Konferensi Hubungan Asia berlangsung di New Delhi, India dari tanggal 23 Maret hingga 2 April 1947.[1] Konferensi ini diselenggarakan oleh Perdana Menteri Jawaharlal Nehru, yang saat itu memimpin suatu pemerintahan sementara yang sedang mempersiapkan Kemerdekaan India, yang terwujud pada 15 Agustus 1947. Konferensi Hubungan Asia menyatukan banyak pemimpin gerakan kemerdekaan di Asia, dan merupakan upaya pertama untuk menegaskan persatuan Asia. Tujuan dari konferensi ini adalah "untuk menyatukan pria dan wanita terkemuka Asia dalam sebuah platform bersama untuk mempelajari masalah-masalah yang menjadi perhatian bersama orang-orang di benua, untuk memusatkan perhatian pada masalah sosial, ekonomi, dan budaya dari berbagai negara di Asia, dan untuk menumbuhkan kontak dan pengertian bersama."
Dalam tulisan-tulisan dan pidatonya, Nehru telah memberikan tekanan besar pada cara yang India pascakolonial akan membangun kembali hubungan Asia-nya. Pada konferensi ini Nehru menyatakan:[2][3]
"...Asia sekali lagi menemukan dirinya ... salah satu konsekuensi penting dari dominasi Eropa atas Asia adalah isolasi di antara negara-negara Asia satu sama lain. ...Hari ini isolasi ini didobrak karena banyak alasan, politis, dan lain-lain ... Konferensi ini penting sebagai ungkapan dari dorongan yang lebih dalam dari pikiran dan semangat Asia yang telah bertahan ... Dalam konferensi ini dan dalam pekerjaan ini tidak ada pemimpin dan tidak ada pengikut. Semua negara Asia harus bertemu bersama dalam satu tugas bersama..."
Latar belakang
Konferensi ini diselenggarakan segera setelah Perang Dunia II. Meskipun Eropa mengalami ketegangan, Perang Dingin masih dalam tahap awal dan belum mencapai Asia pada saat itu. Kekuatan kolonial seperti Britania, Prancis, dan Belanda telah merebut kembali kendali atas wilayah-wilayah Asia mereka setelah perang dan perjuangan pembebasan nasional berlangsung dalam aksi penuh di banyak negara Asia seperti Vietnam dan Indonesia. Jepang telah hancur dalam perang dan Amerika Serikat terlibat dalam pembangunan kembali negara itu. India sedang mengalami tekanan sosial politik dan ketegangan dari proses kemerdekaan politik dan pembagian geografis. Perang saudara berkecamuk di Tiongkok dan komunisme sedang bangkit. Asia Barat sedang menghadapi krisis kelahiran negara Yahudi Israel. Dalam konteks inilah India menyelenggarakan Konferensi Hubungan Asia pertama.[1]
Negara-negara peserta
Konferensi Hubungan Asia dihadiri oleh delegasi dari keempat penjuru Asia. Banyak dari mereka belum mencapai kemerdekaan. Konferensi ini termasuk perwakilan dari, antara lain Afghanistan, Myanmar, Sri Lanka, Turki, Republik Asia Soviet, Indonesia, Tiongkok, Korea, Mongolia, dan Vietnam. Jepang diundang tetapi tidak mengirim perwakilan; Australia dan Selandia Baru hadir bukan sebagai peserta tetapi sebagai pengamat. Bersama dengan delegasi Arab, Iran juga mengirim delegasinya. Ada delegasi Tibet terpisah yang menghadiri konferensi, karena belum dianeksasi oleh Tiongkok. Menariknya satu delegasi Yahudi dari Palestina juga hadir, yang menyebabkan ketegangan yang dapat diprediksi dengan delegasi Arab. Kehadiran delegasi Tibet dan Yahudi yang terpisah dalam konferensi ini adalah penting mengingat politik internasional pada saat itu dan posisi kebijakan luar negeri India terhadap kedua masalah ini kelak.[1]
Salah satu tokoh nasional yang tergabung dalam delegasi Indonesia yang dikirim untuk mengikuti konferensi ini adalah Ali Sastroamidjojo.[4]
^Sharan, Shankar (August 1997). "Fifty Years After the Asian Relations Conference"(PDF). Tibetan Parliamentary & Policy Research Centre. Tibetan Parliamentary & Policy Research Centre. hlm. 40. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 7 April 2014. Diakses tanggal 23 December 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)