Partai Pesaka Bumiputera Bersatu

Partai Pesaka Bumiputera Bersatu
Parti Pesaka Bumiputera Bersatu
ڤرتي ڤساک بوميڤوترا برساتو
SingkatanPBB
Ketua umumAbang Johari Openg
Sekretaris JenderalAlexander Nanta Linggi
Juru bicaraHaji Idris Buang
Dibentuk30 April 1973
(Fusi partai BUMIPUTERA & PESAKA)
Didaftarkan30 April 1973
Kantor pusatKuching, Sarawak
Surat kabarJiwa Bakti
Sayap pemudaPergerakan Pemuda PBB
Sayap wanitaWanita PBB
Keanggotaan (2024)192,287
IdeologiNasionalisme
Afiliasi nasionalBarisan Nasional (1974-2018)
Gabungan Partai Sarawak (sejak 2018)
Koalisi UMNO–BN (2020–2022)
Koalisi perpaduan PH–BN (2022–sekarang)
Parlemen:
9 / 222
Situs web
www.pbb.org.my

Partai Pesaka Bumiputera Bersatu, atau PBB (bahasa Inggris: United Traditional Bumiputera Party) adalah partai politik sayap kanan di Malaysia. Partai ini pada saat ini merupakan partai politik terbesar di Sarawak, dengan kekuatan yang cukup kuat di area pedesaan. Partai ini pernah menjadi salah satu anggota dari koalisi Barisan Nasional (BN). Setelah BN mengalami kekalahan pada Pemilu 2018, partai ini bersama partai komponen BN asal Sarawak lainnya keluar dari koalisi dan membentuk koalisi Gabungan Parti Sarawak (GPS).

Pendahulu

Partai Negara Sarawak (PANAS)

PANAS dibentuk pada 9 April 1960 oleh Datu Patinggi Abang Haji Mustapha sebagai partai politik kedua yang dibentuk di Sarawak setelah Partai Persatuan Rakyat Sarawak.[1]

Barisan Ra'ayat Jati Sarawak (BARJASA)

BARJASA dibentuk pada 4 Desember 1961 oleh Tuanku Bujang Tuanku Othman. Abdul Rahman Ya'kub dan Abdul Taib Mahmud merupakan salah satu anggota pertama di partai ini.

Partai Pesaka Anak Sarawak (PESAKA)

Partai Pesaka Anak Sarawak didirikan di Sibu pada Agustus 1962 untuk memperjuangkan hak suku Dayak Iban dari Batang Rajang. Pengagas partai ini menolak bergabung dengan Partai Kebangsaan Sarawak karena menurut mereka, Partai Kebangsaan Sarawak hanya memperjuangkan kepentingan Dayak Iban dari Saribas.

Penggagas partai tersebut antara lain Penghulu Masam Anak Radin, Pengarah Banyang, Penghulu Chundi Anak Resa dan Penghulu Umpau. Temenggong Jugah, Temenggong Oyong Lawai Jau dan Jonathan Bangau bergabung kemudian. Sementara Jugah dan Oyong Lawai Jau baru saja menjadi anggota PANAS, Bangau berasal dari SUPP. Penghulu lain dari divisi lain seperti Penghulu Tawi Sli (Divisi II) dan Penghulu Abok Anak Jalin (Bintulu) juga ikut bergabung dalam PESAKA. Oleh karena itu PESAKA dikenal dengan nama Partai Penghulus. Namun, yang sebenarnya mencetuskan ide pembentukan PESAKA adalah Thomas Kana, mantan penata rias di Kuala Belait. Dia diangkat menjadi sekretaris jenderal pertama partai tersebut.

Pembentukan Partai Bumiputera

Untuk memastikan dominasi etnis Bumiputera di perpolitikan Sarawak, PANAS dan BARJASA berencana untuk melakukan fusi beberapa bulan setelah pemilihan daerah di Sarawak pada 1963. Awalnya, kedua partai berniat untuk membubarkan diri agar dapat memberikan tempat kepada Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) untuk masuk ke Sarawak. Namun, UMNO tidak tertarik untuk mengakui politikus non-Muslim beretnis Bumiputera sebagai kadernya. Maka, pemerintahan federal Malaysia merekomendasikan agar PANAS dan BARJASA digabungkan sebagai sebuah partai baru. Setelah beberapa perundingan, Partai Bumiputera Sarawak dibentuk pada 30 Maret 1968. Beberapa hari setelah pergabungan, Abang Ikhwan Zaini dipilih sebagai presiden partai, Tuanku Bujang dipilih sebagai wakil presiden partai, dan Taib Mahmud sebagai sekretaris jenderal partai.[2]

