Teresa Kok
Teresa Kok Suh Sim (Hanzi: 郭素沁; Pinyin: Guō Sùqìn, lahir 31 Mei 1964) adalah seorang Anggota Parlemen Malaysia dari Partai Aksi Demokrat (DAP). Latar belakangLahir dan dibesarkan di Kuala Lumpur, Teresa adalah orang Malaysia keturunan Tionghoa generasi kedua. Kok adalah anggota kelompok dialek Hakka dan leluhurnya berasal dari Huizhou, Provinsi Guangdong, China. Ia dapat berbicara dalam bahasa Melayu, Inggris dan Mandarin. Kok adalah seorang Katolik.[1] Teresa menerima gelar pertamanya dari Universiti Sains Malaysia (USM), yang lulus dalam bidang Komunikasi, dan; gelar keduanya berasal dari Universitas Malaya dalam bidang ilmu pengetahuan politik, dan master filsafat. Tesisnya adalah tentang UMNO, yang berjudul "Faksionalisme dalam Umno Pada Zaman Dr Mahathir (1981–2001)". KontroversiPada tahun 2008, ia ditangkap berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri. Berdasarkan undang-undang itu, polisi tidak memiliki kewajiban untuk mengungkapkan dugaan pelanggaran jika ada. Surat kabar Utusan Malaysia melaporkan ia "menyarankan" sebuah masjid di Puchong untuk tidak menggunakan pengeras suara ketika mengumandangkan azan, tetapi ia membantahnya.[2] Kemudian diketahui sistem pengeras suara yang rusak menjadi alasan masjid tidak menyiarkan azan.[3] Selain itu, ketika ada petisi yang dikirim ke masjid, petisi tersebut meminta masjid untuk mengecilkan volume saat ceramah atau khutbah ali-alih azan.[4] Pengurus masjid serta para pembuat petisi membenarkan bahwa Teresa tidak terlibat dalam petisi.[5] Dia dibebaskan pada 19 September 2008.[6][7] Pada 27 September, dua bom Molotov dilempar ke kompleks kediaman keluarganya dan disertai dengan surat peringatan. Tidak ada yang terluka dalam peristiwa ini.[8] Pada tahun yang sama, Utusan Malaysia menerbitkan cerita pendek karya Chamil Wariya berjudul "Politik Baru YB J" yang dipandang sebagai sindiran terhadap Teresa. Dalam cerita pendek itu, YB J (Yang Berhormat Josephine) digambarkan sebagai anggota parlemen wanita anti-Melayu dan anti-Islam yang tewas ditembak. Pakatan Rakyat mengecam penerbitan cerita pendek itu.[9] Namun, penulis cerita pendek itu membantah tokoh utama merujuk kepada Teresa.[10] Teresa menuntut Chamil sebesar RM30 juta (sekitar Rp90 miliar).[11] Kementerian Dalam Negeri kemudian menegur surat kabar itu.[12] Pada Mei 2014, Teresadidakwa dengan hasutan karena membuat video Tahun Baru Imlek yang diunggah di YouTube yang diduga mengandung unsur hasutan. Teresa termasuk politikus pertama dari beberapa politikus oposisi lainnya yang ditangkap dalam penangkapan bersebab hasutan nasional.[13][14] Pada 2016, Teresa menjadi korban serangan verbal dari anggota parlemen UMNO Tajuddin Abdul Rahman.[15] Pada 2021, Teresa menyebut ia berupaya menghindari diri dari Tajuddin karena trauma atas serangan verbal itu.[16] Pada 2019, Teresa melaporkan Ketua Pemuda Partai Islam Se-Malaysia Selangor Syarhan Humaizi Halim atas kedua artikelnya berjudul "Ucapan YB Ustaz Khalil Benar: DAP Jangan Kurang Ajar" dan "Teresa Kok Tidak Setuju Islam Agama Rasmi Persekutuan" yang dinilai memfitnah pemimpin DAP.[17] Hasil pemilihan
Referensi
Lain-lain
Pranala luar |