Partai Pribumi Bersatu Malaysia
Partai Pribumi Bersatu Malaysia (disingkat: PPBM atau saat ini dikenali sebagai BERSATU),[5] adalah sebuah partai politik nasionalis di Malaysia yang dibentuk pada 8 September 2016.[1] Partai ini adalah partai komponen utama dari koalisi Perikatan Nasional yang dibentuk untuk menggantikan koalisi Pakatan Harapan sebagai koalisi pemerintahan akibat dari krisis politik Malaysia. Selain itu, partai ini telah memegang posisi Perdana Menteri serta mayoritas posisi di kabinet. Anggota pendiri partai berasal dari Kelompok Pemberontak Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) Gabungan Ketua Cawangan Malaysia. Keanggotaan penuh dalam partai terbatas hanya untuk kaum bumiputera. Non-bumiputera dapat bergabung dengan partai sebagai anggota asosiasi, meskipun mereka tidak berhak memberikan suara dan ikut serta dalam pemilihan partai.[6] Sementara itu, individu yang memenuhi syarat dapat diangkat ke posisi kunci tertentu di partai. SejarahPembentukan PartaiPada 10 Agustus 2016, mantan Wakil Presiden UMNO Muhyiddin Yassin mengajukan permohonan pendaftaran BERSATU. Kepemimpinan partai terdiri dari Muhyiddin sebagai presiden, Mukhriz Mahathir sebagai wakil presiden, dan Mahathir Mohamad sebagai ketua. Pembentukan BERSATU dilakukan oleh mantan anggota UMNO yang menentang Perdana Menteri saat itu Najib Razak.[7] BERSATU kemudian bergabung dengan koalisi Pakatan Harapan yang terdiri dari Partai Keadilan Rakyat (PKR), Partai Tindakan Demokratik (DAP), dan Partai Amanah Negara (Amanah) pada 12 November 2016. Pakatan Harapan menunggu keputusan dari Partai Islam Se-Malaysia (PAS), yang merupakan bagian oposisi pemerintah.[8][9] Kemudian, pada 13 Desember, partai tersebut secara resmi bergabung dengan Pakatan Harapan dengan menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Kerangka Umum.[10] Pilihan Raya 2018Pada 7 Januari 2018, Pakatan Harapan mengumumkan Mahathir Mohammad sebagai calon perdana menteri koalisi.[11] Pada 10 Mei 2018, satu hari setelah pemilu, Mahathir mengklaim kemenangan, mengakhiri kekuasaan Barisan Nasional dan UMNO atas negara tersebut. Partai-partai tersebut telah memerintah negara tersebut sejak kemerdekaannya, dan pada masa itu Mahathir pernah menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 1981 hingga 2003.[12] Mahathir dilantik sebagai Perdana Menteri keempat Malaysia untuk kedua kalinya pada usia 93 tahun, menjadikannya kepala pemerintahan tertua di dunia.[13] Setelah kemenangan BERSATU dan Pakatan Harapan, banyak anggota UMNO yang bergabung dalam BERSATU. Pada 18 Oktober 2018, elit partai UMNO Mustapa Mohamed meninggalkan UMNO, dengan alasan ketidaksepakatan dengan partai UMNO, dan kemudian bergabung dengan BERSATU pada 27 Oktober. Hal ini menandakan eksodus anggota UMNO, yang dimulai di Sabah UMNO pada tanggal 12 Desember, ketika sembilan dari sepuluh anggota dewan negara bagian, lima dari enam anggota parlemen, dan dua senator keluar untuk bergabung dengan BERSATU.[14] Pada 14 Desember 2018, enam anggota parlemen UMNO meninggalkan partai, termasuk mantan menteri Hamzah Zainudin, yang mengklaim bahwa 36 anggota parlemen Barisan Nasional lainnya telah menandatangani janji setia kepada Perdana Menteri Mahathir.[15] Keenam anggota parlemen tersebut tetap independen sebelum resmi bergabung dengan BERSATU pada 12 Februari 2019.[16] Lengsernya Pemerintahan Pakatan HarapanPada 24 Februari 2020, Mahathir mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri. BERSATU, yang memiliki 26 anggota parlemen, menarik diri dari koalisi berkuasa Pakatan Harapan. Selain itu, 11 anggota parlemen dari Parti Keadilan Rakyat (PKR) mengundurkan diri dari partai tersebut untuk membentuk blok independen. Hal ini menyebabkan pemerintahan Pakatan Harapan tidak memiliki mayoritas di parlemen. Pengumuman mengejutkan ini muncul di tengah spekulasi bahwa Mahathir sedang berusaha membentuk koalisi pemerintahan baru yang akan mengecualikan penggantinya, Anwar Ibrahim.