Kereta rel listrik Tokyo Metro seri 5000
Kereta rel listrik Tōkyō Metro seri 5000 (東京地下鉄5000系 , Tōkyō Chikatetsu 5000-kei) adalah kereta rel listrik buatan Jepang yang sekarang beroperasi di lintas Commuter Jabodetabek sejak tahun 2007 hingga 2020. KRL ini diproduksi oleh Nippon Sharyo, Kawasaki Heavy Industries, Kinki Sharyo, Tokyu Car Corporation, dan Teikoku pada tahun 1964 dan juga merupakan seri KRL pertama yang beroperasi di jalur Tokyo Metro Tozai Line sejak awal pembukaannya pada tahun yang sama. Sejumlah 12 rangkaian dari KRL ini juga dibeli oleh Toyo Rapid Railway pada tahun 1995 untuk diubah menjadi KRL Tōyō Rapid seri 1000.[1]. Pada masa pengoperasiannya di Jepang, KRL ini berdinas di jalur Tokyo Metro Tozai Line dan sering pula meneruskan perjalanan ke jalur East Japan Railway (JR East) Chuo-Sobu Line sebagai Local (layanan lokal) dan ke jalur Toyo Rapid Railway sebagai layanan lokal, Rapid (setara dengan layanan ekspres di Indonesia), Commuter Rapid (layanan ekspres khusus komuter) dan Tōyō Rapid (layanan ekspres khusus yang melayani Tozai Line dan jalur Tōyō Rapid dalam sekali perjalanan). KRL ini juga sempat beroperasi di jalur Tokyo Metro Chiyoda Line hingga dekade 80-an. KRL ini bersama dengan KRL Toyo Rapid seri 1000 oleh pecinta kereta api di Indonesia dijuluki "Piyuts" yang berasal dari suara remnya yang khas. SejarahPengoperasian di Jepang (1964-2014)KRL ini dibangun pada tahun 1964 dan dioperasikan oleh Teito Rapid Transit Authority (TRTA Subway, kini Tokyo Metro), pembuatannya dilakukan oleh Nippon Sharyo, Tokyu Car Corporation, Kinki Sharyo, Teikoku Sharyo, dan Kawasaki Heavy Industries di Jepang. KRL ini terdiri dari dua jenis, yaitu yang berbodi stainless steel dan aluminium. Pada awal masa operasionalnya di Tokyo Metro Tozai Line, KRL ini belum menggunakan pendingin udara, tetapi pada tahun 80-90-an KRL ini mulai dipasangi pendingin udara dan pada tahun 1995, sejumlah 12 rangkaian KRL ini mengalami modifikasi menjadi KRL Toyo Rapid 1000 milik Tōyō Rapid Railway. Keberadaan KRL ini mulai tergeser seiring waktu dengan diluncurkannya KRL Tokyo Metro seri 05 dan 05N, di mana produksi KRL seri 05N ini selesai pada tahun 2004 dan membuat KRL seri 5000 pun semakin tergeser posisinya. Selain itu, untuk menggantikan KRL seri 5000 yang tersisa, Tokyo Metro mendatangkan KRL Tokyo Metro seri 07 dari jalur Tokyo Metro Yurakucho Line. KRL ini pensiun pada tahun 2006, dan penarikan KRL ini dari Tozai Line bersamaan dengan KRL Tōyō Rapid seri 1000 yang juga pensiun karena KRL tersebut pada dasarnya adalah modifikasi dari Tōkyō Metro 5000 dan tergantikan oleh Tōyō Rapid seri 2000. Akhirnya, sisa rangkaian yang masih utuh diboyong ke Indonesia dan tersisa 2 rangkaian di Jepang dengan rincian 3 kereta per set dan dijalankan di jalur Tokyo Metro Chiyoda Branch Line untuk melayani perjalanan KA jalur cabang antara Stasiun Ayase dan Stasiun Kita-Ayase. Sejak tahun 2014, KRL tersebut telah digantikan oleh sisa KRL Tokyo Metro seri 05 yang tidak diboyong ke Indonesia dan dirucat, dengan formasi 3 kereta dalam 1 rangkaian. Pengoperasian di Indonesia (2007-2020)KRL ini dioperasikan di Indonesia sejak tahun 2007, bersama dengan Toyo Rapid seri 1000. Indonesia merupakan satu-satunya pengguna kereta ini di luar Jepang. Meskipun aslinya KRL ini terdiri dari 10 kereta dalam 1 rangkaiannya, namun karena keterbatasan panjang peron KRL ini diperpendek menjadi 8 kereta dalam 1 rangkaiannya. Akhirnya, 2 kereta sisa yang tidak digunakan dari masing-masing rangkaian disimpan dan menjadi donor suku cadang sebelum akhirnya ditumpuk di Stasiun Purwakarta, bersama kereta-kereta sisa dari rangkaian Toyo Rapid seri 1000. Sejak awal kedinasannya, KRL ini berdinas di seluruh lintas di Jabodetabek, namun KRL ini lebih sering berdinas di Bogor, Bekasi, dan juga lintas Serpong-Parung Panjang, meskipun saudaranya seri 1000 lebih sering melayani lintas Bekasi. Setelah penyeragaman layanan KRL (dimana layanan Ekspres dihapuskan dan layanan Commuter Line yang pada dasarnya