Stasiun ini berada di timur perlintasan dengan jalan raya yang menghubungkan Kalijati dengan Sukamandi. Stasiun ini juga dikelilingi oleh perkebunan tebu milik Unit Pabrik Gula Subang yang dikelola oleh PT PG Rajawali II.
Bangunan dan tata letak
Sebelum dibangunnya jalur ganda di lintas Cikampek–Haurgeulis, stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus.[4] Dengan selesainya jalur ganda di lintas tersebut, ditandai dengan peresmian oleh Megawati Soekarnoputri per 4 Desember 2003,[5] jumlah jalurnya bertambah menjadi empat. Tata letak jalur kereta api di stasiun ini diubah sehingga jalur 2 eksisting dijadikan sebagai sepur lurus arah Haurgeulis saja, sedangkan jalur 3 dijadikan sepur lurus baru arah Cikampek, serta jalur 4 sebagai sepur belok baru. Saat ini tidak ada kereta api yang berhenti di stasiun ini, kecuali jika terjadi penyusulan antarkereta api.
Tempat pengafkiran kereta
Di samping melayani penyusulan kereta api, stasiun ini juga menjadi tempat pengafkiran KRL Eksekutif milik PT KCJ/KCI dan PT KAI, yaitu KRL AC yang diimpor tahun 2009 ke atas dan ke bawah. Setidaknya sudah ada sekitar 30 hingga 50 unit KRL AC yang dikirim ke stasiun ini. KRL-KRL itu disimpan di tanah lapang kosong yang letaknya di sebelah tenggara stasiun.
KRL bekas kecelakaan di Kebon Pedes juga dikirim ke sini. Namun, KRL yang mangkrak akibat langkanya suku cadang adalah yang paling banyak ditemui di sini. Kebijakan PT KCJ/KCI untuk menghentikan operasi KRL jika kecelakaan berat (seperti saat kecelakaan di Kebon Pedes), menggunakan sistem kanibalisasi komponen untuk mengatasi langkanya suku cadang KRL, dan tidak memperpanjang masa pakai KRL (yang membuat KRL banyak yang mangkrak), membuat banyak KRL disimpan di sini.
Tempat pengafkiran KRL lainnya ada di Stasiun Purwakarta dan di Stasiun Cikaum, ditujukan bagi KRL Ekonomi dan KRL AC milik PT KAI (KRL yang diimpor atau diproduksi sebelum dan sesudah tahun 2009).
Selain KRL, Stasiun Pasirbungur juga dipakai sebagai tempat penumpukan kereta-kereta penumpang berusia tua yang telah dipensiunkan sejak PT KAI meremajakan armada kereta apinya.
Pada budaya populer
Stasiun Pasirbungur dan lingkungan perkebunan di sekitarnya menjadi latar cerita "Gigi Emas", salah satu cerpen Mas Saleh Sastrawinata, sastrawan angkatan 1950-an, dalam bukunya yang berjudul Kissah Sewadjarnja (1952).[6]
Insiden
Pada tanggal 21 Desember 1951, KA 205 ditahan oleh seorang prajurit TNI di Stasiun Pasirbungur, karena di Stasiun Pabuaran terjadi pertempuran.[7]
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^PT Kereta Api Indonesia (Persero) (2019). Selayang Pandang Daerah Operasi III Cirebon(PDF). e-PPID PT Kereta Api Indonesia. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2020-10-08. Diakses tanggal 2020-10-05.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)