[17][18][19] Namun, Anwar memberi klarifikasi bahwa Mahathir tidak merencanakan hal tersebut.[20] Pada jam 9 malam, pimpinan BERSATU mengadakan pertemuan darurat di kantor pusatnya untuk membahas arah masa depan partai.[21] Anggota Bersatu menolak pengunduran diri Mahathir sebagai ketua partai dan berjanji mendukungnya menjadi perdana menteri. Sekretaris Jenderal partai tersebut Marzuki Yahya mengatakan anggota dewan tertinggi BERSATU sepakat mendukung Mahathir.[22] Partai-partai anggota Pakatan Harapan juga mengumumkan dukungan mereka terhadap Mahathir untuk tetap menjadi perdana menteri setelah pengunduran dirinya. Pada tanggal 26 Februari, Azmin Ali dan 10 anggota parlemen lainnya yang meninggalkan PKR mengumumkan bahwa mereka bergabung dengan Bersatu di tengah rumor bahwa anggota parlemen Pakatan Harapan akan meninggalkan dukungan untuk Mahathir. 10 anggota parlemen lainnya adalah Zuraida Kamaruddin, Saifuddin Abdullah, Baru Bian, Kamarudin Jaffar, Mansor Othman, Rashid Hasnon, Ali Biju, Willie Mongin dan Jonathan Yasin.[23] IdeologiTujuan utama partai adalah:
Simbol partaiBendera dan lambang yang digunakan sebagai simbol partai yang berbentuk persegi panjang berwarna merah dengan perbandingan 1:2 (lebar×panjang) dan di tengahnya terdapat grafik berbentuk bunga dengan lima kelopak berwarna putih. Makna
PimpinanKetua UmumPelaksana Tugas Ketua Umum Partai Pribumi Bersatu Malaysia terakhir adalah Muhyiddin Yassin yang menjabat hingga 23 Agustus 2020. Berikut adalah daftar Ketua Umum Partai Pribumi Bersatu Malaysia.
PresidenSaat ini, Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia adalah Muhyiddin Yassin sejak 7 September 2016. Berikut adalah daftar Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia.
Deputi PresidenSaat ini, Deputi Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia adalah Ahmad Faizal Azumu sejak 23 Agustus 2020. Berikut adalah daftar Deputi Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia.
Sekretaris JenderalBerikut merupakan Sekretaris Jenderal Partai Pribumi Bersatu Malaysia.
Struktur kepemimpinan
Pemilihan umumHasil
SejarahPemilihan umum 2018Pada pemilihan umum Malaysia 2018 merupakan pertama kalinya PPBM bertanding secara demokratis setelah pembentukan partai pada 2016. Pada saat itu, PPBM bertanding atas tiket Pakatan Harapan (PH) dengan menggunakan logo Partai Keadilan Rakyat (PKR) sebagai strategi politik dalam pemilu 2018. Alhasil, PPBM menjadi partai politik dengan suara terbesar ketiga di koalisi PH dan Ketua Umum PPBM atau BERSATU Mahathir Mohamad menjadi Perdana Menteri Malaysia. Sedangkan presidennya, Muhyiddin Yassin dilantik menjadi Menteri Dalam Negeri Malaysia. Pemilihan umum negara bagian Sabah 2020Setelah keluar dari koalisi PH, PPBM bertanding atas tiket Perikatan Nasional (PN) dan PPBM menjadi partai komponen utama dalam koalisi tersebut. Kemudian, Ketua Menteri Sabah Shafie Apdal membubarkan parlemen Majelis Legislatif Negara Bagian Sabah pada Juli 2020. Perikatan Nasional (PN), Barisan Nasional (BN) dan Partai Bersatu Sabah (PBS) menyepakati sebuah koalisi baru di Sabah dengan nama Gabungan Rakyat Sabah (GRS). GRS menyepakati dua calon yang akan menjadi Ketua Menteri, yaitu Bung Moktar Radin dari BN dan Hajiji Noor dari PN. Pada akhirnya koalisi tersebut menyepakati untuk mengusung Hajiji sebagai Ketua Menteri Sabah. GRS berhasil menaklukkan Partai Warisan Sabah yang menjadi penguasa pemerintahan. PPBM memperoleh suara terbesar kedua setelah Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) didalam koalisi GRS. PPBM juga bertanding dengan memakai logo Perikatan Nasional sebagai strategi politik dalam pemilu. Pemerintahan negara bagian
Galeri
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Malaysian United Indigenous Party.
|
Portal di Ensiklopedia Dunia