Pembentukan Pesaka Bumiputera Bersatu

Parti Bumiputera telah memulai negosiasi dengan PESAKA mengenai penggabungan kedua partai pada tahun 1968. Namun, PESAKA menolak untuk melakukan merger karena khawatir anggota bumiputera Muslim dari Parti Bumiputera akan mendominasi partai baru tersebut, sehingga anggota Iban dan Bidayuhnya dikesampingkan. PESAKA memutuskan untuk bergabung dengan Partai Perikatan Sarawak tanpa merger untuk mempertahankan kepentingan mereka dalam politik Sarawak. Namun pada pemilu negara bagian tahun 1970, PESAKA hanya meraih 8 kursi, sedangkan 12 kursi diraih oleh Parti Bumiputera dan 12 kursi lagi diraih oleh SNAP. PESAKA tidak dapat mencalonkan ketua menteri baru dari partainya sendiri seperti pada tahun 1966. Akhirnya perundingan lain diadakan antara PESAKA dan Parti Bumiputera pada bulan September 1972 dan kedua belah pihak akhirnya menyetujui merger pada tanggal 5 Januari 1973. Parti Pesaka Bumiputera Bersatu yang baru partai tersebut kemudian resmi didaftarkan pada tanggal 30 April 1973.[2]

Partai ini memiliki dua sayap faksi yakni:[2]

  • Faksi BUMIPUTERA yang mewakili kader etnis Melayu Muslim, Melanau, Kedayan, Melayu Brunei, Jatti Mereik, dan Orang Ulu
  • Faksi PESAKA yang mewakili kader Iban, Bidayuh, Kenyah, dan Kelabit

Tujuan PBB

  • Melindungi kemerdekaan, kedaulatan, dan segenap rakyat Sarawak secara penuh.
  • Menegakkan konstitusi negara bagian dan federal.
  • Melawan korupsi, rasisme, pencucian uang ilegal, dan penyalahgunaan kekuasaan antar kader partai.
  • Melindungi prinsip-prinsip yang diabadikan di konstitusi federal dan regional, termasuk posisi, hak-hak dasar dan hak khusus warga Bumiputera di Sarawak.
  • Melindungi dan mengaransi hak masa depan Bumiputera di Malaysia.[2]
  • Mempromosikan harmoni, perdamaian, keamanan, dan kemakmuran Malaysia kepada seluruh dunia.
  • Melindungi sistem demokrasi Sarawak serta demokrasi parlementer Malaysia.
  • Melindungi, memperkuat, dan memberi keadilan sepenuhnya kepada Sarawak sesuai dengan Perjanjian Malaysia 1963 (MA63).
  • Mendukung dan melindungi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
  • Melawan gerakan separatisme yang bisa membahayakan keamanan Malaysia.

Referensi

  1. ^ Tilman, R.O (October 1963). "Elections in Sarawak". Asian Survey. University of California Press. 3 (10): 507–518. doi:10.2307/3023452. JSTOR 3023452. 
  2. ^ a b c d Syam, M.F (2012). In Domination and Contestation: Muslim Bumiputera Politics in Sarawak. Institute of Southeast Asian Studies. p. 79–81, 96–101. ISBN 978-981-4311-58-8. Google Book Search. Retrieved 23 June 2014.

Daftar Pustaka

  • Chin, James. 2003: The Melanau-Malay Schism Erupts Again: Sarawak at the Polls. In: New Politics in Malaysia. Lok Kok Wah / Johan Saravanamuttu, Singapore: Institute of South East Asian Studies (ISBN 981-230-169-0), pp. 213–227
  • James Chin. “The More Things Change, The More They Remain The Same”, in Chin Kin Wah & D. Singh (eds.) South East Asian Affairs 2004 (Singapore: Institute of South East Asian Studies, 2004)
  • James Chin. “Autonomy: Politics in Sarawak” in Bridget Welsh (ed) Reflections: The Mahathir Years, (Washington DC: Johns Hopkins University Press, 2004) (ISBN 9790615 124871) pp. 240–251

Pranala luar