sama seperti Ekonomi AC dijadikan layanan standar untuk KRL di Jabodetabek), KRL ini melayani perjalanan Commuter Line di semua lintasan Jabodetabek. Seiring dengan menuanya kereta ini, rangkaian 5016F pun pensiun pertama kali pada tahun 2014 untuk menjadi sumber suku cadang mengingat kondisi KRL yang tua menyebabkan KRL ini tidak luput dari kanibalisasi komponen dan suku cadang. Sejak 2015, biasanya KRL ini juga lebih sering beroperasi di jalur Jatinegara-Bogor/Depok mengingat di jalur Bogor/Depok/Bekasi-Jakartakota perannya telah tergeser oleh KRL JR East 205. Pensiunnya KRL ini berlanjut dengan pensiunnya rangkaian 5009F dan pada akhirnya hanya rangkaian 5017F yang tersisa hingga sekarang. Sebelumnya, rangkaian 5017F sempat menghilang pada September 2019 lalu dan dirumorkan sudah pensiun dari dinasnya di Indonesia, namun ini merupakan kepanikan sesaat karena pada 10 Oktober 2019, rangkaian 5017F sudah berdinas kembali dengan roda baru.[2] Akhirnya, karena perannya sudah tergeser oleh KRL JR East 205, dan juga karena usianya sudah tua, 5017F akhirnya berhenti beroperasi pada Januari 2020 dan kini sudah ditanahkan di Stasiun Pasirbungur.[3][4] LiveryLivery di Jepang (1964-2006)Sejak awal beroperasinya, KRL Tokyo Metro seri 5000 menggunakan livery garis biru pada saat beroperasi di jalur Tozai Line dan garis hijau di jalur Chiyoda Line/Chiyoda Branch Line. Pada bagian kanan atas terpasang logo Teito Rapid Transit Authority, pendahulu dari Tokyo Metro. Sejak 1 April 2004 logo TRTA/Eidan tersebut diganti dengan logo Tokyo Metro hingga KRL ini berhenti beroperasi pada tahun 2006 dari jalur Tozai Line dan 2014 dari jalur Chiyoda Branch Line. Livery di Indonesia (2006-2020)Tidak seperti KRL Toyo Rapid seri 1000 yang mempertahankan livery asalnya sejak awal beroperasi di lintas Jabodetabek, KRL Tokyo Metro seri 5000 menggunakan livery baru, hijau-kuning untuk menggantikan livery garis biru yang digunakan di Jepang. Selain itu, seluruh KRL seri 5000 ini juga ditempel dengan logo Divisi Jabotabek pada bagian depan dan samping kereta, sementara logo Tokyo Metro yang ada pada bodi samping tetap dipertahankan. Sejak tahun 2010-an ke atas, KRL ini berganti livery menjadi livery biru-kuning, dan logo Divisi Jabotabek pun dilepas seiring waktu, berganti dengan logo PT KAI yang baru. Khusus untuk rangkaian 5016F, rangkaian ini menggunakan logo "Djoko Vision" untuk menandakan KRL ini sebagai KRL yang diujicoba menggunakan layar display untuk memberikan informasi kepada penumpang. Sejak tahun 2016, dua rangkaian yang tersisa, yaitu 5009F dan 5017F berganti warna menjadi warna khas KRL KCI, yaitu merah-kuning, bersamaan dengan saudaranya, Toyo Rapid seri 1000. Kemudian seiring waktu KRL ini juga dipasang logo PT Kereta Commuter Indonesia pada 2017-2018. Susunan rangkaianSusunan KRL Tokyo Metro seri 5000 yang beroperasi di jalur Tōzai Line dan Tōyō Rapid Line adalah sebagai berikut:
Sementara, formasi Tokyo Metro seri 5000 yang beroperasi di jalur Chiyoda Branch Line adalah sebagai berikut:
Nomor rangkaian
Keterangan:
Daftar rangkaian
Catatan:
KontroversiKRL ini bersama dengan KRL Tōyō Rapid 1000 diketahui sebagai barang hasil korupsi yang dilakukan oleh Soemino Eko Saputro (mantan Direktur Jenderal Perkeretaapian). Pada saat KRL ini tiba di Indonesia, dia mengatakan bahwa KRL Toyo Rapid 1000 dan Tokyo Metro 5000 adalah hibah dari Tōyō Rapid Railway dan Tōkyō Metro, tetapi kenyataannya KRL ini adalah hasil dari pembelian secara terselubung oleh Kementerian Perhubungan, dan anehnya KRL ini dibeli dari tempat pemotongan besi tua (scrapyard), di mana KRL tersebut sebelumnya akan dibesituakan, tetapi karena dibeli oleh Kementerian Perhubungan maka KRL ini akhirnya tidak jadi dibesituakan dan dikapalkan ke Indonesia. Akibat dari kontroversi ini, publik tidak hanya merasa dibohongi oleh Soemino Eko Saputro, tetapi dia sendiri pun akhirnya diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan dijebloskan ke penjara serta dikenakan denda.[6][7] Referensi
Pranala luar
|