik dari beberapa lembaga swadaya masyarakat seperti Masyarakat Aksi Semua Perempuan (AWAM). Masyarakat mengecam muatan konten karena melanggengkan stereotip yang seksis, bukannya fokus pada masalah kekerasan dalam rumah tangga dan keselamatan perempuan yang menjalani hubungan yang tak sehat selama di rumah.[13]
Pihak kementerian akhirnya menghapus poster tersebut sehari setelahnya dan melayangkan permintaan maaf atas kontroversi yang muncul.[14]