Ilaga (jalur utara), Singa dan Tembagapura (jalur selatan)
Puncak Jaya atau Nemangkawi Ninggok adalah sebuah puncak tertinggi yang menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman yang terdapat di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Puncak Jaya atau Piramida Carstensz mempunyai ketinggian 4.884 mdpl dan di sekitarnya terdapat gletser dengan nama yang sama yakni gletser Carstensz, satu-satunya gletser tropika di Indonesia, yang tersisa dan secara perlahan mulai menipis akibat pemanasan global.[3][4]
Dataran tinggi di sekitar puncak awalnya sudah dihuni sebelum adanya kontak dengan bangsa Eropa, dan puncaknya dikenal sebagai Nemangkawi di Amungkal. Puncak Jaya sebelumnya bernama Piramida Carstensz setelah penjelajah Belanda Jan Carstenszoon menamainya ketika pertama kali melihat gletser di puncak gunung pada hari yang cerah pada tahun 1623.[5]
Pada tahun 1936, ekspedisi Carstensz yang diprakarsai Belanda, tidak mampu menetapkan dengan pasti yang mana dari ke tiga puncak adalah yang tertinggi, memutuskan untuk berusaha mendaki masing-masing puncak. Anton Colijn, Jean Jacques Dozy, dan Frits Julius Wissel mencapai padang gletser Carstensz Timur dan Puncak Ngga Pulu pada 5 Desember. Karena gletser yang mencair, ketinggian Puncak Ngga Pulu menjadi 4.862 meter, tetapi telah diperkirakan bahwa pada tahun 1936 (ketika gletser masih tertutup puncak seluas 13 kilometer persegi), Ngga Pulu memang puncak yang tertinggi dengan ketinggian lebih dari 5.000 meter.
Setelahnya Puncak Jaya tidak pernah didaki sampai tahun 1962, oleh sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh pendaki gunung Austria, Heinrich Harrer, dengan tiga anggota ekspedisi lainnya, Robert Philip Temple, Russell Kippax, dan Albertus Huizenga. Philip Temple dari Selandia Baru, sebelumnya memimpin ekspedisi ke daerah dan merintis rute akses ke pegunungan.
Pada tahun 1963, puncak ini berganti nama menjadi Puncak Soekarno, setelah itu kemudian diganti menjadi Puncak Jaya. Nama Piramida Carstensz sendiri masih digunakan di kalangan para pendaki. .
Gletser
Sementara Puncak Jaya masih sedikit tertutup es, ada beberapa gletser di lereng, termasuk Gletser Carstensz, Gletser Northwall Firn Barat, dan Gletser Northwall Firn Timur, baru-baru ini dikabarkan lenyap.
Gletser di Puncak Trikora di Pegunungan Maoke menghilang sama sekali dalam kurun waktu antara 1939 dan 1962.[6] Sejak tahun 1970-an, bukti dari citra satelit menunjukkan gletser Puncak Jaya telah menyusut dengan cepat. Gletser Meren mencair antara tahun 1994 dan 2000.[7] Sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh paleoklimatologi Lonnie Thompson pada tahun 2010 menemukan bahwa gletser menghilang pada tingkat ketebalan 7 meter per tahun dan akan lenyap sama sekali pada tahun 2015.[8]
^Ketinggian yang diberikan di sini ditentukan oleh Ekspedisi Universitas AustraliaDiarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine. 1971–73 dan didukung oleh otoritas Seven Summits dan data radar resolusi tinggi modern. Ketinggian yang lebih tua tetapi masih sering dikutip 5.030 meter (16.503 kaki) sudah usang.
^ abcHope, Geoffrey S.; Peterson, James A.; Allison, Ian; Radok, Uwe (1976). The Equatorial Glaciers of New Guinea. Rotterdam: A.A. Balkema.
^Wang, Shan-shan; Veettil, Bijeesh Kozhikkodan (2018-03-01). "State and fate of the remaining tropical mountain glaciers in australasia using satellite imagery". Journal of Mountain Science (dalam bahasa Inggris). 15 (3): 495–503. doi:10.1007/s11629-017-4539-0. ISSN1993-0321.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)